bahaya gombalisasi

BERHATI-HATILAH DARI PARA PRIA SERIGALA BERBULU DOMBA (Sebab Mekarmu Hanya Sekali)

“Tiba-tiba lelaki yang ku kenal baik berubah menjadi buas, aku pun tak berdaya untuk melawan dan… akhirnya kesucianku terenggut.!!!”

Begitu kutipan dan penggalan pengalaman, sebut saja Bunga, yang hancur masa depannya seoerti dilansir sebuah harian ibukota. Sedih, pastinya begitu. Betapa tidak, kesucian yang dijaga sejak lama yang hanya akan dipersembahkan kepada lelaki yang sudah sah sebagai suami, kini pecah dalam beberapa saat.

Bunga tak sendiri. Masih banyak Bunga-Bunga lain yang ‘madunya sudah dihisap oleh kumbang jantan’. Ada yang frustasi, tak sedikit pula yang ‘menjual’ diri karena kecewa dengan perlakuan pacar yang tak bertanggung jawab. Seperti yang dialami oleh Kembang (21), sebut saja begitu, seorang mahasiswi di kota kembang yang menjadi pramunikmat di sebuah diskotik. Dara yang berasal dari keluarga berada ini mengaku memberikan kegadisannya kepada lelaki yang ia anggap baik dan berjanji menikahinya. “Karena aku sangat mencintainya, akupun memberikan ‘segalanya’ pada dia, karena janjinya akan menikahiku”, ungkapnya getir.

Tapi apa yang terjadi? Lanjutnya gusar, “Empat tahun hubunganku dengannya sia-sia saja. Apalagi saat kukatakan padanya, bahwa aku tengah ‘berbadan’ dua, dia pun tak peduli bahkan menyuruhku menggugurkannya. Aku pun menurutinya.” Inikah namanya cinta?

Survei Membuktikan

Sebuah penelitian yang sempat menyentak semua kalangan, dilakukan oleh Lembaga Studi Cinta dan Pusat Pelatihan Bisnis dan humaniora (LSC Pusbih). Hasilnya, hampir 97,5% mahasiswi di Yogyakarta sudah kehilangan keperawanannya. Yang lebih mengenaskan lagi, ternyata semua responden mengaku melakukan hubungan seks di luar nikah tanpa paksaan alias dilakukan suka sama suka. Nah lho…!

Kita sudah berkali-kali dikejutkan dengan hasil penelitian serupa. Mulai dari penelitian ‘kumpul kebo’ tahun 1984 yang lalu, hingga penelitian sejenis yang banyak dilakukan di berbagai kota di Indonesia. Hasilnya, membuat kita mengelus dada… betapa rusaknya generasi muda sekarang.

Kenapa Terjadi?

Seperti seloroh orang yang pernah menjadi nomor satu di negeri ini, ‘dari mata turun ke hati, dari hati turun ke celana’ sungguh sangat mengenaskan dan benar-benar terjadi. Isyarat mata yang penuh makna mendapat sambutan hangat, saling sapa dan berbincang, berlanjut hingga hati menjadi ‘klik’. Berpisah membuat makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Di benak yang terbayang hanya si dia, lagi-lagi si dia.

Pertemuan pun berulang kembali dalam tahap mengungkap rasa, ‘nembak’, begitu istilah gaul kawula muda sekarang. Bahagia rasanya bagi sang dara karena yang ditunggu tibalah saatnya, diapun mengangguk setuju untuk ‘jalan bareng’ dalam suka dan duka. Ada rindu menggebu bila tak bertemu, ada cinta yang bersemayam dalam dada. Bila bersua ada kasih yang terukir dalam diri untuk pujaan hati…

Sudah bisa ditebak, seperti sebuah iklan, kesan pertama begitu menggoda selanjutnya penuh dosa… pegangan bahkan sampai dengan hal yang belum patut untuk dilakukan seperti pengakuan Bunga dan Kembang tadi. Bisa sudah pacaran, istilah gaul jalan bareng, hampa tanpa pegangan, dan maaf… selanjutnya anda pun sudah bisa menebaknya, karena tak pantas kami ungkapkan.

Islam telah mewanti-wanti agar tidak mendekati zina. Norma yang bersifat pencegahan ini lebih efektif dalam menjaga hal-hal yang tidak baik. Menundukkan pandangan, istilah anak ta’lim ghadul bashar adalah permulaan yang sangat bagus. “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya…” (QS. an-Nuur : 31)

Memandang pun dilarang, apalagi lebih dari itu. Apakah ada orang yang berpacaran menjaga pandangan? Apakah ada orang yang berpacaran tanpa jalan bareng dan berdua-duaan di tempat yang sepi? Laki-laki mana yang mau pacaran tanpa pegang sana – pegang sini?

Ketahuilah wahai adikku, jika kalian mencintai laki-laki dengan jalan yang salah, maka akhirnya pun akan salah, menyesal. Laki-laki seperti itu sebenarnya tidak serius dalam menjalin kasih denganmu. Jika memang serius, tentu ia akan masuk lewat pintu resmi sebagaimana yang diajarkan oleh agama kita. Tak mengenal pacaran apalagi jalan bareng. Kebanyakan mereka mengaku pacaran hanya untuk having fun, maka jangan heran bila meninggalkanmu begitu saja setelah ‘madu’ dihisap dan mencampakkan dirimu begitu saja.

Laki-laki, apalagi pada zaman sekarang, berpikir seribu kali –sekali lagi-, seribu kali untuk memilih pendamping hidup yang tidak perawan dan mana mau menikah dengan wanita yang sudah ‘turun mesin’, istilah gaul anak lelaki sekarang.

Sementara sekarang sudah banyak remaja putri kehilangan, minimal harga diri. Kalaupun keperawanan masih utuh, yang lain? Karena itu, jagalah harga dirimu, karena mekarmu hanya sekali…!!! (Andita SB)

Sebab Mekarmu Hanya Sekali

Ratu Sejagat

STUDIA Edisi 248/Tahun ke-6 (13 Juni 2005)
Ehm, ‘perjuangan’ wakil Indonesia di ajang Miss Universe 2005 , Artika Sari Devi, hanya sampai di babak 15 besar. Eh, prestasi 15 besar katanya sih udah keren. Katanya lho. Terus, Artika juga adalah satu-satunya wakil dari Asia. Siapa pemenang Ratu Sejagat tahun ini? Yup, gelar Miss Universe tahun ini diraih Natalie Glebova, gadis berusia 23 tahun asal Kanada.

Kita nggak hendak menyesali usaha Artika yang gagal, atau mengucap syukur karena Artika menjadi satu-satunya wakil Indonesia (dan Asia pada umumnya) di ajang bergengsi pemilihan orang tercantik di dunia itu. Nggak keduanya. Kita akan coba bahas dari sisi lain. Yakni tentang pro-kontra ajang ratu-ratuan itu. Sejatinya kita kecewa kenapa harus ada pro dan kontra. Kok bisa? Iya, kita kecewa karena ternyata pendapat masyarakat dalam kasus ini malah terbelah menjadi dua kubu. Seharusnya satu kubu saja. Yakni menolak ajang pamer aurat ini. Begitu, bro.

Mengapa kita bisa berbeda pendapat justru pada masalah yang seharusnya satu suara ini? Karena kaum muslimin saat ini menggunakan standar yang berbeda. Sebagian menganggap bahwa ajang itu cuma bermanfaat bagi kalangan tertentu saja, dan membawa mudharat bagi banyak kalangan lain, khususnya kaum muslimin. Mereka ada di kubu yang menolak ajang tersebut. Sebagian lagi bersikukuh mendukung gelaran itu karena ajang itu menurut mereka bisa mengangkat martabat bangsa di mata dunia. Bahkan kubu ini melontarkan alasan bahwa penolakan ajang itu hanya akan memasung kreativitas dan hak orang lain. Apa benar?

Oke lah, terlepas dari pro-kontra di antara kaum muslimin ini, sebaiknya kita berpikir jernih. Merenung dan mencari kebenaran. Saran saya sih, nggak usahlah kita bicara dari sudut pandang kaum nonmuslim (atau dari standar yang bukan berasal dari Islam), karena pasti akan berbeda karena memang akidahnya lain dengan kita. Biarlah, mereka mau berbuat apa saja untuk kehidupannya kita nggak bakalan turut campur. Ini juga bagian dari toleransi.

Tapi, kita akan ‘cerewet’ jika itu menyangkut masalah kita sendiri. Karena kita semua adalah bersaudara. Artika seorang wanita muslim. Sama seperti kita (muslim dan muslimah). Mukmin yang satu dengan mukmin yang lain adalah bersaudara. Satu cirinya adalah saling mengingatkan jika ada di antara kita sedang lalai dan tentunya saling mendukung ketika ada di antara kita yang berbuat baik. Itu untuk kebaikan semuanya.

Ajang pemilihan Putri Sejagat, Ratu Sejagat, atau apalah namanya memang sudah berlalu. Tapi itu tetap menambah pekerjaan berat bagi kita yang rajin mengkampanyekan penerapan syariat Islam dalam kehidupan bernegara ini.

Sekadar tahu saja, pro-kontra ajang Miss Universe sebenarnya bukan barang baru. Karena dalam banyak kasus kita juga sering berbeda pendapat, padahal pendapat kaum muslim terhadap kasus-kasus tersebut seharusnya satu suara. Misal, tempat pelacuran. Aneh, sudah jelas merusak, sudah tegas dilarang dalam Islam, tapi masih aja ada yang pro.

Soal terorisme yang dituduhkan kepada Islam dan kaum muslimin, lagi-lagi kita juga berbeda pendapat. Padahal, seharusnya satu. Kalo kita merasa bahwa Islam tak mungkin melegalkan kekerasan tanpa alasan yang jelas dan syar’i, kita yakin bahwa aksi itu bukan gaya Islam dan kaum muslimin. Jadi, tak usah ikut-ikutan latah mencap para pejuang Islam sebagai teroris. Bukan saja tidak benar, tapi tidak fair . Karena kita seringkali hanya ‘ikutan-ikutan’ menilai sesuai propaganda media massa yang tak mendukung Islam.

Sobat muda muslim, kembali ke soal Miss Universe or Ratu Sejagat. Jujur saja, saya sering bertanya-tanya sendiri, motivasinya apa ya diadakan acara itu. Apa karena untuk mendongkrak harkat dan martabat bangsa? Ah, ini sih terlalu naif deh. Apa nggak ada cara lain yang lebih bergengsi dan dihargai, gitu lox ?

Atau, acara itu diadakan sebagai ajang untuk promosi produk kosmetika? Waktu di Thailand kemarin, pemerintahnya malah mendompleng di acara itu untuk memamerkan industri pariwisatanya ke pelosok dunia. Maklum, seluruh finalis Miss Universe diajak jalan-jalan ke seluruh obyek wisata di sana dan disiarkan langsung ke seluruh dunia. Sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui.

BTW, kenapa sih banyak wanita yang mau diadu secara fisik di ajang Miss Universe itu? Apakah karena ingin dianggap cantik? Mungkin iya. Ingin tenar? Bisa jadi. Ingin kaya? Mungkin juga. Banyak motivasinya.

Menarik dan cantik itu mitos, lho

Sobat muda muslim, dari waktu ke waktu kriteria cantik bisa berubah-ubah lho. Selain tren yang sedang berjalan, juga kriteria itu bergantung kultur masing-masing masyarakat. Nggak percaya?

Di jaman kolonial, di kalangan etnik Maori, cantik adalah besar dan gemuk. Waduh? Kok bisa sih? Hehehe… itu soal persepsi sobat. Kita nggak bisa memprotes keputusan definisi cantik menurut suku Maori bahwa wanita yang cantik itu seperti di telenovela Mi Gorda Bella . Mungkin kalo kita bisa bilang, bahwa model begitu mah “Gajah Bengkak”, “Karung beras” atau bahkan sebutan menyakitkan hati dan menyayat jiwa: mesin giling! Gejlig!

Itu suku Maori. Lain lagi di masyarakat Jawa. Menurut mereka, perempuan yang cantik adalah mereka yang memiliki tubuh di bagian belakang-bawahnya yang besar dan bulat. Perempuan seperti itu akan dikagumi para pria. Karena apa? Karena dianggap perempuan dengan model tubuh seperti itu menandakan mudah melahirkan dan banyak anak. Terus, kalo kamu sempat jalan-jalan ke Lembah Baliem, ternyata—maaf, payudara yang turun jadi idaman perempuan dan impian pria. Nah lho.

Wanita Dayak yang kalo kita saksikan di acara semacam Jejak Petualang, Jelajah, dan Potret, mereka suka memelihara kebiasaannya untuk melubangi telinga mereka dengan semacam anting-anting ya? (tapi itu gede banget dan kayak gelang besi!). Akibatnya, tuh telinga jadi menjulur ke bawah kayak kupingnya Snoopy. Tapi dalam masyarakat Dayak, justru di situlah esensi kecantikan seorang perempuan dan sekaligus menandakan tingginya kelas sosial perempuan dalam masyarakat.

