Catatan Harian Dari Masjid Aisyah

Untuk anggota Karim (Kajian Remaja Muslim di Facebook)
dari Fachrian Almer Akiera As-Samawiy 15 Agustus jam 15:46

Seperti malam-malam sebelumnya, sang imam akan memperdengarkan kami bacaan satu juz Al-qur’an per 8 raka’at dengan durasi waktu sekitar 80 menit. Namun begitu, malam ini aku tak berjejer bersama makmum lainnya.

Ini adalah malam pertama aku berbaring sambil mendengar suara imam terawih membacakan kami juz ke-5 dari Al-qur’an. Aku masih menjadi pendengar setia bacaannya pada malam kelima ini. Bukanlah sebagai makmum namun karena suara merdu sang imam terdengar hingga dalam ruangan yang berukuran meter dan berada di lantai 2 masjid Aisyah ini.

>>Ruangan Mini. .

Ruangan ini adalah perpustakaan mini dengan ukuran yang baru saja kusebutkan dan aku tengah berbaring di ubinnya. Hanya karpet yang membatasi tubuhku dengan lantai.

Tembok bagian dalam ruangan ini berwarna putih kekuning-kuningan. Disini, terdapat enam buah rak buku yang masing-masing memiliki enam tingkatan, tempat buku-buku dijejerkan..

Kuakui, ruangan yang berada di lantai 2 masjid aisyah ini memang masih kecil untuk dikatakan sebuah perpustakaan. Namun itu bukanlah kekurangan karena referensi yang ada bisa dikatakan mencukupi, terlebih dengan adanya referensi-referensi asli dalam bahasa arab karya para ulama. Kudapati kitab-kitab hadits beserta penjelasannya, kitab tafsir, aqidah, manhaj, fiqh, adab, takhrij, fatawa, matan, tarikh, lughah, dan lainnya. Ada pula kitab-kitab terjemahan dan majalah-majalah islami.

>>Yang Kuharapkan..

Kurasakan ragaku lelah dan dinginnya lantai segera meraba badan yang walaupun masih belum mendominasi suhu tubuh. Alunan suara indah sang imam dan jejeran kitab para ulama menjadi penawar sekaligus penghiburku disini. Dan bisa dikatakan sebagai pengikis letih.
Dalam kondisi seperti ini haruslah kunikmati sebagai hidangan pahala.

Butuh kesabaran.

Bagaimana tidak?

Kuharapkan pahala sabar dalam sakit yang mendera. Kuharapkan pahala dalam mendengar sejuknya ayat-ayat cinta-Nya. Kuharapkan pahala istiqamah dalam beribadah. Sambil memandang kitab-kitab para ulama, kuharapkan pahala dalam niat untuk mempelajarinya.

>>Anak Itu Terlihat Kurus..

Pada saat yang sama, aku teringat seorang anak kecil yang pernah berdiri di sampingku saat terawih. Badannya kurus. Sering kudapati ia memakai jubah putih. Terlihat hitam di kantung matanya. Dia begitu betah berdiri dalam 8 raka’at (salam setiap 2 raka’at) dengan durasi waktu mencapai 90 menit dan mendengar 1 juz alqur’an setiap malamnya (kami taraweh mulai pukul 21.00 hingga 22.30). Tak bisa kutebak umurnya namun kuketahui dia duduk di kelas 2 SMP.

>>Kantuk Pun Menyerangnya. .

Pada kesempatan lain yaitu shalat subuh, di shaf terdepan, berdiri disamping kiriku seorang anak kecil yang masih kelas 1 SMP. Seperti biasa, shalat subuh di tempat kami berlangsung 15 hingga 20 menit karena sang imam biasanya membacakan kami surat-surat yang ada di juz 28, 29 atau surat-surat panjang di juz 30.

Di raka’at kedua, anak kecil tersebut mengantuk. Tak kuketahui menguap atau tidak. Namun kepalanya, kurasakan beberapa kali mendarat di bagian atas siku tanganku.

Subhanallah..

Itulah kantuk yang ia tahan saat taraweh malamnya.

Itulah kantuk yang tersisa dan ia tahan saat kesetiaannya membaca Al-qur’an.

Itulah kantuk yang ia tahan saat ia usahakan menghafal kalam Rabb-Nya.

Itulah kantuk yang ia tahan saat menghafal hadist-hadist nabi shallahu ‘alaihi wasallam.

Itulah kantuk yang ia tahan saat do’a-do’a ia semburatkan.

Itulah kantuk yang ia tahan saat mempelajari agama Allah..

itulah kantuk yang ia tahan saat makanan sahur terhidangkan.

Di usianya yang masih belia, semoga Allah menganugerahkan keberkahan umurnya, menerima teladan amal yang ia peragakan dan menganugerahkan kefaqihan dalam agama. .

>>Cambuk Hati..

Aku tak yakin rekan-rekan sebayanya di luar sana mampu melakukan seperti apa yang lakukan. Bahkan, bisa jadi mereka yang usianya lebih tua.

Bisa jadi di luar sana mereka sedang nikmati hidangan maksiat.

Bisa jadi diantara mereka sedang dengarkan gosip murahan atau lagu picisan.

Bisa jadi diantara mereka sedang asyik tepon-telponan dengan lawan jenis.

untuk mereka yang kusebutkan terakhir, sebagai penutup, kuhadiahkan matan (redaksi) hadist yang kudapati dalam kitab Al-Jami’u Lil Kaba-ir wal Muharramat wal Manhiyyat Min Al-qur’an wal Ahadits Ash-shahihah karya Syaikh Muhammad Basyir Ath-Thahlawi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“janganlah seorang laki-laki bermesraan dengan laki-laki lain, dan jangan pula seorang wanita bermesraan dengan wanita lain.”

[HR Ahmad, ath-Thabrani, dan yang lain, al-Arna-uth (4/494) berkata, ”Hadist shahih.”]

Mari sejenak berpikir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah putuskan mata rantai nafsu walau dengan sesama jenis.

Lantas bagaimana dengan lawan jenis? Tentu lebih terlarang.

Mata begitu bisa menyemburkan mesra lewat pandangan nakal. Begitu pula terlebih dengan lisan yang mampu ungkapkan sejuta gombal dan membangkitkan derasnya syahwat.
Semoga menjadi cambuk bagi hati yang masih memiliki iman dan harga diri..

Bersambung, insya Allah

Penulis: Fachrian Almer Akiera (Yani Fachriansyah, Mahasiswa Jurusan Matematika Unram)

Muraja’ah: Ustadz Dafitli Ihsan Lc. (Alumni LIPIA Jakarta)

Mataram, 5 Ramadhan 1431 H.
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

Tinggalkan komentar