PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Hak-hak Wanita dalam Islam
Penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah
Syariah, Wanita dalam Sorotan, 04 – Juni – 2007, 10:32:55

Sesungguhnya Islam menempatkan wanita pada posisi yang tinggi dan sejajar de-ngan pria. Namun dalam beberapa hal ada yang harus berbeda, karena pria dan wanita hakikatnya adalah makhluk yang berbeda. Kesalahan dalam memahami ajaran yang benar inilah yang menjadikan Islam kerap dituding sebagai agama yang menempatkan wanita sebagai “warga kelas dua.” Benarkah? Simak kupasannya!

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Suatu hal yang tidak kita sangsikan bahwa Islam demikian memuliakan wanita, dari semula makhluk yang tiada berharga di hadapan “peradaban manusia”, diinjak-injak kehormatan dan harga dirinya, kemudian diangkat oleh Islam ditempatkan pada tempat yang semestinya dijaga, dihargai, dan dimuliakan. Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan banyak kebaikan kepada hamba-hamba-Nya.

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Keterangan ringkas yang akan dibawakan, sedikitnya akan memberikan gambaran bagaimana Islam menjaga hak-hak kaum wanita, sejak mereka dilahirkan ke muka bumi, dibesarkan di tengah keluarganya sampai dewasa beralih ke perwalian sang suami.

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

1. Pada Masa Kanak-kanak

Di masa jahiliah tersebar di kalangan bangsa Arab khususnya, kebiasaan menguburkan anak perempuan hidup-hidup karena keengganan mereka memelihara anak perempuan. Lalu datanglah Islam mengharamkan perbuatan tersebut dan menuntun manusia untuk berbuat baik kepada anak perempuan serta menjaganya dengan baik. Ganjaran yang besar pun dijanjikan bagi yang mau melaksanakannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan anjuran dalam sabda-Nya:

مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ (وَضَمَّ أَصَابِعَهُ)

“Siapa yang memelihara dua anak perempuan hingga keduanya mencapai usia baligh maka orang tersebut akan datang pada hari kiamat dalam keadaan aku dan dia1 seperti dua jari ini.” Beliau menggabungkan jari-jemarinya. (HR. Muslim no. 6638 dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkisah: “Datang ke rumahku seorang wanita peminta-minta beserta dua putrinya. Namun aku tidak memiliki apa-apa yang dapat kusedekahkan kepada mereka kecuali hanya sebutir kurma. Wanita tersebut menerima kurma pemberianku lalu dibaginya untuk kedua putrinya, sementara ia sendiri tidak memakannya. Kemudian wanita itu berdiri dan keluar dari rumahku. Tak berapa lama masuklah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kuceritakan hal tersebut kepada beliau. Usai mendengar penuturanku beliau bersabda:

مَنِ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ

“Siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuannya lalu ia berbuat baik kepada mereka maka mereka akan menjadi penghalang/penutup baginya dari api neraka.” (HR. ِAl-Bukhari no. 1418 dan Muslim no. 6636)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Kata Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu dalam penjelasan atas hadits di atas: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya dengan ujian (ibtila`), karena manusia biasanya tidak menyukai anak perempuan (lebih memilih anak lelaki), sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang kebiasaan orang-orang jahiliah:

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِاْلأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيْمٌ. يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوْءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُوْنٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلاَ ساَءَ مَا يَحْكُمُوْنَ

“Apabila salah seorang dari mereka diberi kabar gembira dengan kelahiran anak perempuan, menjadi merah padamlah wajahnya dalam keadaan ia menahan amarah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak karena buruknya berita yang disampaikan kepadanya. (Ia berpikir) apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya hidup-hidup di dalam tanah? Ketahuilah alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An-Nahl: 58-59)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Hadits-hadits yang telah disebutkan di atas menunjukkan keutamaan berbuat baik kepada anak perempuan, memberikan nafkah kepada mereka dan bersabar memelihara mereka. (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 16/395)

Islam mewajibkan kepada seorang ayah untuk menjaga anak perempuannya, memberi nafkah kepadanya sampai ia menikah dan memberikan kepadanya bagian dari harta warisan.