Perempuan cantik dalam masyarakat Indonesia secara umum saat ini diidentikan dengan kulit putih, rambut lurus hitam legam, hidung mancung, dan berbadan langsing. Itu sebabnya, jika ada perempuan Indonesia yang kulitnya gelap suka dapetin pelecehan. Lihat saja di salah satu iklan pemutih kulit digambarkan sangat berbeda antara kulit Santi dan Sinta. Label jelek adalah kulit yang gelap. Akibatnya, pemirsa cewek yang kebawa isu dan mitos ini mati-matian memutihkan kulitnya (asal jangan pake pemutih pakaian aja ya! Bisa iritasi!). Padahal, dalam waktu yang bersamaan, saudaranya di Papua atau di Afrika nyantai aja meski kulitnya gelap. Tul nggak? Apa pernah ada program khusus yang disponsori produsen kosmetika untuk memutihkan seluruh kulit penduduk Afrika?

Selain kulit putih, wanita cantik itu digambarkan memiliki rambut lurus yang hitam dan legam. Kalo keriting, selain diledekin hobi dangdut karena bagian dari ABRI alias Anak Buah Rhoma Irama (Maklum, Bang Rhoma dan penyanyi dangdut rata-rata keriting rambutnya!), juga dianggap tidak cantik. Untuk menyuntikkan penilaian bahwa wanita cantik itu adalah yang punya rambut lurus yang hitam dan legam, iklan-iklan di media massa, baik cetak maupun elektronik pasti menampilkan bentuk idealnya. Nah, bagi yang keriting rambutnya, karena takut dianggap jelek dan itu artinya nggak cantik, akhirnya ia bela-belain nge-rebonding rambut keritingnya biar lurus sesuai kriteria masyarakat saat ini.

Ketika dikampanyekan bahwa hidung mancung itu cantik, maka gelagapanlah para cewek yang kebetulan ditakdirkan oleh Allah Swt. punya hidung berjenis “balukang nangkub” alias mirip pelepah pohon kelapa yang ditaro terbalik (baca: pesek abis!). Kalo nggak rela disebut jelek dengan penampilannya itu, terus punya dana, bukan mustahil kalo akhirnya menjalani operasi bedah plastik biar hidungnya jadi mancung kayak hidung Madhuri Dixit. Tujuannya apa? Biar cantik.

Mari menghargai wanita

Siapa yang kita ajak untuk menghargai wanita? Menurut saya, wanita itu sendiri dan laki-laki. Kepada para wanita, mohon untuk menghargai diri sendiri. Bagaimana mungkin orang lain (laki-laki akan menghargai wanita) jika wanitanya sendiri udah berani untuk kehilangan harga diri. Memang nggak semuanya, tapi kebanyakan. Kok bisa? Ya, gitu deh!

Lihat aja aksi para wanita di panggung hiburan dan ajang Miss Universe . Mereka jadi etalase yang bisa dipandang dengan beragam tatapan dari kaum lelaki dan juga wanita lainnya. Kaum lelaki bisa memelototi sepuasnya gambar-gambar sensual para waita yang jadi model iklan. Kalangan wanita lain berdecak kagum ingin mengikuti jejaknya. Wah, bisa tambah runyam kan? Itu sebabnya, sebaiknya kaum wanita yang terjebak di sana sadar diri, bahwa apa yang dilakukannya bisa menambah masalah. Bukan saja bagi orang lain, tapi juga bagi dirinya sendiri.

Nah, himbauan untuk para wanita tentunya adalah mengkampanyekan untuk sadar diri. Mulai sekarang juga kudu ninggalin anggapan yang menyebutkan bahwa cantik dan menarik itu jika memamerkan bagian-bagian tubuhnya kepada khalayak ramai kayak di ajang “Ratu Sejagat” itu. Karena apa? Karena manusia yang mulia tidak dilihat dari cantik/ganteng dan berpenampilan menarik secara fisik. Tapi dari ketakwaannya. Firman Allah Swt.:

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.” (QS al-Hujurat [49]: 13)

Jadi, buat para cewek yang belum berjilbab, mulai berani deh mengenakan jilbab. Terus bekali pemikiran dan perasaan kamu dengan ajaran Islam, biar ajeg bin stabil. Insya Allah itu akan menjadikan kamu cantik luar-dalam. Percayalah!

Buat kaum cowok, mulai sekarang kita meminimalisir pandangan sebelumnya yang melihat penampilan wanita cuma dari sisi fisik semata. Buang deh jauh-jauh pikiran murah dan murahan seperti itu. Jujur saja, bahwa kecantikan tak akan berarti apa-apa jika tidak berakhlak mulia dan berkpribadian islami. Hargailah wanita sebagaimana makhluk yang juga punya potensi lebih seperti kita laki-laki. Bisa cerdas, bisa bertakwa, dan bisa menjadi teman dalam kehidupan kita. Jangan saling memandang rendah dengan ukuran penampilan fisik. Oke?

Nah, yang paling penting dari semua itu, karena kondisi ini lebih disebabkan karena kerusakan sistem, maka untuk mengubah individu-individu yang bermasalah itu kita harus mengubah masyarakat ini. Satu-satunya kekuatan yang bakal bisa mengubah masyarakat adalah negara. Ya, cuma negara yang bisa lebih tegas dan paling mungkin untuk mengubah kondisi ini jadi lebih baik. Tapi, mungkinkah menggantungkan harapan kepada kapitalisme seperti sekarang ini untuk kehidupan lebih baik? Mimpi kali ye!

Oke deh, karena kerusakan ini akibat tidak diterapkannya Islam sebagai pengatur kehidupan, maka jalan untuk mengubahnya adalah dengan memperjuangkan tegaknya Islam sebagai ideologi negara di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Sehingga, para wanita akan dihargai sebagaimana ketika Khalifah al-Mu’thasim menggempur Romawi gara-gara seorang pejabat negeri itu melecehkan seorang wanita muslimah. Juga, agar tumbuh kesadaran di tengah masyarakat bahwa tubuh wanita bukanlah etalase yang bisa dipandang sesukanya dan dinilai dengan uang dan ketenaran untuk memuaskan nafsu syahwat belaka. Jadi Miss Universe ? Nggak deh! Begitu dong. Tetep semangat! [solihin]

http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam/ratu-sejagat.html

Pacaran? Nggak, Ah!

gaulislam edisi 091/tahun ke-2 (27 Rajab 1430 H/20 Juli 2009)
Hmm.. dari judulnya aja udah pastinya seru dibahas nih, apalagi kalo udah ngomongin cinta-cintaan nggak bakalan ada habisnya buat dibahas. Dari jaman baheula sampe sekarang yang namanya cinta selalu seru untuk diobrolin. Lihat deh acara-acara di tivi kebanyakan tentang percintaan. Nggak ketinggalan majalah remaja, tabloid, novel, sinetron, film layar lebar sampai reality show semua isinya  percintaan. Kalo masih kurang lagu-lagu anak band sekarang tidak jauh dari lirik-lirik cinta. So, nilai jual cinta nggak bakalan turun (jiaaah, cinta kok dijual?). Termasuk tulisan ini juga akan membahas tema yang sama. Tapi sudut pandangnya Islam, karena saya seorang muslim.

Bro en Sis, cinta itu anugerah. Dateng gitu aja, tiba-tiba muncul tanpa diundang (dah kayak jalangkung!). Nggak peduli tua atau muda, cantik atau jelek, ganteng atau tampan (loh? Curang nih cow) love doesn’t know difference deh. Contoh cowok kalo udah suka sama cewe, bisa lupa segalanya, mulai dari ngelamun, ketawa sendiri (cinta gila kali ya?) sampe rela ngelakuin apa aja demi ceweknya. Padahal bisa aja dimanfaatin, aji mumpung jalan kemana aja dibayarin, dari makan sampai nonton. Ini cewek matre atau sekadar numpang makan (ngirit banget lo!). Atau mungkin dia punya prinsip “seefesien mungkin”. Kalo ada yang gratisan kenapa nggak? Pletak!

Wadooh, yang ceweknya nggak pada empati tuh, kali aja si cowok udah mati-matian nabung sebulan penuh, sampe hutang kanan-kiri juga kali ya? (nah loh ada yang kesendir tuh ya? Hehe…) Tapi kalo sampe para cewek dituduh matre or numpang makan doang, kayaknya cewek-cewek pada nggak setuju nih. But, tenang Sis. Nggak semua cewe kayak gitu kok (Jiaaah, pembelaan ini cuma contoh takutnya gue dicakar-cakar sama cewek-cewek, peace).

Eh, ada yang protes nggak kalo masalah pacaran dikaitkan dengan Islam? Biasanya kalo protes itu mikirnya gini: “Yang penting kan ibadahnya? Ngapain kudu disangkut-pautkan dengan Islam. Pacaran aja selama itu nggak ganggu orang lain dan nggak sampe berzina”. Hmm…

Bro, Islam udah ngasih aturan yang jelas, harusnya kita bisa menerima Islam dengan sepenuhnya, bukan cuma sebatas ritualnya aja atau dijadikan formalitas aja. Aturannya menyangkut semua hal, mulai dari aturan negara sampai aturan untuk individu. Jangan sampe di antara kamu ada yang rajin ngaji, sholat juga nggak ketinggalan, tapi maksiat tetep jalan. Hadduch.. STMJ tuh mah (Sholat Terus Maksiat Jalan). Sholat sih sholat, tapi soal maming alias Malam Mingguan kamu ngerasa wajib untuk hadir ke rumah pacar kamu. Niat ngapel sambil pamit sama ortu si pacar, mau ngajak jalan-jalan cari udara segar (cari aja oksigen di rumah sakit, lagi bengek kali tuh!). Intinya supaya bisa berdua aja.

Oya, ada juga tuh temen kita yang beralibi alais ngasih alasan bahwa pacaran yang mereka lakukan itu islami. Mereka sepakat putus sementara kalo datang bulan Ramadahn. Nanti abis Ramadhan disambung lagi (waduuuh, ngarep banget ya buat melegalkan pacaran?). Kalo gitu ngerampok secara islami ada juga kali ya, cuma ngerampok orang kaya yang pelit en pejabat korup (dah kayak Robin Hood dong? Asal deh lo!).

Gaul cara Islam
Bro en Sis, Allah Swt. udah berfirman (yang artinya):“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Isra [17]: 32)

Tuh, bukan cuma zinanya aja yang haram, tapi mendekati zina saja sudah dilarang. Pacaran identik dengan berkumpul antara lawan jenis. Istilahnya berkhalwat dengan yang bukan mahrammnya, dalam Islam tentu diharamkan karena bisa menjerumus ke dalam kemaksiatan en yang lebih parah berzina. Kalo mau plesetin omongannya Bang Napi jaman dulu (masih pada inget kan?). Yup, Bang Samsi (eh, Bang Napi) bilang: “Inget, kemaksiatan bukan hanya karena ada niat si pelaku, tapi juga karena ada kesempatan.” Bener banget. Kalo udah berudua-duaan yang ketiganya adalah setan.  Hati-hati kalo sampe satpol PP juga ikut pantau. Kegiatan kamu bakalan diintip dan didiemin dulu biar ketangkep basah (nah loh pengalaman sapa tuch?) Soalnya, kalo udah terpancing sama hawa nafsu setan, gampang banget tuh ngegodainya, istilahnya tinggal tunggu jam tayang (dah kayak nonton bioskop aja tuh).

Bro, sebelum sampe berdua-duaan dengan lawan jenis, di awal-awal hubungan dengan lawan jenis udah diatur dengan baik lho dalam Islam. Supaya kejadian maksiat itu bisa dicegah karena peluangnya diminimalisir. Allah Swt. udah berfirman (yang artinya): “Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki: ‘Hendaklah mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ….’ Dan katakanlah kepada orang-orang mukmin perempuan: ‘Hendaknya mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya…’.” (QS an-Nuur [24]: 30–31)

So, menundukkan pandangan adalah menjaga pandangan. Nggak dilepas gitu aja tanpa kendali yang memungkinkan bakal merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan jenisnya yang beraksi. Pandangan bisa dibilang terpelihara jika secara tidak sengaja melihat lawan jenis kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat mengulangi melihat lagi atau mengamat-amati kecantikannya atau kegantengannya.

Ath-Thabarani meriwayatkan, Nabi saw. bersabda yang artinya, “Awaslah kamu dari bersendirian dengan wanita, demi Allah yang jiwaku di tanganNya, tiada seorang lelaki yang bersendirian (bersembunyian) dengan wanita malainkan dimasuki oleh setan antara keduanya. Dan, seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran lumpur yang basi lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal baginya.”
Juga dalam hadis yang lain. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, “Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah).

Yang terendah adalah zina hati dengan bernikmat-nikmat karena getaran jiwa yang dekat dengannya, zina mata dengan merasakan sedap memandangnya dan lebih jauh terjerumus ke zina badan dengan, saling bersentuhan, berpegangan, berpelukan, berciuman, dan seterusnya hingga terjadilah persetubuhan. Ati-ati! Waspadalah!

Bor en Sis, dalam Islam nggak ada istilah pacaran, karena pada dasarnya aturan pergaulan dalam Islam adalah infishol alias “terpisah” dalam arti begini: cowok atau cewek hanya bergaul akrab dengan sejenisnya atau para mahram. Berhubungan dengan lawan jenis hanya masalah mu’amalah (bisnis, seperti di pasar antara penjual dan pembeli), pendidikan (seperti antara guru dengan murid atau dosen sama mahasiswanya) juga dalam masalah kesehatan (konsultasi dokter dengan pasiennya dan sejenisnya). Yang semuanya harus tetap sayr’i.