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

2. Dalam masalah pernikahan

Wanita diberi hak untuk menentukan pendamping hidupnya dan diperkenankan menolak calon suami yang diajukan orang tua atau kerabatnya bila tidak menyukainya. Beberapa hadits di bawah ini menjadi bukti:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تُنْكَحُ اْلأَيِّمُ حَتَّى تُسْتَأْمَرَ وَلاَ تُنْكَحُ الْبِكْرُ حَتَّى تُسْتَأْذَنَ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ إِذْنُهَا؟ قَالَ: أَنْ تَسْكُتَ

“Tidak boleh seorang janda dinikahkan hingga ia diajak musyawarah (dimintai pendapatnya), dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan hingga diminta izinnya.” Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimanakah izinnya seorang gadis?” “Izinnya adalah dengan ia diam”, jawab Rasulullah. (HR. Al-Bukhari no. 5136 dan Muslim no. 3458 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ الْبِكْرَ تَسْتَحِي. قاَلَ: رِضَاهَا صَمْتُهَا

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya seorang gadis itu malu (untuk menjawab bila dimintai izinnya dalam masalah pernikahan).” Beliau menjelaskan, “Tanda ridhanya gadis itu (untuk dinikahkan) adalah diamnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5137)

Khansa` bintu Khidam Al-Anshariyyah radhiyallahu ‘anha mengabarkan, ayahnya menikahkannya dengan seorang lelaki ketika ia menjanda. Namun ia menolak pernikahan tersebut. Ia adukan perkaranya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hingga akhirnya beliau membatalkan pernikahannya. (HR. Al-Bukhari no. 5138)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Hadits di atas diberi judul oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam kitab Shahih-nya: Bab Apabila seseorang menikahkan putrinya sementara putrinya tidak suka maka pernikahan itu tertolak.
Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr Ash-Shiddiq menceritakan, salah seorang putri Ja’far2 merasa khawatir walinya akan menikahkannya secara paksa. Maka ia mengutus orang untuk mengadukan hal tersebut kepada dua syaikh dari kalangan Anshar, ‘Abdurrahman dan Majma’, keduanya adalah putra Yazid bin Jariyah. Keduanya berkata, “Janganlah kalian khawatir, karena ketika Khansa` bintu Khidam dinikahkan ayahnya dalam keadaan ia tidak suka, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak pernikahan tersebut.” (HR. Al-Bukhari no. 6969)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Buraidah ibnul Hushaib radhiyallahu ‘anhu mengabarkan:

جَاءَتْ فَتَاةٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقاَلَتْ: إِنَّ أَبِي زَوَّجَنِي ابْنَ أَخِيْهِ لِيَرْفَعَ بِي خَسِيْسَتَهُ. قَالَ: فَجَعَلَ اْلأَمْرَ إِلَيْهَا، فَقَالَتْ: قَدْ أَجَزْتُ مَا صَنَعَ أَبِي، وَلَكِنْ أَرَدْتُ أَنْ تَعْلَمَ النِّسَاءُ أَنْ لَيْسَ لِلآبَاءِ مِنَ اْلأَمْرِ شَيْءٌ