Soal tempat khusus dan tempat umum
Allah Swt. berfirman (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, Maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja)lah, Maka hendaklah kamu kembali. itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS an-Nuur [24]: 27-28)

Bro en Sis, kamu perlu tahu nih tempat atau kondisi yang berkenaan dengan pergaulan antara cowok dan cewek yang bukan mahram.
Pertama, tempat yang kita tidak memerlukan izin pada saat masuk/melihat (contoh :lapangan, rumah sakit, Pasar, dll). Kedua, tempat khusus (tempat yang jika kita ingin masuk atau melihat maka diwajibkan untuk meminta izin, contoh: kamar mandi rumah, mobil pribadi, ruangan pribadi dan sejenisnya).

Terus nih, yang harus diperhatikan dalam pergaulan adalah soal istilah: Pertama, ij’tima, yakni berkumpul, tapi tidak ada interaksi. Kedua, a’laqoh, yakni interaksi, tapi nggak berkumpul (contohnya telepon, chatting online, SMS-an, kirim-kirim e-mail dan sejenisnya). Ketiga, ikhtilat, yakni berkumpul dan beriteraksi (dan yang dibolehkan bagi yang bukan mahram adalah hanya dalam masalah mu’amalat, pendidikan, dan kesehatan)

Oya, saya mau cerita dikit. Pernah tuh saya beda pendapat mengenai status hukum pacaran sama temen sendiri. Saya nggak setuju pacaran, bukan karena saya nggak laku buat pacaran, tapi karena banyak yang nolak sih hehe… (nggak ding, emang saya udah tahu hukumnya pacaran nggak boleh menurut ajaran Islam). Saya menolak pacaran bukan juga untuk nyuruh dia putus sama pacarnya, cuma pengen ngajak berfikir aja. Sampe pada klimaksnya dia bilang ke saya: “Kalo gaya hidup kamu kayak gitu mending nggak usah hidup di Indonesia aja!” Wadduh…. nggak nyangka temen saya ngomong begitu. sampe akhirnya gue jawab “Sory friend, aku hidup di bumi Allah Swt. Kalo kamu nggak setuju sama aturan Allah mending pergi aja dari bumi Allah”. Halah, saya spontan komen gitu. Sempet terfikir itu emosi saya yang menjawab kali ye? Tapi ya udahlah. So, saya udah mencoba untuk tegas walaupun saya masih belajar dalam mentaati semua aturan Islam.

Pacaran nggak cuma mereka yang masih bujangan dan gadis aja, tapi dari usia akil balig sampai kakek nenek bisa berbuat seperti yang diancam oleh hukuman Allah. Hanya saja, yang umum kelihatan melakukan pacaran adalah para remaja. Betul apa bener?

Islam ngatur hubungan antar lawan jenis
Oya, bukan berarti nggak ada solusi dalam Islam untuk berhubungan dengan nonmahram. Dalam Islam hubungan nonmahram ini diakomodasi dalam lembaga perkawinan melalui sistem khitbah/lamaran dan pernikahan. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Hai golongan pemuda, siapa di antara kamu yang mampu untuk menikah, maka hendaklah ia menikah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih memelihara kemaluan. Tetapi, siapa yang tidak mampu menikah, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat mengurangi syahwat.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Darami)

Selain hal tersebut di atas, baik itu hubungan teman, pergaulan laki-laki perempuan tanpa perasaan, ataupun hubungan profesional, ataupun pacaran, ataupun pergaulan guru dan murid, bahkan pergaulan antar-tetangga yang melanggar aturan di atas adalah haram, meskipun Islam tidak mengingkari adanya rasa suka atau bahkan cinta.

Bro en sis, bahkan diperbolehkan suka kepada laki-laki/perempuan yang bukan mahram, tetapi kita diharamkan mengadakan hubungan terbuka dengan nonmahram tanpa mematuhi aturan di atas. Kalau masih pengen juga, kamu kudu ditemani kakak laki-laki ataupun mahram laki-laki kamu dan kamu harus menutup auart masing-masing agar memenuhi aturan yang telah ditetapkan Islam. Tapi ini bukan dalam rangka pacaran, lho. Ya, sekadar bertemu untuk pendidikan atau dakwah, muamalah dan kesehatan. Oke?

Percayalah, jodoh itu Allah Ta’ala yang ngatur. Nggak usah maksain sampe pacaran segala. Ada cerita nih, dari guru ngaji gue sih (minta izin ngutip ya pak.. hehe). Jadi ada cowok-cewek yang udah kepalang pacaran en cinta banget. Ketika mereka dalam pengajian, dibahas tuh masalah pacaran kayak gini. Singkat cerita mereka putus, “demi Islam kita putus aja yach…” katanya. Wah dilema banget emang ya? (cinta deritanya tiada akhir.. hwaach dasar Patkai).

Emang berat en nggak gampang tuh ambil keputusan habis udah cinta mati. Sampe semboyannya aja: “I love you teu eureun-eureun” (gotong royong aja kali ya biar nggak berat). Tapi kemudian mereka iklhas menerima keputusannya. Berlanjut sampe mereka dewasa. Atas ijin Allah mereka dipertemukan kembali, karena ortunya udah saling kenal juga, akhirnya mereka menikah. Wah…wah pastinya bahagia banget mereka. Gimana Bro, mau, mau mau? Kalo udah siap jangan tunggu lama-lama buat ngehindar dari maksiat en fitnah lanjutkan ke pernikahan (lebih cepat lebih baik, kita mah pro syariat Islam!).

BTW, tapi kan nggak segampang yang saya omongin ya? Kata Bang Thufail al-Ghifari sih “nikah itu Jihad yang aduhai” (cit..cwiw!). So, bukankah kalo pengen serius jalin hubungan, emang tujuannya menikah? (loh kok jadi ngomongin nikah? Curhatan saya nih kayaknya. Watau!)

Bukti cinta sejati
Bro en Sis, Rasulullah saw. pernah bersabda (yang artinya): “Bukti cinta sejati itu ada tiga, yaitu: memilih kalam kekasihnya (al-Qu’an) daripada kalam lainNya (hasil produk manusia); memilih bergaul dengan kekasihNya daripada bergaul dengan yang lain; memilih keridhaan kekasihNya daripada keridhaan yang lain.”

Demikian ini karena orang yang mencintai sesuatu itu, ia menjadi hambanya. Yahya bin Mu’adz berhubungan dengan pengertian ini mengatakan: “Setitik benih cinta kepada Allah lebih aku sukai daripada pahala mengerjakan ibadah tujuh puluh tahun.”

Nah, kalo virus merah jambu mulai meradang di hatimu, cuma ada satu solusi jitu: merit binti kawin alias nikah. Nggak apa-apa kok masih muda juga asal udah mantap mentalnya, kuat ilmunya, dan cukup materinya. Tapi kalo ngerasa belum mampu, ya wis kamu kudu rajin-rajin berpuasa untuk meredam gejolak nafsumu. Dan tentunya sambil terus belajar, mengasah kemampuan, dan mengenali Islam lebih dalam, jangan lupa perbanyak kegiatan positif: ngaji dan olahraga, misalnya. Main gim? Halah, bolehlah asal jangan kebablasan! Tapi, daripada main gim mending baca al-Quran atau nulis kayak saya nih di buletin gaulislam. Insya Allah lebih oke. Sip kan?

Bro en Sis, hidup di dunia yang singkat ini kita siapkan untuk memperoleh kemenangan di hari akhirat kelak. Itu sebabnya, yuk kita mulai hidup ini dengan bersungguh-sungguh dan jangan bermain-main. Kita berusaha dan berdoa mengharap pertolongan Allah Swt. agar diberi kekuatan untuk menjalankan segala perintah dan meninggalkan segala laranganNya. Moga kita sukses di dunia dan di akhirat ya. Mau? Mau doooong!Semoga Allah menolong kita, amin. Jadi, tetep mau pacaran? Nggak, Ah! [Samsi: http://saidansam.wordpress.com]

Cinta, Tak Sebatas Asmara

STUDIA Edisi 230/Tahun ke-6 (7 Februari 2005)
Seandainya di bulan Februari nggak ada tanggal merah jambu, mungkin temen-temen kita nggak pada sibuk berburu pernak-pernik bernuansa cinta. Bagi para pelaku bisnis, tanggal merah jambu ini identik dengan tambang uang. Dalam nuansa penuh warna pink di pusat-pusat perbelanjaan juga disemarakkan balon warna-warni berbentuk hati, semua produk berlabel love alias cinta pun banyak dicari.

Berbagai produk ditawarkan. Mulai dari kartu ucapan, cokelat dengan bentuk dan kemasan yang bervariasi, bunga, boneka, bantal, aneka baju berwarna pink, pernak-pernik (semacam cardigan, bando, ikat rambut, jepit rambut), hingga buku dan CD. Udah gitu pake diskon lagi. Gimana konsumen nggak pada ngiler. Tinggal pilih, cocok, bayar.

Hari kasih sayang yang setiap tahun jatuh pada tanggal 14 Februari ini lho yang kita sebut tanggal merah jambu itu. Dunia mengenalnya, Valentine Days (VD). Hari gini, kita bisa tergolong remaja ku’in (pinjem istilah Mbak November Rain di sebuah milis) alias kurang informasi kalo nggak kenal VD. Momen yang udah pasti nggak akan lewat dari pengamatan remaja sejagat raya. Bagi mereka, maknanya begitu spesial. Sehingga kian bejibun remaja-remaji yang ikut berpartisipasi dalam merayakannya dari tahun ke tahun.

Penulis sempet survey ke lapangan perihal perayaan VD ini di mata remaja. Sebut saja Vika dan Yuli ( siswi kelas 3 SMUN 3 Bogor ) serta Valentiana ( siswi kelas 2 SMP PGRI 1 Bogor ), biasanya mereka saling ngasih ucapan baik secara langsung, via kartu, SMS, atau EMS yang pasti melankolis abis. Ada juga acara tuker kado antar temen cewek dan nggak ketinggalan cium pipi kiri-kanan. Atau makan bareng di café atau rumah teman. Kalo pendapat Fajar ( Siswa kelas 2, SMU Taruna Andika ) laen lagi. Doi bilang, temen-temennya suka jalan-jalan bareng pacar. Malah ada yang sampe booking di hotel dan ML. Waduh!

Sobat, makin syerem aja ya ekspresi cinta remaja di bawah bendera Valentine Days. Padahal dari hasil survey penulis, nggak semua remaja tahu banget asal-usul VD itu sendiri. Paling-paling tahu artinya hari kasih sayang doang. Nggak lebih. Walau mereka aktif merayakannya setiap tahun. Emang sih, kebanyakan ikut-kutan ajakan temen atau terprovokasi oleh media massa. Tapi tetep aja menikmati. Hayoo ngaku aja! Nah, biar kita-kita nggak tergolong anggota PKI alias Pemuda (i) Kurang Informasi, ada baiknya kita tengok sekilas sejarah VD. Yuk?

Sekilas sejarah VD

Ensiklopedia Katolik menyebutkan tiga versi tentang Valentine, tetapi versi terkenal adalah kisah Pendeta St. Valentine yang hidup di akhir abad ke 3 M di zaman Raja Romawi Claudius II. Pada tanggal 14 Februari 270 M Claudius II menghukum mati St. Valentine yang telah menentang beberapa perintahnya. Claudius II melihat St. Valentine mengajak manusia kepada agama Nashrani lalu dia memerintahkan untuk menangkapnya.

Dalam versi kedua , Claudius II  memandang para bujangan lebih tabah dalam berperang daripada mereka yang telah menikah yang sejak semula menolak untuk pergi berperang. Maka dia mengeluarkan perintah yang melarang pernikahan. Tetapi St. Valentine menentang perintah ini dan terus mengadakan pernikahan di gereja dengan sembunyi-sembunyi sampai akhirnya diketahui lalu dipenjarakan. Dalam penjara dia berkenalan dengan putri seorang penjaga penjara yang terserang penyakit. Ia mengobatinya hingga sembuh dan jatuh cinta kepadanya. Sebelum dihukum mati, dia mengirim sebuah kartu yang bertuliskan “ Dari yang tulus cintanya, Valentine .” Hal itu terjadi setelah anak tersebut memeluk agama Nashrani bersama 46 kerabatnya.

V ersi ketiga menyebutkan ketika agama Nashrani tersebar di Eropa, di salah satu desa terdapat sebuah tradisi Romawi yang menarik perhatian para pendeta. Dalam tradisi itu para pemuda desa selalu berkumpul setiap pertengahan bulan Februari. Mereka menulis nama-nama gadis desa dan meletakkannya di dalam sebuah kotak, lalu setiap pemuda mengambil salah satu nama dari kotak tersebut, dan gadis yang namanya keluar  akan menjadi kekasihnya sepanjang tahun. Ia juga mengirimkan sebuah kartu yang bertuliskan “ dengan nama tuhan Ibu, saya kirimkan kepadamu kartu ini .”

Akibat sulitnya menghilangkan tradisi Romawi ini, para pendeta memutuskan mengganti kalimat “ dengan nama tuhan Ibu ” dengan kalimat “ dengan nama Pendeta Valentine ” sehingga dapat mengikat para pemuda tersebut dengan agama Nashrani.

Sobat, dengan informasi tentang sejarah VD di atas, semoga kamu makin haqul yakin kalo VD adalah budaya non Islam. Bukan cuma sekedar seremonial biasa. Jadi, seperti pendapat Ismail ( salah satu alumnus SMU Bina Sejahtera ), “Nggak baek ngikutin perayaan agama laen kayak Valentine Days. Sekedar tahu sih boleh aja.” Nah, biar nggak kejerumus. Hindari ya? Akur kan? Pasti dong! Sip deh!

Cinta kita begitu luas

Sobat muda muslim, mendengar obrolan remaja tentang cinta, sepertinya makna cinta itu makin menyempit. Sesempit ruang bernapas dalam KRL Jakarta-Bogor kelas ekonomi di pagi hari. Maknanya nggak jauh dari cerita indah yang menghiasi keseharian Kenshin Himura dan Kori dalam Samurai-X. Selalu diartikan kasih asmara antar lawan jenis. Padahal Allah swt. menciptakan rasa ini dalam diri manusia nggak cuma dalam rangka memadu kasih dua insan yang tengah kasmaran. Bisa juga berupa kecintaan seorang bapak kepada anak dan istrinya, cinta kita pada orang tua dan keluarga, atau kepada saudara seakidah.

Seorang bapak, nggak kenal lelah untuk mencari nafkah sebagai ekspresi cintanya pada keluarga. Sekecil apapun kesempatan yang Allah berikan untuk menghidupi keluarganya, akan dia kejar meski harus membanting tulang dan bermandi keringat. Baginya, jadi pedagang asongan, petugas parkir, atau tukang bakso keliling dengan penghasilan minim lebih mulia dan terhormat dibanding seorang pencopet, maling, atau penjudi.

Cinta kita pada orang tua sudah seharusnya membuat kita belajar untuk mandiri berbakti kepadanya. Menginvestasikan setiap pemberian mereka dalam ilmu yang bermanfaat dan kedewasaan dalam besikap dan berbuat. Sebab someday , kita pun akan jadi orang tua yang mengurus keluarga sendiri dan juga mereka yang telah renta.

Cinta kepada saudara seakidah akan menghancurkan tembok sekolah, rumah, suku, atau negara, yang menyekat kita. Rela mengorbankan harta, tenaga, waktu, pikiran, atau apapun yang dimiliki sesuai kemampuan untuk saudaranya. Dalam hadis Mutafaq ‘alaih dari Anas dari Nabi saw. ia bersabda:

“Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”

Dan yang terakhir adalah kecintaan kita kepada Allah dan RasulNya. Menurut al-Zujaj: “Cintanya manusia kepada Allah dan RasulNya adalah menaati keduanya dan ridho terhadap segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah saw”. Sehingga seorang hamba akan bersegera memenuhi seruan-Nya. Meski harus ditukar dengan cintanya pada anak-istri, keluarga, atau harta benda (lihat QS at-Taubah [9]: 24)

Nah sobat, inilah makna cinta bagi seorang muslim. Begitu universal dan luas. Saking luasnya nggak perlu dibatasi dengan hari khusus macam VD. Atau diekspresikan dengan pacaran dan gaul bebas yang malah menempatkan cinta itu sendiri atas nama nafsu syahwat. Kita bisa mencintai sepanjang hari selama hidup kita dan tidak terbatas cuma kepada lawan jenis aja. Karena itu, cintailah cinta dari sang Pemberi Cinta.

Serangan budaya di depan kita

Sobat muda muslim, di era globalisasi kayak sekarang, emang nggak gampang menghindari serangan budaya sekular barat. Dunia begitu sempit. Sementara jangkauan pengaruh budaya itu malah makin meluas dengan bantuan kecanggihan teknologi. Di dunia cyber maupun di dunia nyata, arus budaya itu keluar masuk nggak pake karcis dan bebas menyapa remaja. Kondisi ini diperparah oleh kampanye ‘selamatkan remaja dari status jomblo’ melalui tayangan sinetron atau reality show yang bertemakan cinta remaja. Pada akhirnya, kian banyak remaja yang tergoda untuk ikut-ikutan gaul bebas dan menodai cintanya dengan lumuran hawa nafsu. Ancur dah! Lantas musti gimana dong?

Nggak usah bingung. Kalo kita nggak bisa menghindari, bukan berarti kita nggak bisa membangun benteng dalam diri kita. Caranya, perkuat akidah kita biar nggak latah ngikut budaya rusak itu karena diajak temen atau terprovokasi oleh media massa. Itu sebabnya, kita wajib nyadar kalo perilaku kita di dunia nggak akan lolos dari pengamatanNya, juga dari catatan Malaikat Raqib dan ‘Atid yang setia sampai mati mendampingi kita. Allah Swt. berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS al-Isrâ [17]: 36)

Untuk urusan cinta, Islam udah ngatur ekspresinya biar nggak ketuker dengan ayam jago yang maen sosor aja kalo udah kebelet. Nggak ada tuh, yang namanya pacaran, HTS (Hubungan Tanpa Sex), ataupun pacaran islami. Yang ada dalam Islam adalah mekanisme khitbah dan nikah untuk penyaluran hasrat mencintai lawan jenis. Dan perlu dicatet, mekanisme ini bukanlah pilihan, tapi kewajiban. Allah Swt. berfirman:

”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS al-Ahzab [33]: 36)

Selain itu, kita juga kudu berani berkata ‘tiiidaaak..!’ pada ajakan teman untuk bermaksiat kepadaNya. Seperti berpartisipasi dalam perayaan VD, tahun baru, April Mop , dugem, atau gaul bebas dengan lawan jenis. Ngapain juga kita kudu ngikut ajakan dia? Demi nilai persahabatan? Huh, gombal! Seorang sahabat yang baik dan benar (kayak EYD aja), pasti ngajak kita untuk taat, bukan untuk bermaksiat. Catet ya…

Oke deh sobat, kita bukan anak kecil lagi yang gampang latah ngikutin temennya yang ngajak nggak bener. Kita udah cukup dewasa untuk menjadikan hidup ini lebih berarti. Sebab hidup nggak cuma sekali. Ada kehidupan ke dua di akhirat nanti. Dan belajar terus tentang Islam menjadi pilihan terbaik dalam mengisi masa muda kita. Jadi, tunggu apa lagi, ikut ngaji nyok? Nyook…! Kita tunggu lho… Siap kan? Tetap semangat! [hafidz]

http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam/cinta-tak-sebatas-asmara.html

Jaga Virgin Sampe Kawin

gaulislam edisi 015/tahun I (26 Muharam 1429/4 Februari 2008)
Hayo, siapa di antara kamu yang cewek yang masih virgin? Oppss.. sori, nanyanya sensanif, eh sensitif banget ya? Ehm.. maklumlah, jaman kiwari soal virginitas kayaknya makin murah aja. Kesannya gampangan untuk diobral atau malah cuci gudang, gitu deh. Nggak percaya? Banyak kasus kok kalo kamu mau jeli melihat dan merasakan bahwa hubungan cowok-cewek di kalangan remaja udah sampe batas yang mengkhawatirkan banget. Mau bukti? Coba deh baca aja koran, majalah, tabloid, atau nonton berita di televisi dan surfing di internet.

Sekadar contoh nih, Hasil survei yang dilakukan oleh Annisa Fondation cukup mengejutkan karena 42,3 % pelajar perempuan telah melakukan hubungan seks pra-nikah. Siaran pers lembaga independen yang bergerak di bidang kemanusian dan kesejahteraan gender ini, menerangkan sebanyak 42,3 persen pelajar di Cianjur sudah hilang keperawanannya saat duduk di bangku sekolah. Parahnya, mereka yang terlibat kegiatan seks bebas itu bukan berarti karena tidak mengerti atau tidak paham nilai agama atau budi pekerti. Sebab hampir 90 persen dari mereka mengaku praktik hubungan seksual di luar nikah merupakan perbuatan dosa yang seharusnya dihindari. (Hidayatullah.com, 12/02/2007)

Nah lho, ini sekadar satu contoh, dulu di tahun 2002 sempat heboh juga saat penelitian yang dilakukan Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora (LSCK PUSBIH) menunjukkan hampir 97,05 persen mahasiswi di Yogyakarta sudah hilang keperawanannya saat kuliah.

Sobat muda muslim, emang sih dalam setiap penelitian bisa berbeda metode dan analisis datanya, itu sebabnya, banyak orang yang juga meragukan beberapa hasil penelitian. Sebabnya, mungkin saja orang bisa berbohong dengan statistik. Okelah, untuk kasus seks bebas yang salah satu dampaknya adalah harga keperawanan jadi begitu murah (backsound: dan ini berbanding terbalik dengan harga sembako untuk saat ini), sebenarnya tanpa memperhatikan hasil survei dan penelitian dari lembaga manapun, faktanya memang bisa dengan mudah kita saksikan via media massa atau dalam kehidupan sehari-hari. Lagian, survei kan ‘sekadar’ ingin mengetahui level positif atau negatif dari sebuah obyek survei/penelitian dalam bentuk angka atau prosentasi jumlah. Itu sebabnya, jika ada dua orang saja yang melakukan perbuatan seks bebas, artinya tetap harus menjadi perhatian dan dicari solusinya. Tul nggak sih?

Hati-hati dengan kelaminmu!
Sobat, pernah nggak beli barang tertentu dan nggak boleh coba-coba sebelum kita pasti akan membelinya? Ada banyak penjual barang tertentu yang sama sekali tidak membolehkan barang yang hendak dijualnya itu dijajal terlebih dahulu oleh calon pembelinya tanpa pasti akan membeli tuh barang. Memang tidak semua barang, tapi ada barang tertentu. Pengalaman saya sih, beberapa kali membeli ponsel untuk sendiri, istri dan nganter teman, tuh barang hanya boleh dilihat-lihat saja brosurnya, atau modelnya (replika) saja. Sementara barang aslinya tetap ada di kardusnya dan disegel. Baru deh ketika kita hendak membelinya dengan pasti, kardusnya dibuka, ponselnya dikeluarin dan bisa langsung digunakan. Uangnya tentu saja kita berikan karena udah jadi beli.

Tapi banyak juga barang yang dijual bebas dan pembeli bisa leluasa mencoba bin menjajalnya tak perlu khawatir ada kewajiban harus membelinya. Artinya, bebas mencoba dan kalo nggak cocok nggak akan dibeli. Misalnya, beli sepatu. Pengalaman sih begitu. Tapi mungkin saja kalo beli sepatunya merek terkenal dan harganya cukup mahal bisa saja sang penjual menerapkan kebijakan tanpa mencoba, pembeli hanya diperbolehkan melihat replikanya dan menyesuaikan ukurannya saja. Jika cocok dan hendak membeli maka tuh barang akan dikeluarkan dari wadahnya.

Bro, untuk jualan dan membeli barang saja betapa telitinya kita, betapa ketatnya menjaga kualitas, dan amat memperhatikan kesempurnaan. Dan, untuk semua itu, ada kompensasi harga yang nggak sedikit. Nah, tentu saja logikanya, untuk harga sebuah virginitas atau keperawanan ini, sangatlah mahal. Persoalannya bukan lagi menyangkut persepsi orang lain terhadap kita, tapi lebih dari itu adalah penilaian Allah Swt. terhadap ketakwaan kita. Sebab, sebagai seorang muslim, perbuatan kita senantiasa akan dipantau dan dinilai oleh Allah Swt.

Oke, itu sebabnya kita nggak boleh lho mengobral kelamin kita begitu murahnya, bahkan tak berharga. Jangan sampe kamu bertekuk lutut dan berbuka paha di hadapan cowok yang belum sah jadi suami kamu. Meskipun itu pacarmu, tapi tetap saja pacarmu bukan suamimu, toh? Ibarat kendaraan bermotor, kamu belum punya BPKB alias Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor. Boleh dibilang kamu “memilikinya” dengan cara ilegal (hati-hati kena tilang lho!). Iya dong, gimana bisa disebut legal, wong bukti kepemilikan aja kita nggak punya. Nah, sama dengan pacaran. Pacaran itu kan ‘HTI’ alias hubungan tanpa ikatan. Benar kan? Coba, memangnya kalo pacaran ada tanda bukti tertulis tentang sebuah ikatan dan perjanjian seperti halnya dalam buku nikah? Nggak ada kan? (semoga tidak ada yang nekat merencanakan bikin buku legalitas sebagai bukti pengesahan atas aktivitas pacaran. Hmm…)

Sobat muda muslim, ketika kamu pacaran, kamu cuma boleh bilang, dan memang cuma bisa bilang ke teman-teman kamu bahwa yang kamu gandeng ke tempat kondangan itu adalah sebagai pacarmu, bukan suamimu. Dari definisi ini saja sudah jelas bahwa pacar emang beda dengan pengertian istri atau suami. Itu artinya, tidak ada hak dan kewajiban sebagaimana yang ada dalam hubungan suami-istri. Dengan kata lain, karena statusnya sebagai pacar, maka tidak bisa (dan memang tidak boleh en nggak berhak) melakukan kegiatan layaknya mereka yang sudah terikat pernikahan. Meski kamu dalam pacaran nekat memanggil pasangan dengan “mama-papa”, tapi bukan berarti boleh juga melakukan “kegiatan mama-papa” seperti dalam ikatan pernikahan. Karena memang akan dinilai berbeda dan jelas definisi dari kegiatannya pun akan berbeda, gitu lho.

Misalnya, kalo kamu menggandeng tangan pacarmu dengan mesra, maka kemesraan kalian berdua justru dilarang oleh Allah Swt. Kenapa? Karena bermesraan dengan orang yang belum halal menjadi pasanganmu adalah berdosa. Tapi kalo sudah resmi menjadi suami-istri, jangankan sekadar menggandeng tangan, menciumi dan berpelukan mesra, bahkan berhubungan seksual pun halal dilakukan. Jadi intinya, kalo pas pacaran kegiatan seperti itu dinilai dosa, maka setelah menikah bernilai pahala. Jelas beda banget kan?