“Pernah datang seorang wanita muda menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka mengadu, ‘Ayahku menikahkanku dengan anak saudaranya untuk menghilangkan kehinaan yang ada padanya dengan pernikahanku tersebut’, ujarnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerahkan keputusan padanya (apakah meneruskan pernikahan tersebut atau membatalkannya). Si wanita berkata, ‘Aku membolehkan ayah untuk melakukannya. Hanya saja aku ingin para wanita tahu bahwa ayah mereka tidak memiliki urusan sedikitpun dalam memutuskan perkara seperti ini’.” (HR. Ibnu Majah no. 1874, kata Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu dalam Al-Jami’ush Shahih (3/64), “Hadits ini shahih menurut syarat Al-Imam Muslim.”)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Islam memberikan hak seperti ini kepada wanita karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan wanita sebagai penenang bagi suaminya dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kehidupan suami istri ditegakkan di atas mawaddah wa rahmah. Maka bagaimana akan terwujud makna yang tinggi ini apabila seorang gadis diambil secara paksa sebagai istri sementara ia dalam keadaan tidak suka? Lalu bila demikian keadaannya, sampai kapan pernikahan itu akan bertahan dengan tenang dan tenteram?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu menyatakan: “Tidak boleh seorang pun menikahkan seorang wanita kecuali terlebih dahulu meminta izinnya sebagaimana hal ini diperintahkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila si wanita tidak suka, maka ia tidak boleh dipaksa untuk menikah. Dikecualikan dalam hal ini, bila si wanita masih kecil, karena boleh bagi ayahnya menikahkan gadis kecilnya tanpa meminta izinnya. Adapun wanita yang telah berstatus janda dan sudah baligh maka tidak boleh menikahkannya tanpa izinnya, sama saja baik yang menikahkannya itu ayahnya atau yang lainnya. Demikian menurut kesepakatan kaum muslimin.”

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Ibnu Taimiyyah rahimahullahu melanjutkan: “Ulama berbeda pendapat tentang izin gadis yang akan dinikahkan, apakah izinnya itu wajib hukumnya atau mustahab (sunnah). Yang benar dalam hal ini adalah izin tersebut wajib. Dan wajib bagi wali si wanita untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam memilih lelaki yang akan ia nikahkan dengan si wanita, dan hendaknya si wali melihat apakah calon suami si wanita tersebut sekufu atau tidak. Karena pernikahan itu untuk kemaslahatan si wanita, bukan untuk kemaslahatan pribadi si wali.” (Majmu’ Fatawa, 32/39-40)
Islam menetapkan kepada seorang lelaki yang ingin menikahi seorang wanita agar memberikan mahar pernikahan kepada si wanita. Dan mahar itu nantinya adalah hak si wanita, tidak boleh diambil sedikitpun kecuali dengan keridhaannya.

وَآتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْئًا مَرِيْئًا

“Berikanlah mahar kepada para wanita (yang kalian nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kalian dengan senang hati sebagian dari mahar tersebut, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (An-Nisa`: 4)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Al-Imam Al-Qurthubi Subhanahu wa Ta’ala berkata, “Ayat ini menunjukkan wajibnya pemberian mahar kepada wanita yang dinikahi. Ulama menyepakati hal ini tanpa ada perbedaan pendapat, kecuali riwayat sebagian ahlul ilmi dari penduduk Irak yang menyatakan bila seorang tuan menikahkan budak laki-lakinya dengan budak wanitanya maka tidak wajib adanya mahar. Namun pendapat ini tidak dianggap.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an, 5/17)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

3. Sebagai Seorang Ibu

Islam memuliakan wanita semasa kecilnya, ketika remajanya dan saat ia menjadi seorang ibu. Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan seorang anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya, ayah dan ibu. Allah Subhanahu wa Ta’ala titahkan hal ini dalam Tanzil-Nya setelah mewajibkan ibadah hanya kepada-Nya:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا. وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيْرًا

“Rabbmu telah menetapkan agar janganlah kalian beribadah kecuali hanya kepada-Nya dan hendaklah kalian berbuat baik terhadap kedua orangtua. Apabila salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya menginjak usia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan jangan membentak keduanya namun ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang, ucapkanlah doa, “Wahai Rabbku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka telah memelihara dan mendidikku sewaktu kecil.” (Al-Isra`: 23-24)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَوَصَّيْنَا اْلإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاَثُوْنَ شَهْرًا

“Dan Kami telah mewasiatkan manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandung sampai menyapihnya adalah tigapuluh bulan…” (Al-Ahqaf: 15)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Ketika shahabat yang mulia, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا. قَالَ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ…

“Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.” “Kemudian apa setelah itu?” tanya ‘Abdullah lagi. Kata beliau, “Kemudian birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua)….” (HR. Al-Bukhari no. 504 dan Muslim no. 248)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Kata Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu -seorang shahabat Rasul yang sangat berbakti kepada ibundanya-, “Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أَبُوْكَ

“Wahai Rasulullah, siapakah di antara manusia yang paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Ibumu,” jawab beliau. Kembali orang itu bertanya, “Kemudian siapa?” “Ibumu.” “Kemudian siapa?” tanya orang itu lagi. “Kemudian ayahmu,” jawab Rasulullah. (HR. Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Hadits di atas menunjukkan pada kita bahwa hak ibu lebih tinggi daripada hak ayah dalam menerima perbuatan baik dari anaknya. Hal itu disebabkan seorang ibulah yang merasakan kepayahan mengandung, melahirkan, dan menyusui. Ibulah yang bersendiri merasakan dan menanggung ketiga perkara tersebut, kemudian nanti dalam hal mendidik baru seorang ayah ikut andil di dalamnya. Demikian dinyatakan Ibnu Baththal rahimahullahu sebagaimana dinukil oleh Al-Hafidz rahimahullahu. (Fathul Bari, 10/493)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Islam mengharamkan seorang anak berbuat durhaka kepada ibunya sebagaimana ditegaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau:

إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوْقَ اْلأُمَّهَاتِ…

“Sesungguhnya Allah mengharamkan kalian berbuat durhaka kepada para ibu…” (HR. Al-Bukhari no. 5975 dan Muslim no. 593)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Al-Hafizh rahimahullahu menerangkan, “Dikhususkan penyebutan para ibu dalam hadits ini karena perbuatan durhaka kepada mereka lebih cepat terjadi daripada perbuatan durhaka kepada ayah disebabkan kelemahan mereka sebagai wanita. Dan juga untuk memberikan peringatan bahwa berbuat baik kepada seorang ibu dengan memberikan kelembutan, kasih sayang dan semisalnya lebih didahulukan daripada kepada ayah.” (Fathul Bari, 5/86)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Sampai pun seorang ibu yang masih musyrik ataupun kafir, tetap diwajibkan seorang anak berbuat baik kepadanya. Hal ini ditunjukkan dalam hadits Asma` bintu Abi Bakr radhiyallahu ‘anha. Ia berkisah: “Ibuku yang masih musyrik datang mengunjungiku bertepatan saat terjalinnya perjanjian antara Quraisy dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku pun bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Ibuku datang berkunjung dan memintaku untuk berbuat baik kepadanya. Apakah aku boleh menyambung hubungan dengannya?” Beliau menjawab, “Ya, sambunglah hubungan dengan ibumu.” (HR. Al-Bukhari no. 5979)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

4. Sebagai Istri

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan seorang suami agar bergaul dengan istrinya dengan cara yang baik.

وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ

“Dan bergaullah dengan mereka (para istri) dengan cara yang baik.” (An-Nisa`: 19)
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu berkata, “Ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ meliputi pergaulan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Karena itu, sepantasnya seorang suami mempergauli istrinya dengan cara yang ma’ruf, menemani, dan menyertai (hari-hari bersamanya) dengan baik, menahan gangguan terhadapnya (tidak menyakitinya), mencurahkan kebaikan dan memperbagus hubungan dengannya. Termasuk dalam hal ini pemberian nafkah, pakaian, dan semisalnya. Dan tentunya pemenuhannya berbeda-beda sesuai dengan perbedaan keadaan.” (Taisir Al-Karimirir Rahman, hal. 172)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para suami:

لاَ تَضْرِبُوا إِمَاءَ اللهِ

“Janganlah kalian memukul hamba-hamba perempuan Allah.”
‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu datang mengadu, “Wahai Rasulullah, para istri berbuat durhaka kepada suami-suami mereka.” Mendengar hal itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keringanan untuk memukul istri bila berbuat durhaka. Selang beberapa waktu datanglah para wanita dalam jumlah yang banyak menemui istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengadukan perbuatan suami mereka. Mendengar pengaduan tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ أُولَئِكَ بِخِيَارِكُمْ