Kendalikan nafsumu!
Memang, kalo menurut PNdK alias Penelusuran Nafsu dan Kekuatan, sangat boleh jadi mereka yang pacaran sangat memenuhi kriteria ini. Maklum, soal nafsu dan kekuatan emang bisa mengalahkan akal sehat dan juga keimanan. Sebab, ketika keimanan yang cuma nyangkut di KTP itu, setan pun getol bergerilya dan menaburkan jerat-jerat dan mengobarkan hawa nafsu kepada mereka yang imannya kendor. Kalo udah gitu, setan tinggal jejingkrakan sambil diriingi irama kesesatan karena udah berhasil menjerumuskan manusia ke jurang nista karena akal sehat dan imannya terkubur hawa nafsu.

Benar adanya firman Allah Swt.: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS al-Jaatsiyah [45]: 23)

Sobat, dalam kamus virgin itu bermakna keperawanan. Artinya, tak pernah melakukan seks. Dalam Encarta Dictionary Tools misalnya, virgin diartikan sebagai: somebody, especially a woman, who has never had sexual intercourse.

Sementara pengertian perawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: belum pernah bersetubuh dengan laki-laki; masih murni (tt anak perempuan). (KBBI, 2003, hlm. 855)

Boys and gals, dari pengertian menurut kamus tersebut, tentunya kita harus berhati-hati dengan kelamin kita. Nggak boleh diobral dan dijajal or diujicoba sebelum waktunya, yakni sebelum menikah. Pemuasan hawa nafsu melalui kelamin masing-masing hanya halal setelah adanya pernikahan di antara kalian. Kalo belum terikat pernikahan? Itu namanya perzinaan. Dosa besar dalam ajaran agama kita.

Dalam sebagian jalan (riwayat) hadits Samurah bin Jundab yang disebutkan di dalam Shahih Bukhari, bahwa Nabi saw. bersabda: “Semalam aku bermimpi didatangi dua orang. Lalu keduanya membawaku keluar, maka aku pun pergi bersama mereka, hingga tiba di sebuah bangunan yang menyerupai tungku api, bagian atas sempit dan bagian bawahnya luas. Di bawahnya dinyalakan api. Di dalam tungku itu ada orang-orang (yang terdiri dari) laki-laki dan wanita yang telanjang. Jika api dinyalakan, maka mereka naik ke atas hingga hampir mereka keluar. Jika api dipadamkan, mereka kembali masuk ke dalam tungku. Aku bertanya: ‘Siapakah mereka itu?’ Keduanya menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang berzina.” Ih, naudzubillahi min dzalik.

Nah, itulah hukuman di akhirat nanti yang bakal dijalani oleh para pezina. Jadi, kalo sekarang ada teman-teman kamu yang merasa aman-aman saja karena nggak dapat hukuman di dunia—karena nggak diterapkan aturan Islam—siap-siaplah karena Allah akan memberi adzab yang pedih dan berat di akhirat kelak. Firman Allah Swt.:

“Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan): “Rasakanlah azab yang membakar ini”. (QS al-Hajj [22]: 22)

Lalu, bagi yang menjaga diri dari perbuatan tersebut? Allah akan memberikan pahala dan tempat yang baik di surga.
Abu Hurairah dan Ibnu Abbas r.a. berkata: “Rasulullah Saw. berkhutbah sebelum wafatnya, yang di antaranya beliau bersabda: “Barangsiapa mampu bersetubuh dengan wanita atau gadis secara haram, lalu dia meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah menjaganya pada hari yang penuh ketakutan yang besar (kiamat), diharamkannya masuk neraka dan memasukkannya ke dalam surga.” (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dalam Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin).

Hmm.. adil banget. Untuk yang maksiat, ganjarannya neraka, dan untuk yang beramal shalih, ganjarannya surga. Ayo, pilih mana? Orang cerdas dan takwa, pasti pilih surga.

So, buat kamu para cewek, kendalikan nafsumu: jaga virgin sampe kawin! Gimana, setuju kan? [solihin: sholihin@gmx.net]

http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam/jaga-virgin-sampe-kawin.html

Pede Dong jadi Remaja Muslim!

Edisi 193/Tahun ke-5 (3 Mei 2004)
Bener lho. Percaya diri itu bikin kita enjoy menikmati hidup. Bikin asyik menikmati tan-tangan dan rintangan. Percaya diri pun diyakini bisa menem-patkan kita sebagai orang yang bisa mengelola emosi. Duileee sampe segitunya ya? Bener. Sebab, ketika kita memiliki rasa percaya diri, kita tahu apa yang kudu kita lakukan. Kita bisa ngukur diri. Itu sebabnya, orang yang percaya dengan kemampuan dirinya, biasanya bakalan rileks en tanpa beban dalam berbuat. Ini, tidak saja membawa hasil maksimal, tapi juga antistres. Nggak percaya? Silakan dicoba.

Sobat muda muslim, percaya diri alias pede emang kudu ditumbuh-kembangkan dalam diri kita. Kita rawat, kita bersihkan, kita poles dengan apik, dan kita sirami agar terus bersemi. Insya Allah, itu akan membuat kita tak pernah merasa terbebani. Kita akan menatap masa depan dengan penuh semangat dan tentunya tak mudah goyah dengan berbagai godaan en rayuan. Mulai dari rayuan pulau kelapa ampe rayuan gombal sekali pun. Nggak mudah percaya ama rayuan. Yakin itu.

Mungkin sebagian teman kita sutris banget pas ada yang ngata-ngatain bahwa umat Islam itu terbelakang en bodoh. Emang dalem banget en nyelekit pernyataan tersebut. Terus karena kalah mental akhirnya doi nggak pede lagi jadi seorang muslim. Jangan sampe tuh ngendon juga di jiwamu!

Padahal, cobalah kita berpikir lebih jernih. Sikap minder itu muncul justru karena kita merasa rendah diri. Merasa kerdil di hadapan orang lain. Padahal sejatinya, belum tentu orang lain lebih baik dari kita. Belum tentu pula kita lebih jelek di hadapan mereka. Itu semua adalah sekadar nilai dan cara pandang aja. Meski emang kudu ada standar nilai dan standar cara pandang yang benar.

Tapi terlepas dari salah-benar standar hidupnya, rasa percaya diri itu bisa menuntun kita lebih bijak dalam bersikap. Coba aja pikirkan. Kalo ada pernyataan seperti tadi, kamu jangan terpancing dan terbawa opini untuk ikut-ikutan merasa terbelakang, hanya karena kita sebagai muslim. Lagian pernyataan itu kan nggak sepenuhnya benar. Masih perlu diujicoba dan dibuktikan argumentasinya di lapangan. Tul nggak seh?

Mungkin benar pernyataan tersebut kalo fakta yang ditunjukkinnya adalah kaum muslimin yang berada dalam kondisi miskin dan tingkat pendidikannya rendah. Tapi kan masih ada kalangan muslim yang kaya dan jenjang pendidikannya lebih tinggi. Nah, jadi nggak perlu minder kan?

Bahkan jika pernyataan itu memojokkan kita sekali pun, bukan berarti kita pantas untuk minder en bersedih. Sebaliknya, fakta itu kita jadikan sebagai bahan renungan untuk lebih memberikan perhatian yang banyak kepada Islam dan umatnya. Tentunya, agar di kemudian hari kita lebih terhormat. Betul?

Jadi, nggak usah minder ya. Kita berjuang tanpa bosan, tanpa beban, dan tentunya tetap semangat. Buang jauh-jauh file minder van rendah diri dari daftar file di direktori otak kita. Kita cerahkan masa depan hidup kita dengan rasa percaya diri. Apalagi, kita adalah pejuang Islam, nggak pantes deh kalo kita malah nggak pede. Malu banget tuh sama jenggot yang jumlahnya cuma lima lembar itu. Heheheh (apa hubungannya ya?)

Tetep cool ya…

Wuih, cool? Emang mainnya hobi yang dingin-dingan aja ya? Kata teman saya sih, kalo kita cool berarti profesinya nggak jauh dari tukang reparasi kulkas? Hihihi.. ngaco aja ah. You pasti udah understand -lah dengan istilah cool ini.

Oke deh, kita sepakati aja dulu tentang istilah ini. Berdasarkan kamus bahasa slang yang berceceran banyak di internet, istilah cool ini muradif alias padanan katanya sama dengan asyik. Asyik? Bener. Wah, ternyata enak juga jadi remaja yang cool ya? Jadi, tetep sa’ik alias asyik dalam menjalani hidup ini. Kita bisa kok. Nggak masalah.

Sobat muda muslim, gimana dong buat yang belum pede? Kita kan pengen juga neh. Iya ya? Yang belum pede, berarti kudu belajar untuk pede. Kalo yang udah pede mah, kudu dipertahankan ya. Biar tetep pede.

Oke deh, buat kamu yang belum pede en supaya tetep cool, kita ngasih beberapa tips nih supaya bisa pede. Secara umum tapi ye. Insya Allah tetap bermanfaat kok.

Pertama , mengenali diri sendiri. Lho, emangnya ada yang masih belum kenal dengan dirinya sendiri? Wah, jangan heran Bro , banyak di antara kita yang nggak ngeh dengan diri kita sendiri. Caranya begini. Belajar menilai diri secara obyektif dan jujur. Susunlah daftar ‘kekayaan’ pribadi, seperti prestasi yang pernah diraih, sifat-sifat positif, potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan maupun yang belum, keahlian yang dimiliki, serta kesempatan atau pun sarana yang mendukung kemajuan diri.

Kamu kudu nyadar dengan semua aset berharga yang kamu miliki. Terus, silakan temukan pula aset yang belum dikembangkan. Pelajari kendala yang selama ini menghalangi perkembangan diri kamu, seperti: pola berpikir yang keliru, niat dan motivasi yang lemah, kurangnya disiplin diri, kurangnya ketekunan dan kesabaran, tergantung pada bantuan orang lain, atau pun sebab-sebab eksternal lain.

Kalo pengen lebih keren, bikin deh hasil analisa dan pemetaan terhadap SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunity and Threats) diri, kemudian digunakan untuk membuat dan menerapkan strategi pengem-bangan diri yang lebih realistik. Coba ye..

Kedua , menilai diri sendiri dengan jujur. Nah lho, jarang banget nih ada orang yang pandai menilai pribadinya dengan jujur. Mayoritas kalo udah bicara tentang dirinya, pasti GUE BANGET. Orang lain mah LEWAAAT. Ih, jangan sampe begitu ya.

Sobat muda muslim, sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang kamu miliki. Ingat lho, bahwa semua itu didapat melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi (perubahan) diri sejak dulu ampe sekarang. Kalo kamu mengabaikan/meremeh-kan satu saja prestasi yang pernah diraih, berarti mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu kamu menemukan jalan yang tepat menuju masa depan.

Oya, ati-ati lho, kerana ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong munculnya keinginan yang tidak realistik dan berlebihan; contoh: ingin cepat kaya, ingin cantik en getop, mendapat jabatan penting dengan segala cara. Kalo dipiki-piki, semua itu sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri yang kronis, penolakan terhadap diri sendiri, ketidak-mampuan menghargai diri sendiri–hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri. Heuheuheu.. jangan ampe hinggap di dirimu deh!

Ketiga , berpikir positif. Cobalah kamu perangi setiap asumsi, prasangka, atau persepsi negatif yang muncul dalam benak kamu. Kamu bisa katakan pada diri sendiri, bahwa nobody’s perfect dan it’s okay if I made a mistake (duileee nih ngomongnya David Beckham banget).

Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar, bercabang, dan berdaun. Semakin besar dan menyebar, makin sulit dikendalikan dan dipotong. Walah?

Itu sebabnya, jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan kamu. Hati-hatilah agar masa depan kamu nggak rusak karena keputusan keliru yang dihasilkan oleh pikiran keliru. Jika pikiran itu muncul, cobalah menuliskannya untuk kemudian di re-view kembali secara logis dan rasional. Pada umumnya, orang lebih bisa melihat bahwa pikiran itu ternyata tidak benar. Coba ya? Iya sih! (nah kalo ini Dian Sastro banget neh! Hihihi)

Keempat , boleh deh pajang slogan-slogan oke. Tempelin dekat meja belajarmu: “Saya pasti bisa!”, “Saya akan belajar dari kesalahan ini” “Hari esok milik saya”, “Islam pasti menang!”, “Aku ingin syahid”. Wis, pokoke sebanyak-banyak yang bisa menggugah semangatmu.

Kelima , berani ambil risiko. Nah, ini juga perlu kamu kembangkan. Hidup ini selalu berubah sobat. Seringjkali bahkan kudu berani ngambil risiko. Kami nggak perlu menghindari setiap risiko, melain-kan lebih menggunakan strategi-strategi untuk menghindari, mencegah atau pun mengatasi risiko tersebut.

Contohnya, kamu nggak perlu menyenangkan orang lain untuk meng-hindari risiko ditolak. Jika kamu ingin mengembangkan diri sendiri (bukan diri seperti yang diharapkan orang lain), pasti ada risiko dan tantangannya. Namun, lebih buruk berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa daripada maju berkembang dengan mengambil risiko. Ingat: No Risk, No Gain. Huhuy!

Keenam , tetapkan tujuan yang realistis. Nah, ini perlu sobat. Kamu perlu mengevaluasi tujuan-tujuan yang kamu tetapkan selama ini; apakah tujuan tersebut sudah realistik atau nggak. Dengan menerapkan tujuan yang lebih realistik, maka akan memudahkan kamu dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian kamu akan menjadi lebih percaya diri dalam mengambil langkah, tindakan dan keputusan dalam mencapai masa depan, sambil mencegah terjadinya risiko yang tidak diinginkan.

Ketujuh , bersyukur dan tawakal. Wajib deh buat kita semua untuk mensyukuri nikmat dari Allah. Kita kadang sulit menghadapi hidup ini, tapi dengan banyak bersyukur, pikiran dan perasaan kita jadi lebih tenang menghadapinya.

Moga beberapa tips yang berhasil saya ramu dari berbagai pendapat ini bisa bikin kamu tambah pede en tentunya tetep cool ya.

Islam bikin kita pede

Ada beberapa alasan yang sebenarnya bisa bikin kita pede dengan jadi muslim. Islam, agama kita, memiliki banyak kelebihan yang bisa dibanggakan. Dan tentunya bisa bikin pede dong. Jadi bener ya, kalo kita kenal dengan agama kita sendiri, dan tahu apa aja kelebihan-nya, insya Allah bikin pede.

Pertama , Islam mengajarkan bahwa tuhan kita adalah Allah. Maha segalanya. Tuhan yang lain mah lewaat deh. Firman Allah Swt.: “Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”. (QS al-Ikhlas [112]: 1-4)

Insya Allah ini juga bisa bikin kita pede. Kepada siapa lagi coba kita akan menyembah kecuali kepada Allah? Betul?

Kedua , Islam juga punya al-Quran. Ini benar-benar the amazing book . Pedoman hidup kita dari masalah yang kecil ampe yang besar. Mulai soal bersuci sampe pemerintahan dan negara. Wuih, mana ada kitab lain yang bisa begitu? Wah bener-bener bikin pede dan membanggakan banget.

Sampe-sampe W.E. Hocking berkomen-tar, “Oleh karena itu, saya merasa benar dalam penegasan saya, bahwa al-Quran mengandung banyak prinsip yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya sendiri. Sesunguhnya dapat dikata­kan, bahwa hingga pertengahan abad ke tiga­belas, Islam-lah pembawa segala apa yang tumbuh yang dapat dibanggakan oleh dunia Barat.” ( The Spirit of World Politics, 1932, hlm. 461 )

Ketiga, kita punya nabi yang dikagumi orang sejagat. Rasulullah saw. diakui oleh kawan dan lawannya. Penulis buku Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia , Michael Hart, menyebutkan, “Dia (Muhammad saw.) adalah orang yang paling berpengaruh sepanjang sejarah kehidupan manusia lebih dari Newton dan Yesus (Nabi Isa) atau siapapun di dunia ini.”

Oke deh, paling nggak itu beberapa alasan kenapa kita kudu pede jadi remaja muslim. Yuk, kita sama-sama membangun rasa percaya diri dan mempertahankannya.Kita bisa mencoba mulai dari sekarang. Nggak perlu nunggu lama lagi. Apalagi, kita sebagai remaja muslim dan juga pengemban dakwah. Kalo sampe nggak pede, aduh, malu atuh! [solihin]

http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam/pede-dong-jadi-remaja-muslim.html

Ideology in the Movie

STUDIA Edisi 275/Tahun ke-7 (9 Januari 2006)
Menjelang penutupan tahun 2005 dan mengawali tahun baru 2006, tiap stasiun tv berlomba menggaet pemirsa dengan film-film bioskop yang diputar pada prime time. Kita ampe bingung milih film yang pengen ditonton. Ada drama klasik kepahlawanan model The Patriot, action comedy The Tuxedo khas Jacky Chan, horor dan thriller Ghost Ship yang mencekam, kungfu mandarin ala Jet Li, atau komedi slapstiknya Stephen Chow dalam Kungfu Husttle. Semuanya gratis bo! (kecuali bayar listriknya aja buat ngidupin tivi kita.)

Untuk urusan hiburan, kayaknya nonton film emang pantas nangkring di peringkat atas. Meski selera penonton bervariasi, produsen film nggak pernah kehilangan akal untuk memenuhi permintaan pasar. Pintarnya, penonton disuguhkan para pemerannya yang eye catching. Gimana nggak bikin kita betah melototin ampe tamat. Just sit, see, follow the story and enjoy the movie. Bener-bener ngehibur. Makanya Samuel Goldwyn, salah satu pendiri studio Metro Goldwyn Mayer, pernah bilang, “Film itu untuk hiburan, kalau ngasih pesan-pesan sih tugasnya Western Union.” Hehehe… bisa neh si bos.

Sayangnya, adakalnya kita terlena dengan stempel hiburan yang melekat pada film yang kita nikmati. Padahal, film paling jago menggiring opini publik ke arah sudut pandang produsen atau sponsor yang ngemodalin pembuatannya. Kalo nggak smart, bisa-bisa kita terhipnotis dan terbawa alur cerita film yang kita tonton. Mending kalo filmnya mengajak sekaligus mendidik penonton ke arah positif. Lha kalo yang dipertontonkan budaya sekuler yang minim edukasi atau propaganda ideologi non Islam, bisa berabe kan?

Film dan pesan sponsor
Pengamat film nasional Victor C. Mambor mengatakan bahwa film telah dikenal di Indonesia tanggal 5 Desember 1900 dengan sebutan “Gambar Idoep”. Saat itu pertama kalinya film diputar di Indonesia, dengan menampilkan film dokumenter tentang perjalanan Ratu Olanda dan Raja Hertog Hendrik di kota Den Haag. Film buatan lokal sendiri baru dibuat tahun 1926, dengan judul Loetoeng Kasaroeng dengan mengambil tempat pembuatan di Padalarang.

Akan tetapi saat ini, sinema telah bermetamorfosis menjadi karya seni yang dianggap paling sempurna. Nggak cuma gambar idoep. Kesempurnaan itu dipandang dari kemampuannya menggabungkan seni-seni yang lain; sinematografi, sound effect, visual effect dsb. Dengan kemampuan ini, tentu saja pengaruh film jadi  lebih dahsyat. Nggak sekadar hiburan, informasi yang disampaikan film cukup efektif untuk mempengaruhi penonton. Sehingga film pun dipake untuk menyampaikan pesan-pesan sponsor baik secara samar-samar sampe yang vulgar. Pesan yang disampaikannya juga bervariasi. Dari iklan sebuah produk, pesan moral, hingga propaganda yang bermuatan politis bin ideologis.

Beberapa film yang masuk kategori terakhir diantaranya, Schindler’s List (1993) dan Munich (2005) yang digarap sutradara Steven Spielberg; The Hunt for Red October, yang dibintangi Sean Connery dan Alec Baldwin (1990) hasil garapan sutradara John McTiernan; ar-Risalah (1976) dan Umar Mokhtar (1982) yang disutradarai Mustapha Akkad.
Schlindler’s List bercerita tentang pembantaian (holocaust) terhadap warga Yahudi di kamp konsentreasi Auschwit, Polandia yang dilakukan Nazi pada perang dunia ke II. Dan upaya Oskar Schlindler, orang yang selamat dari pembantaian, untuk membebaskan 1100 warga yahudi yang dianggap penting dari kamp dan membawa mereka ke gudang amunisi miliknya di Chekoslovakia.

The Hunt for Red October, diangkat dari cerita novel terlaris Tom Clancy. Sebuah kapal selam nuklir Soviet terbaru yang sangat canggih teknologinya, The Red October, sedang menuju ke perairan Amerika di bawah komando Kapten Marko Ramius (Sean Connery). Pemerintah Amerika berpikir bahwa Ramius berencana untuk melakukan penyerangan. Namun menurut seorang ahli analisis CIA, Jack Ryan (Alec Baldwin), Ramius justru sedang berusaha untuk membelot dan ia harus berusaha membuktikannya dengan menemukan lokasi Ramius saat ini. Ia hanya memiliki beberapa jam saja. Karena seluruh kekuatan pasukan Rusia juga dikerahkan untuk menemukan Ramius bersama dengan “The Red October”. Perburuan pun dimulai dan seru!

Dalam Munich (2005), Steven Spielberg mengangkat insiden berdarah yang dikenal dengan sebutan ‘Black September’ pada Olimpiade Muenchen 1972. Serangan 5 September 1972 di perkampungan atlet itu, berakhir dengan pembunuhan massal di lapangan terbang Muenchen yang menewaskan 11 atlet Israel. Film yang mengambil suasana setelah tragedi itu, bercerita tentang kisah beberapa agen Israel yang dikirim untuk menangkap dan membunuh orang-orang Palestina yang diyakini sebagai pelaku ‘Black September’.

Sementara ar-Risalah alias The Messenger (1976) merupakan hasil besutan produser Muslim asal Suria, Mustapha Akkad. Ar-Risalah yang dikenal juga dengan judul “Muhammad Rasul Allah”, mengisahkan pengangkatan beliau sebagai Nabi, dakwah Islam di Makkah, boikot ekonomi dan sosial terhadap muslimin oleh kafir Quraisy, hijrah ke Madinah, pembangunan Masjid Nabi sebagai pusat pemerintahan Islam, perang Badar, Perang Uhud, dan Fathu Makkah.

Pada tahun 1982, Musthafa Aqqad membuat film “Singa Padang Pasir (Lion of The Desert)” atau “Omar Mukhtar”. Omar Mukhtar adalah pahlawan nasional dari Libia. Dengan semangat jihad dan tak kenal kompromi, pahlawan ini bangkit melawan pasukan militer Itali yang berniat menjajah Libia. Ketika menghadapi kegagalan dalam beberapa kali serangannya ke Libia, maka Mussolini, pemimpin diktator Italia saat itu, memerintahkan penangkapan Omar Mukhtar yang diketahui memimpin perlawanan. Omar Mukhtar sempat mengadakan perlawanan gagah berani, akan tetapi pada akhirnya ia berhasil ditangkap dan dihukum gantung di tempat umum.

Beberapa sinopsis film di atas, kayaknya nggak cukup hanya dikasih stempel hiburan. Terlalu sederhana kalo kita menganggap ceritanya sebatas kupasan sejarah. Sebab pesan didalamnya dalem banget. Sedalam lautan biru yang terhampar luas di dua per tiga dunia. Hihihi…..

Bikin film kok ideologis?
Nggak semua sutradara berani bikin film yang mengupas sejarah bermuatan politis dan ideologis. Masalahnya, banyak pihak yang mesti dilibatkan untuk menyempurnakan jalan cerita biar nggak kelayapan keluar dari sejarah. Nggak cuma itu, boleh jadi ada pihak yang ngerasa ‘kesentil’ dengan kupasan sejarah yang diangkat ke layar lebar. Walhasil, film-film model gini sering menuai kontroversi. Tuh repot kan?

Seperti nasib Film terbaru Steven Spielberg, “Munich” —yang mendasarkan filmnya pada buku berjudul “Vengeance”, karya wartawan Kanada bernama George Jonas, yang menuangkan pengakuan seorang anggota tim agen Mossad yang mundur sebagai protes atas taktik pembalasan keras negerinya— banyak menuai kritik pedas dari  mantan aggota dinas rahasia Israel, Mossad. (Antara News, 13/12/2005)

Lantas ngapain bikin film kalo cuma menuai kontroversi? Jawabannya tentu nggak cuma materi dan popularitas yang dikejar. Ada yang lebih berharga dari sekadar Academy Award. Para produsen itu berusaha menempatkan fungsi film sebagai agen sejarah. Sehingga kalangan sejarawan dapat memanfaatkan film untuk melihat le non-dit des societes (apa yang tidak dikatakan oleh masyarakat). Apa yang tidak muncul dalam pidato atau percakapan resmi tetapi terjadi di masyarakat bisa terekam di dalam film.

“Film-film sejarah memiliki daya kreativitas yang sangat tinggi. Film-film modern hanya memiliki kelebihan di bidang dialog dan teknik pembuatannya, akan tetapi ia tidak memiliki kreativitas tersebut. Kita umat muslimin memiliki masa lalu yang indah, yang sangat berguna untuk kita jadikan sebagai pelajaran bagi masa depan kita. Kekhawatiran besar saya ialah terhadap jebakan-jebakan yang dipasang oleh musuh-musuh kita. Jebakan-jebakan ini mereka tebarkan melalui propaganda lewat media-media massa mereka. Menurutku media massa dapat dijadikan sebagai senjata yang jauh lebih mematikan daripada bom dan tank,” ungkap Musthapa Akkad (irib.com, november 2005)

Film sebagai alat propaganda
Secara umum, 80 persen dari informasi yang didapatkan oleh manusia diperolehnya dari indra pengelihatan. Oleh karena itulah film-film dan informasi televisi lebih berpengaruh dalam menyampaikan propaganda, dibandingkan dengan makalah atau media cetak.

Dalam perjalanan sejarah, banyak film yang sengaja dibuat sebagai alat propaganda karena memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk opini umum. Frank Kapra, sutradara film Amerika membuat 7 film seri yang berjudul Why We Fight selama Perang Dunia II. Begitu pula Jepang membuat film propaganda yang mendukung alasannya berperang, salah satunya The Story of Tank Commander. Termasuk rezim orde baru membuat film G-30S-PKI, untuk mengukuhkan kekuasannya dan membunuh karakter lawan-lawan politiknya.