“Mereka itu bukanlah orang yang terbaik di antara kalian.” (HR. Abu Dawud no. 2145, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Beliau juga pernah bersabda:

أَكْمَلُ المُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنَسَائِهِمْ

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya di antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. Ahmad 2/527, At-Tirmidzi no. 1172. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu dalam Ash-Shahihul Musnad, 2/336-337)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Banyak hak yang diberikan Islam kepada istri, seperti suami dituntut untuk bergaul dengan baik terhadap istrinya, ia berhak memperoleh nafkah, pengajaran, penjagaan dan perlindungan, yang ini semua tidak didapatkan oleh para istri di luar agama Islam.

Bila sudah demikian penjagaan Islam terhadap hak wanita dan pemuliaan Islam terhadap kaum wanita; lalu apa lagi yang ingin diteriakkan oleh kalangan feminis yang katanya memperjuangkan hak wanita, padahal sebenarnya ingin mencampakkan wanita kembali ke lembah kehinaan, terpuruk dan terinjak-injak?

Wallahul musta’an.

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

1 Maknanya:

جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ

2 Kemungkinan terbesar Ja’far yang dimaksud adalah Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, kata Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu. (Fathul Bari, 12/426)

Silahkan mengcopy dan memperbanyak artikel ini
dengan mencantumkan sumbernya yaitu : http://www.asysyariah.com

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Penulis: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman Bintu ‘Imran
Syariah, Permata Hati, 04 – Juni – 2007, 10:28:11

Kepungan teknologi telah membentuk “gaya hidup” tersendiri dalam diri anak. Banyak “idola” yang lahir dari rahim media utamanya peranti elektronik bernama televisi. Di sisi lain, idola sesungguhnya bagi umat Islam justru dilupakan dan dianggap tokoh yang semata mengisi lembar sejarah. Di mana peran orang tua selama ini?

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Seorang anak kecil sedang menggenggam sebuah majalah anak-anak, matanya mengamati sesosok artis cilik yang termuat di majalah itu. Di kamarnya terpajang beberapa poster sang artis. Menjadi seperti sang tokoh adalah idaman yang dia angankan selama ini. Pakaian, aksesori, bahkan gaya dia buat semirip mungkin dengan tokoh pujaannya. Bahkan kalau bisa, makanan dan mainan favorit si artis pun menjadi favoritnya pula. Segala tingkah polah si artis adalah suatu yang sah-sah saja baginya.

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Fenomena semacam ini sangat sering ditemui, di banyak tempat, di segala tingkatan usia, membuat kita benar-benar mengelus dada. Bagaimana tidak, sementara yang lebih banyak mereka konsumsi adalah beraneka ragam majalah anak, televisi dengan beragam channel dan acara, tak sulit pula mereka menikmati VCD. Tak aneh tentunya bila mereka lebih banyak mengenal tokoh-tokoh yang ada di sana.

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kita mengadukan segala keadaan yang menyedihkan seperti itu. Betapa mereka tak mengenal tentang satu-satunya sosok yang layak dijadikan panutan, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Betapa jarang, bahkan hampir tak pernah mereka dengar cerita kehidupan utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, kecuali hanya sekedar namanya atau sekilas biografinya dalam mata pelajaran agama dengan jam pelajaran yang amat terbatas di sekolah.

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Mana sebenarnya yang lebih melapangkan dada orang tua, si anak mengikuti tokoh rekaan atau tokoh pujaan yang memiliki segudang kekurangan dan banyak kemungkinan berbuat kesalahan dan kemaksiatan, ataukah si anak meneladani sosok yang begitu sempurna untuk menjadi teladan, yang memiliki segala sisi kebaikan?

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Orangtua yang bijaksana tentu menginginkan kebaikan bagi anak-anak mereka tak sebatas saat anak-anak itu hidup di dunia, namun hingga nanti ketika mereka telah kembali ke hadapan Rabbnya. Orang tua seperti ini tentu akan menjaga anak-anak mereka dari kerusakan moral –dan menjaga sebaik-baiknya moralitas mereka– sehingga tak akan membiarkan anak mereka bergaya dan berperilaku semau mereka. Mereka akan membimbing anak-anak yang bak ranting muda yang mudah tertiup angin ini dengan bimbingan terbaik. Sementara itu, tak ada bimbingan terbaik selain yang didapat dari sosok manusia yang terbaik pula, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Semestinya orangtua memiliki andil besar dalam mengenalkan anak-anak pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga tumbuh rasa cinta anak-anak itu kepada beliau. Dari sana mereka akan terdorong untuk mengikuti beliau, dalam ucapan, perilaku, dan dalam segala hal. Dalam kehidupan beliau, mereka mendapatkan pelajaran yang besar dan sangat berharga untuk kehidupan mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا

“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab: 21)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Permasalahan mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah permasalahan sepele, karena kecintaan kepada beliau merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan hal ini, sebagaimana dinukilkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

“Tidak sempurna keimanan seseorang di antara kalian sampai diriku menjadi seorang yang lebih dia cintai daripada ayahnya, anaknya dan seluruh manusia.” (HR. Al-Bukhari no. 15 dan Muslim no. 44)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Jika kita menelaah kehidupan anak-anak di kalangan para sahabat, kita akan melihat kecintaan mereka yang begitu besar kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menjadi seseorang yang paling mereka utamakan dan paling berharga dalam kehidupan mereka. Mereka memiliki kebanggaan dengan mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihat bagaimana Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menuturkan tentang dirinya:

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ؟ قَالَ: حُبَّ اللهِ وَرَسُوْلِهِ. قَالَ: فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ. قَالَ أَنَسٌ: فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ اْلإِسْلاَمِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ. قَالَ أَنَسٌ: فَأَنَا أُحِبُّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُوْنَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

“Seseorang pernah datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat terjadi?’ Beliau pun bertanya kepadanya, ‘Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari kiamat?’ Dia menjawab, ‘Kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya.’ Maka beliau bersabda, ‘Engkau bersama orang yang engkau cintai.’ Anas berkata, ‘Tidak ada sesuatu pun yang menggembirakan kami setelah Islam lebih dari ucapan Nabi: ‘Engkau bersama orang yang engkau cintai’. Aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakr dan Umar, maka aku pun berharap akan bersama mereka walaupun aku belum beramal seperti amalan mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Tidak heran bila Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu begitu mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena semenjak kehadiran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah –ketika itu Anas masih berusia delapan atau sepuluh tahun– dia selalu mendampingi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membantu dan melayani beliau. Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha, sang ibulah yang mendorong Anas dan menyerahkannya pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memberikan khidmah (pelayanan) kepada beliau. Anas melayani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selama sepuluh tahun lamanya hingga beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. Anas begitu terkesan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tak pernah memukulnya, tak pernah mencela maupun bermuka masam di hadapannya, selama dia memberikan pelayanan kepada beliau. (Siyar A’lamin Nubala`, 3/398)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Begitu cintanya dan begitu besar keinginan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu untuk mengikuti dan meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sampai-sampai makanan yang semula tidak disukai pun menjadi sesuatu yang dia sukai karena melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memakannya. Anas menceritakan:

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

إِنَّ خَيَّاطًا دَعَا رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِطَعَامٍ صَنَعَهُ، قَالَ أَنَسٌ: فَذَهَبْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى ذَلِكَ الطَّعَامِ، فَقَرََّبَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُبْزًا مِنْ شَعِيْرٍ وَمَرَقًا فِيْهِ دُبَّاءٌ وَقَدِيْدٌ. قَالَ أَنَسٌ: فَرَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَتَبَّعُ الدُّبَّاءَ مِنْ حَوْلِ القَصْعَةِ، فَلَمْ أَزَلْ أُحِبُّ الدُّبَّاءَ مِنْ يَوْمِئِذٍ. قَالَ ثُمَامَةُ عَنْ أَنَسٍ: فَجَعَلْتُ أَجْمَعُ الدُّبَّاءَ بَيْنَ يَدَيْهِ