Di Jerman sebelum Perang Dunia II, Nazi amat konsisten dalam konsep maupun implementasinya agar fungsi film sebagai alat propaganda menonjol. Mereka aktif dalam mengontrol skenario, pemilihan pemain, musik, pembuatan film dan distribusinya dengan menyediakan 70.000 buah proyektor 16 mm pada sekolah dan universitas di negeri itu sejak tahun 1936.

Pada masa Perang Dunia II tahun 1941-1945, Presiden AS, Roosevelt, memulai pembuatan seri film yang bertujuan memberikan justifikasi keterlibatan AS dalam perang serta membenarkan aliansinya dengan Uni Soviet.(Kompas, 24 Mei 1998)

Terlepas dari campur tangan pemerintah, sebagian kalangan perfilman AS dari dulu sengaja bikin film yang bertujuan menyanjung kehebatan sistem sosial dan politik Amerika. Contohnya film-film tentang Perang Vietnam yang dibuat untuk menghibur diri atas kekalahan mereka sampai pada penciptaan tokoh Amerika seperti Rambo yang justru menjadi pahlawan bukan pecundang dari Perang Vietnam. Nah, ketauan kan?

Di Indonesia, MUI pernah berfatwa untuk melarang pemutaran film Schlinders List. Lantaran efek pemutaran film ini dikhawatirkan bisa membangkitkan semangat Yahudi dan mungkin bisa mengubah pandangan masyarakat terhadap Yahudi Israel yang menjajah negeri Palestina. Sementara ar-Risalah bisa menumbuhkan semangat berjuang bagi kalangan kaum muslimin sekaligus alat propaganda menyebarkan Islam. Jangan heran jika di Jepang banyak pula yang masuk Islam setelah film itu diputar di sana pada tahun 1970-an. Alhamdulillaah.

Ternyata efektif juga propaganda ideologi lewat film. Pasti seru kalo para produsen Islam juga gencar memproduksi film yang mempropagandakan ajaran Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Atau membongkar makar orang-orang kafir dalam berbagai tragedi kemanusiaan yang menyudutkan Islam dan Kaum Muslimin. Film jenis ini pasti lebih berbobot daripada film ‘kacangan’ yang melulu mengulik soal cinta, pacaran, seks, dan urusan harta-benda. Ups!

Untuk itu, selaku penikmat film kita harus bisa mensikapinya dengan ‘cerdas’. Agar tidak terjebak oleh tipu daya sineas film yang membenci Islam dan kaum Muslimin. Ambil pelajarannya yang baik. Pastikan sudut pandangnya adalah ISLAM. Di sinilah pentingnya kita mengenal Islam lebih dalam. Agar punya filter yang bisa menyaring pemikiran dan budaya sekular yang menyerang kita via film, siaran televisi, dan media massa lainnya. So, ikut ngaji gak mesti kuper kan? Pasti! Gaul, syar’i, mabda’i. Huhuy! [Hafidz: hafidz341@telkom.net]

http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam/ideology-in-the-movie.html

Ramadhan Tak Istimewa di Layar Kaca

gaulislam edisi 098/tahun ke-2 (17 Ramadhan 1430 H/7 September 2009)
Kalo kamu di rumah punya televisi, paling nggak bisa deh ngamatin en nyimak acara-acaranya. Kalo pun kamu adalah tipe orang yang malas nonton acara televisi selain yang isinya baik-baik dan menambah wawasan, mungkin sedikit mah tahu deh nama-nama acaranya melalui informasi di stasiun televisi masing-masing yang sempat kamu tonton. Nah, masalahnya sekarang adalah, di bulan Ramadhan ini—yang mau nggak mau biasanya identik dengan hal-hal yang religi atau tepatnya bernuansa Islam, eh ternyata nggak juga tuh. Setidaknya acara yang tidak mencerminkan nuansa Ramadhan jauh lebih banyak. Padahal, Ramadhan adalah saat yang tepat—jika kita dalam kehidupan sehari-hari di bulan lain nggak terlalu peduli dengan ibadah.

Bro en Sis, saya nggak mau nyebut nama-nama acaranya ya, khawatir malah jadi iklan. Hehehe.. pastinya kamu bisa nunjuk sendiri dan ngeh sendiri deh. Yup, yang saya maksud adalah acara-acara yang memenuhi prime time di layar kaca. Naha, masalahnya adalah acara tersebut lebih banyak yang sifatnya hura-hura aja. Labelnya sih bernuansa Islam, khususnya yang berkenaan dengan menjelang dan setelah berbuka puasa, plus acara di waktu sahur. Kamu tahu sendirilah gimana acara itu. Yup, cuma nama acaranya aja yang identik dengan Islam. Tapi isinya? Banyak yang menjauhkan nilai-nilai Islam. Baik format acara maupun para pengisinya, yang kebanyakan adalah selebriti. Di situ, bertabur hal-hal yang sama sekali tak menjadikan Ramadhan sebagai bulan istimewa. Sayang sekali bukan?

Gimana nggak, saya sendiri dan mungkin banyak kaum muslimin lain yang merasakan bahwa kita tak bisa mendapatkan manfaat yang banyak dari program acara di televisi selama Ramadhan. Hampir semua stasiun televisi menghadirkan acara yang kesannya jauh dari keistimewaan Ramadhan. Memang, ada juga stasiun televisi yang program acaranya bagus dan bisa menambah wawasan serta ilmu bagi pemirsanya, tapi sayangnya jumlah itu sedikit dan disimpan bukan pada waktu utama (prime time). Tapi ditaro di waktu yang kemungkinannya sedikit orang yang nonton. Waduh!

Kalo gini terus, rasa-rasanya sulit mendapatkan tayangan bermutu tinggi dan menambah wawasan. Ramadhan bulan yang dalam Islam sangat istimewa, penuh barokah, dan bulan bonus pahala dari Allah Swt., ternyata kesan itu hilang di televisi. Memang, Ramadhan tidak akan luntur pamornya hanya karena tidak semarak ditayangkan di televisi dengan acara-acara yang bagus dan bermanfaat. Namun demikian, tugas kita adalah mendidik masyarakat dengan benar dan baik. Lha, gimana jadinya kalo media massa seperti televisi tidak mengemban tugas pendidikan dan informasi untuk masyarakat? Padahal, masyarakat Indonesia ini masih bergantung kepada media massa seperti televisi untuk mendapatkan informasi, pendidikan, dan juga hiburan. Buku dan jenis media cetak seperti majalah, koran, tabloid dan buletin? Ah, jangan harap.

Kita harus akui bahwa minat baca masyarakat Indonesia secara umum sangatlah rendah. Kalo membaca saja banyak yang malas, karena senangnya malah nonton televisi. Eh, pas nonton televisi yang disuguhkan juga ibarat ‘racun maut’ untuk merusak kepribadian mayarakat. Lengkap sudah penderitaan deh.

Dampak media massa
Bro en Sis, keberadaan media (saluran atau channel) dalam komunikasi massa, menurut pakar komunikasi politik AS Harold D. Laswell adalah mutlak. Saluran komunikasi atau media massa inilah yang akan menyalurkan atau menyebarkan pesan (massage) dari komunikator ke komunikan dan akan memberikan efek pada keduanya. Ada empat aktivitas pokok yang menjadi fungsi media massa antara lain: Pengawasan lingkungan; Korelasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan.; Transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi berikutnya.; dan Entertainmen.

Nah, di abad yang disebut Alvin Toffler sebagai abad informasi ini, media massa memiliki posisi strategis lho, dimana informasi merupakan sentral dari perhatian, pemikiran dan kegiatan manusia. Semua aktivitas manusia pasti membutuhkan informasi. Karena informasi memiliki efek yang mendalam terhadap berlangsungnya proses produksi konvensional, proses berfikir itu sendiri dan bahkan terhadap proses kehidupan kita.

Nah, fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar, majalah, tabloid, dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi. Karakteristik televisi yang utama adalah audio-visual, yakni dapat dilihat dan sekaligus dapat didengar. Jadi dari segi pengaruh atau efek kepada masyarakat jelas sedikit lebih kuat ketimbang efek yang ditimbulkan media massa cetak. Tul nggak sih?

Sobat muda muslim, kita sebenarnya nggak ingin banget kehilangan makna Ramadhan gara-gara terpengaruh tayangan Ramadhan di televisi yang malah kian ngejauhin kita dari ketakwaan yang coba ditumbuhkan di bulan mulia ini. Tapi, nyatanya memang demikian. Kita jadi merasa santai dalam menjalani Ramadhan ini karena nggak ada tambahan ilmu. Padahal, kita lebih banyak hobi nonton televisi ketimbang baca buku atau dengerin ceramah ustad kalo kultum tarawih dan kuliah subuh atau di acara sanlat. Nah, lho. Ayo, ngaku! Hehehe.. bukan nuduh nih (tapi memvonis, lho kok?)

Ah, andai saja televisi lebih banyak menayangkan acara keilmuan tapi dibikin fun suasananya. Misalnya, ustadnya yang gaul soal remaja, ngerti masalah kehidupan remaja, ada selingan nasyid yang oke. Terus, isinya yang membekas di benak pemirsa. Meski menjelaskan “hitam-putih”, tapi nggak terkesan kaku, garing dan menggurui. Tetep asyik dan cair. Ilmu dapat, hiburan berkualitas juga kita rasakan. Asyik banget kan? Betul itu! Tapi…

Eh, yang muncul malah hiburan an sich, bahkan seringkali melanggar hukum syara, seperti di acara-acara menjelang buka puasa dan saat sahur yang lebih mengedepankan hiburannya. Dan, itu pun seringkali tidak pantas dilakukan karena banyak humor yang slapstik dan melanggar hukum syara. Gawat!
Bro en Sis, jujur aja bahwa soal ini bisa menjadi pengaruh buruk dari tayangan televisi kepada pemirsanya. Bukannya mendidik, tapi malah menjerumuskan dan memelihara kebodohan masyarakat. Masyarakat dididik untuk menikmati kebodohannya. Tragis banget kan?

Jangan kubur Ramadhan!
Yup, emang kesel, risih, gemes, sebel dan entah kosakata apalagi untuk menggambarkan keprihatinan kita tentang kondisi kaum muslimin saat ini, khususnya di bulan suci Ramadhan. Gimana nggak kesel, gimana nggak sebel, kalo Ramadhan nggak bisa membekas dalam kehidupan kita. Cuma numpang lewat dalam hidup kita. Kalo pun kita berupaya menyambutnya, tapi itu pun sekadar “dalam rangka”. Jadi ketika Ramadhan berlalu, kita balik lagi ke selera asal. Bah macam mana pula ini?

Itu sebabnya, mumpung belum kelewat, jangan kubur Ramadhan. Karena ia belum mati. Kitalah yang menjadikan Ramadhan mati. Ramadhan akan tetap hidup bersama orang-orang yang merindukannya. Mereka akan tetap bermesraan dengan Ramadhan di setiap detik yang ia lewati, di setiap menit yang ia lalui, dan di setiap malam yang selalu membuatnya terjaga untuk senantiasa mengisinya dengan ibadah. Ramadhan memang tidak akan pernah mati, ia akan hidup terus bersama orang-orang beriman yang mencintainya.

Kalo sekarang Ramadhan tampak seperti mati (karena memang nggak kerasa banget nuansanya—terutama kalo ngeliat beragam tayangan di layar kaca), maka sebenarnya kitalah yang membuatnya mati dan bahkan sudah menguburkannya dalam-dalam. Itu sebabnya jangan heran jika masih banyak kaum muslimin yang anteng aja makan dan minum di siang hari tanpa sedikit pun merasa takut kepada ancaman Allah Swt. Dan tanpa sedikit pun merasa sayang mencampakkan beragam kemuliaan di dalamnya. Padahal, itu cuma diberikan sebulan dalam setahun oleh Allah. Oya, meski demikian, bukan berarti di bulan lain nggak ada istimewanya, ada juga. Tapi di bulan Ramadhan Allah menjanjikan banyak kebaikan. Sayang banget kan kalo dilewatkan begitu saja? Kalo sampe ada yang menyia-nyiakan Ramadhan, hmm… bener-bener nggak tahu diri (maaf lho saya nyebutin begini, jika ada kata yang lebih pantas dan dahsyat lagi dari ini untuk menggambarkan orang-orang durhaka bolehlah diucapkan).

Sekali lagi, jangan kubur Ramadhan. Karena ia masih ‘hidup’. Sebaliknya, kita nyalakan semangat dan ceriakan Ramadhan dengan amal sholeh yang berlimpah. Deras mengalir dari setiap ucapan dan perbuatan kita. Agar banjir nikmatnya terasa sampe membekas dalam hidup kita selamanya.