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

“Seorang tukang jahit mengundang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menikmati hidangan makan yang disajikannya. Maka aku mendatangi undangan makan itu bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia pun menghidangkan di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam roti gandum serta kuah berisi labu dan daging. Lalu aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjumputi labu dari pinggiran pinggan. Maka sejak hari itu aku selalu menyukai labu.” Tsumamah mengatakan dari Anas, “Maka kukumpulkan labu itu di hadapan beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 5439)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Kisah ini menunjukkan keutamaan yang nyata pada diri Anas radhiyallahu ‘anhu karena dia selalu mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sampai pun pada segala sesuatu yang bersifat jibiliyyah.1 (Fathul Bari, 9/652)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Kisah lain yang begitu mengesankan tercatat dalam Ash-Shahihain, tentang dua pemuda yang begitu mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kecintaan itu membangkitkan keberanian mereka dalam perang Badr untuk membunuh musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya yang telah banyak mengganggu dan menyakiti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kisah ini dituturkan oleh seorang sahabat yang bernama Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu, yang menyaksikan dengan mata kepalanya sepak terjang kedua pemuda ini:

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

بَيْنَا أَنَا وَاقِفٌ فِى الصَّفِّ يَوْمَ بَدْرٍ فَنَظَرْتُ عَنْ يَمِيْنِي وَشِمَالِي، فَإِذَا أَنَا بِغُلاَمَيْنِ مِنَ اْلأَنْصَارِ حَدِيْثَةٍ أَسْنَانُهُمَا تَمَنَّيْتُ أَنْ أَكُوْنَ بَيْنَ أَضْلَعَ مِنْهُمَا، فَغَمَزَنِي أَحَدُهُمَا فَقَالَ: يَا عَمِّ، هَلْ تَعْرِفُ أَبَا جَهْلٍ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، مَا حَاجَتُكَ إِلَيْهِ يَا ابْنَ أَخِي؟ قَالَ: أُخْبِرْتُ أَنَّهُ يَسُبُّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَئِنْ رَأَيْتُهُ لاَ يُفَارِقُ سَوَادِي سَوَادَهُ حَتَّى يَمُوْتَ اْلأَعْجَلُ مِنَّا. فَتَعَجَّبْتُ لِذَلِكَ، فَغَمَزَنِي اْلآخَرُ فَقَالَ لِي مِثْلَهَا، فَلَمْ أَنْشَبْ أَنْ نَظَرْتُ إِلَى أَبِي جَهْلٍ يَجُوْلُ فِى النَّاسِ. فَقُلْتُ: أَلاَ، إِنَّ هَذَا صَاحِبُكُمَا الَّذِي سَأَلْتُمَانِي، فَابْتَدَرَاهُ بِسَيْفَيْهِمَا، فَضَرَبَاهُ حَتَّى قَتَلاَهُ. ثُمَّ انْصَرَفَا إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَاهُ فَقَالَ: أَيُّكُمَا قَتَلَهُ؟ قَالَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا: أَنَا قَتَلْتُهُ. فَقَالَ: هَلْ مَسَحْتُمَا سَيْفَيْكُمَا؟ قَالاَ: لاَ. فَنَظَرَ فِى السَّيْفَيْنِ فَقَالَ: كِلاَكُمَا قَتَلَهُ سَلَبُهُ لِمُعَاذِ بْنِ عَمْرِو ابْنِ الْجَمُوْحِ. وَكَانَا مُعَاذَ بْنَ عَفْرَاءَ وَ مُعَاذَ ابْنَ عَمْرِو بْنِ الْجَمُوْحِ