Dalam sebuah riwayat diceritakan Rasulullah menaiki mimbar (untuk berkhutbah), menginjak anak tangga pertama beliau mengucapkan “aamin”, begitu pula pada anak tangga kedua dan ketiga. Seusai shalat para sahabat bertanya, mengapa Rasulullah mengucapkan ‘aamin’? Lalu beliau menjawab, malaikat Jibril datang dan berkata: “Kecewa dan merugi seseorang yang bila namamu disebut dan dia tidak mengucapkan shalawat atasmu, lalu aku berucap aamin”. Kemudian malaikat berkata lagi, “Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup bersama kedua orang tuanya tetapi dia tidak sampai bisa masuk surga, lalu aku mengucapkan aamin. Kemudian katanya lagi, kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup pada bulan Ramadhan tetapi tidak sampai terampuni dosa-dosanya, lalu aku mengucapkan aamin.” Hadis itu diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

Boys and Girls, memang kaum muslimin nggak salah-salah banget dalam kondisi ini. Karena kelakuannya pun lebih banyak disetir oleh sistem kehidupan saat ini. Sistem kehidupan kapitalisme-sekularisme yang udah berurat-berakar ini menjadikan kaum muslim banyak yang nggak kenal dengan ajaran agamanya sendiri. Banyak di antara kita yang lebih patuh dan ridho diatur oleh kenyataan saat ini, ketimbang mempertahankan akidah Islam kita. Itu sebabnya, nggak berlebihan dan memang pantas dan pas kalo kita mulai mencintai Islam. Ramadhan ini saat yang ideal untuk come back kepada Islam. Mempelajarinya, memahaminya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sambil berupaya keras agar Islam diterapkan sebagai ideologi negara dalam bingkai Negara Khilafah Islamiyah. Iya nggak?

Sobat, sumpah kita udah nyeri, sakit, dan pedih hidup dalam sistem kehidupan bobrok ini. Cuma Islam yang bisa menyelamatkan kita. Jangan cintai kapitalisme-sekularisme, jangan pula nekat berselingkuh dengan sosialisme-komunisme. Berbahaya! (dan juga berdosa)

Semoga Ramadhan kali ini (dan juga seterusnya) memberikan kekuatan yang besar dalam hidup kita untuk mengubah kebiasaan buruk kita. Berubah menjadi benar dan lebih baik. Karena Ramadhan memang belum mati. Akan tetap ‘hidup’ bersama orang-orang beriman yang taat dan ikhlas menjalankan syariatNya. Kamu juga mau kan? [osolihin: http://osolihin.com | osolihin@gaulislam.com]

http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam/ramadhan-tak-istimewa-di-layar-kaca.html

Yang Muda Yang Bertakwa

gaulislam edisi 105/tahun ke-3 (7 Dzulqaidah 1430 H/26 Oktober 2009)
Apa yang kamu pikirin kalo denger kalimat bahwa pemuda adalah generasi penerus bangsa? Terus apanya yang di terusin? Hehehe, siapa lagi yang akan menerusakan perjuangan dan dakwah yang sudah dilakukan para kaum tua yang telah mendahului kita? Hmm.. yang pasti anak muda dong ya. Khususnya, pemuda yang mempunyai akhlak yang baik dan tentunya memiliki ilmu pengetahuan yang luas.

Pemuda berperan penting dalam kehidupan di dunia ini. Potensi yang dimiliki sangat besar jika diasah dan disinergikan, potensi-potensi itu akan menghasilkan ledakan yang dahsyat. Tapi percuma saja kalo pemudanya bermalas-malasan (termasuk yang malas beneran), tidak bersemangat dan mudah putus asa apa lagi kalo diajak halaqah atau ngaji aja susah? Hmm, kalo begitu gimana mau jadi pemuda muslim yang ideal? Gimana mau jadi anak muda yang bertakwa?

Bro, ada orang bilang: “Yang muda yang berkarya dan jangan cuma bicara”. Hehe.. kita di gaulislam ini bukan bicara, tapi menulis. Yup, insya Allah tulisan ini sebagai wujud nyata sumbangan pemikiran dan dakwah, usaha untuk menyemangati dan mengkritisi kondisi pemuda saat ini. Prikitiw!

Sobat muda muslim, banyak perubahan besar yang terjadi dan dilakukan oleh pemuda, coba kita flashback pada masa detik-detik kemerdekaan bangsa Indonesia, semangat para pemuda saat itu luar biasa  sampai-sampai Ir. Soekarno diculik oleh golongan pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Jangan lupa juga momentum sumpah pemuda yang bertekat untuk bersatu membangun bangsa juga dilakukan oleh pemuda. Oya, ini terlepas dari perjuangan tersebut salah dalam pandangan Islam ya. Tapi yang kita lihat pelakunya adalah pemuda.

Dalam sejarah Islam, banyak anak pemuda yang memilih dan masuk Islam. Yang termuda, Ali bin Abi Thalib berusia 8 tahun hampir sama dengan az-Zubair bin Al-Awwam, kemudian Ja’far bin Abi Thalib (18), Usman bin Affan (20), Umar bin Khattab (26). Bahkan ada yang berprestasi di usia muda, yakni Usman bin Zaid yang ketika diangkat menjadi panglima perang usianya yang masih cukup belia (18). Rasulullah saw. mengangkatnya menjadi penglima perang untuk memimpin pasukan muslimin dalam penyerbuan ke wilayah Syam yang berada dalam kekuasaan Romawi.
Ibnu Abbas ra berkomentar: “Tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah, melainkan ia (dipilih) dari kalangan pemuda saja (30-40 tahun). Begitu pula tidak ada seorang alim pun yang diberi ilmu melainkan ia dari kalangan pemuda.” Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala, namanya Inrahim.” (QS al-Anbiyaa [21]: 60)

Pemuda-pemuda seperti merekalah yang kita patut teladani, ilmu pengetahuan, semangat berjuang, jiwa berkorban dan ketakwaan semata-mata hanya mengharap ridho Allah dan RasulNya.

Potret buram
Saat ini kita patut bangga atas prestasi anak muda Indonesia dalam berbagai bidang. Di bidang sains, pemuda Indonesia menjuarai olimpiade internasional seperti meraih medali perak pada tahun 2008 lalu, dalam ajang Internasional Mathematics Olympiad (IMO), Internasional Biology Olympiad (IBO) dan masih banyak lagi.

Di antara segudang prestasi yang diraih nggak kalah banyak juga pemuda yang terjerumus dalam pergaulan yang salah. Budaya seks bebas yang mudah dijumpai. Hampir ada di setiap kampung maupun kota besar. Narkoba pun merajalela. Padahal pakai narkoba bukan solusi yang gentleman “nggak cowok banget dach!”. Lagian, apa nggak apda nyadar kalo banyak yang meninggal akibat OD (over dosis). Di media massa juga seperti terbiasa memberitakan tentang aborsi akibat pergaulan seks bebas. Apa mungkin si perempuan belum siap atas kehamilannya dan status buruk yang dicap kemudian menggugurkan kehamilannya. Ada juga bayi yang sudah dilahirkan sengaja dibunuh oleh ibunya. Waduh, parah banget!

Bro en Sis, nggak sedikit kasus pelajar yang putus asa karena nggak lulus ujian nasional. Mereka mengambil jalan pintas dengan melakukan bunuh diri karena merasa malu. Budaya konsumerisme dan gaya hidup mewah mungkin udah mendarah daging di kehidupan remaja perkotaan. Doktrin kapitalisme membuat mereka terperosok ke dalam nafsu individualisme dan materialisme. Ironisnya saat ada teman yang mendakwahinya, dia bilang: “Urusin aja diri elo sendiri, ngapain repot-repot ngurususin gue? Udah deh urusan kayak begini nggak usah disangkut-pautin sama masalah agama”.

Wadduh, masih untung ada yang mau peduli  dengan sesama temannya. Apa jadinya dunia jika semua manusia bersikap individualistis?
Bro en Sis, sebelumnya saya nggak ingin menghakimi atau mencerca teman-teman nih. Tapi kita juga wajib kritis dan menyadarkan bahwa masih banyak remaja yang mengaku Islam tapi nggak mau mengkaji ajaran agamanya sendiri. Coba tanyakan pada anak muda yang mengaku Islam yang sedang berlalu-lalang di jalan untuk menyebutkan 12 nama bulan dalam Islam? Kmeungkinan besar banyak yang tak hapal dan terbata-bata menyebutkannya, tapi giliran ditanya bulan masehi? Anak sekolah dasar pun lancar nyerocos (tentu yang tahu hehehe), kayak busway yang lagi ngebrutss. Repot-repot tanya soal bulan hijriah coba dech tanya dulu huruf hizaiyah? Hehehe. Demokrasi mengajarkan kita untuk mengagungkan kebebasan, dan hasilnya kerusakan!

Bro en Sis, “kita jangan jadi bebek” alias mengikuti budaya Barat mulai dari cara berpakaian, hedonisme, hura-hura, pergaulan bebas terus suka mengkonsumsi narkoba. Pemuda adalah penerus bangsa yang nantinya akan menjadi pemimpin negara bahkan dunia. Negara pastinya hancur jika remaja tidak segera diselamatkan. Nggak percaya? Jangan dicoba!

Pemuda ideal
Solusinya hanya ada satu yaitu kembali kepada Islam yang kaffah (menyeluruh). Jangan setengah-setengah agar kita menjadi pemuda yang ideal menurut Islam. Islam adalah agama yang amat memuliakan dan memperhatikan pemuda. Dalam al-Quran ada kisah tentang Ashabul Kahfi, cerminan sekelompok pemuda yang beriman dan tegar keimannya kepada Allah Swt. Mereka berani meninggalkan kaumnya yang mayoritas menyimpang dari ajaran Allah Ta’ala dan penguasa dzalim sementara ratusan orang dibinasakan, diceburkan ke dalam parit berisi api yang bergejolak. Sekelompok pemuda itu bersembunyi ke dalam sebuah gua dan Allah Swt. menyelamatkannya dengan menidurkan mereka selama 309 tahun, Subhannallah!
Nah, gimana sih kriteria pemuda Islam yang ideal? dan sifat-sifat dasar yang dituntut dari pemuda Islam? Yuk, ini juga perlu jadi catatan dan tolak ukur buat kita, menurut Dr. M. Manzoor Alam (1989 : 40-43) kriteria dan sifat-sifat dasar tersebut adalah:

Pertama, percaya dan hanya menyembah kepada Allah. Firman Allah Swt. (yang artinya):“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepada anaknya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman besar.” (QS Luqman [31]: 13)

Kedua, berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang tua, Islam menekankan pentingnya berbuat kepada kedua orang tua dan merupakan bagian terhadap penyembahan terhadap Allah Yang Maha Kuasa. Sebagaimana dalam firman Allah Swt. (yang artinya) “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (QS al-Israa [17]: 23)

Ketiga, jujur dan bertanggungjawab, pemuda Islam patutnya berikhtiar untuk memanfaatkan amanah yang berupa kekayaan, kedudukan, kesehatan, tindakan, pengetahuan dan lainya (termasuk dakwah). Firman Allah Swt. (yang artinya): “Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh Telah kami binasakan. dan cukuplah Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha melihat dosa hamba-hamba-Nya.” (QS al-Israa [17]: 16-17)

Keempat, persaudaraan dan kasih sayang, Pemuda Islam juga harus memiliki sifat kasih sayang antar sesamanya dan hendaknya dibarengi dengan semangat berkorban. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS al-Hujuraat [49]: 10)

Kelima, yang terakhir adalah bermusyawarah, setiap individu memiliki perbedaan, agar tidak terjadi perpecahan dan kesalahpahaman dalam bermasyarakat, tentunya pemuda Islam juga harus perpegang teguh pada norma-norma permusyawarahan. Seperti yang telah diamanatkan Allah Swt. (yang artinya): “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya”. (QS Ali ’Imran [3]: 159)

Apa yang bisa kita lakukan?
Wah, indah banget deh kalau saja sifat-sifat dasar tersebut ada di dalam diri pemuda muslim saat ini, pastinya akan membawa perubahan dan kemajuan ke arah yang jauh lebih baik. Poin yang teramat penting adalah ketakwaan kita kepada Allah Swt. Jika hidup kita disibukkan dengan urusan agama Islam tentu urusan duniawi akan mengikuti dengan baik. Namun sebaliknya jika kita hanya berjibaku dengan urusan duniawi, alhasil hanya kenikmatan fatamorgana yang kita dapat, penyesalan dan kehancuran. Tentu, yang lebih mendasar adalah perkara aqkdah. Seharusnya kita lebih memahami dan menerapkan akidah yang benar.

Bro en Sis, bukan perkara sulit untuk mewujudkannya jika kita mau melakukan perubahan mulai pada diri kita sendiri. Jangan cuma bicara “Talk less do more” Hehehe. Hal kecil yang bisa kita lakukan adalah berdakwah, karena merupakan kewajiban setiap muslim untuk mengingatkan ke jalan yang benar dan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama. Dakwah bisa dengan lisan dan tulisan. Kepada orang terdekat dengan kita, juga kepada yang jauh dari sekeliling kita. Jangan sampai mencela orang-orang yang berbuat salah karena itu akan membuat mereka semakin gila dalam kesalahan, jangan sampai kita berdakwah namun menganggap kita lebih mulia dan lebih berilmu dari mereka yang kita dakwahi.

Nah, pertanyaannya adalah bagaimana mewujudkan supaya kita menjadi pemuda yang ideal menurut Islam? Hmm.. tentunya dengan belajar sebagai langkah awal mendalami Islam yang seutuhnya kemudian segera menyampaikan ilmu yang kita dapat dan kita pahami kepada teman-teman yang lainnya dengan cara berdakwah. Oh indahnya jika semua itu bisa terwujud. Tapi, memang harus diusahakan untuk terwujud. Itulah mengapa kita wajib berdakwah. Yuk ah, moga kita makin takwa dan semangat untuk belajar Islam dan mendakwahkannya. Siap? Yes! [samsi: saidansam.wordpress.com]

http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam/yang-muda-yang-bertakwa.html