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

“Ketika aku berdiri di tengah-tengah barisan pasukan dalam perang Badr, aku melihat ke kiri dan kananku. Ternyata aku berada di antara dua pemuda Anshar yang masih belia umurnya. Aku pun berangan-angan aku lebih kuat daripada keduanya. Lalu salah satu di antara mereka menggamitku sambil bertanya, “Wahai paman, apakah engkau mengenal Abu Jahl?” Aku menjawab, “Ya! Apa perlumu dengan Abu Jahl, wahai anak saudaraku?” Dia berkata, “Aku pernah diberi tahu bahwa dia selalu mencela Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak akan berpisah diriku dengannya sampai mati salah seorang di antara kami yang paling cepat ajalnya.” Aku pun merasa kagum akan hal itu. Kemudian pemuda yang satu juga menggamitku dan mengatakan padaku hal yang serupa. Tidak lama setelah mereka bertanya padaku, aku melihat Abu Jahl sedang bergerak kesana kemari di antara pasukan. Aku pun berkata pada mereka berdua, “Lihat! Itulah orang yang kalian tanyakan padaku tadi.” Keduanya pun bergegas menyerang Abu Jahl dengan pedang mereka lalu menebasnya hingga berhasil membunuhnya. Setelah itu mereka pergi menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memberitakan peristiwa itu pada beliau. “Siapa di antara kalian yang membunuhnya?” tanya beliau. Masing-masing dari keduanya menjawab, “Saya yang membunuhnya!” “Apakah kalian sudah membersihkan pedang kalian?” tanya beliau lagi. “Belum,” jawab mereka. Beliau lalu mengamati kedua pedang mereka, kemudian berkata, “Kalian berdua telah membunuhnya. Sementara barang-barang yang digeledah dari Abu Jahl menjadi milik Mu’adz bin ‘Amr ibnul Jamuh.” Kedua pemuda itu adalah Mu’adz bin ‘Afra` dan Mu’adz bin ‘Amr ibnul Jamuh. (HR. Al-Bukhari no. 3141 dan Muslim no. 1752)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Inilah sebagian kecil di antara sekian banyak kisah tentang kecintaan anak-anak para sahabat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun bukan berarti kecintaan kepada beliau turut sirna dengan wafatnya beliau, sama sekali tidak. Bahkan harus terus berlanjut, termasuk dengan mencintai sunnah-sunnah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menukilkan ucapan Al-Qadhi bin ‘Iyadh rahimahullahu: “Di antara bentuk kecintaan pada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah menolong sunnah beliau, membela syariat beliau, dan mengangankan seandainya beliau masih ada sehingga dia bisa mengorbankan harta dan jiwanya untuk membela beliau.” (Syarh Shahih Muslim, 2/15)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Berarti termasuk tanggung jawab orang tua adalah mengajarkan Sunnah-Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, membiasakan mereka untuk melaksanakannya dalam keseharian, memupuk kecintaan dan pengagungan mereka terhadap Sunnah-sunnah tersebut, disertai dengan pembelaan terhadap sunnah dari orang-orang yang meremehkan dan mencelanya.
Yang seperti ini pun kita bisa mendapati dalam kehidupan generasi terbaik umat ini. Mereka mengajari anak-anak mereka Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihat kesungguhan Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu dalam mengajari anak-anaknya:

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

كَانَ سَعْدٌ يُعَلِّمُ بَنِيْهِ هَؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ كَمَا يُعَلِّمُ الْمُعَلِّمُ الْغِلْمَانَ الْكِتَابَةَ وَيَقُوْلُ: إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَعَوَّذُ مِنْهُنَّ دُبُرَ الصَّلاَةِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

“Sa’d mengajari anak-anaknya kalimat ini seperti seorang guru mengajari anak-anak menulis. Dia mengatakan, ‘Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa meminta perlindungan dari perkara-perkara ini setiap selesai shalat: Ya Allah, aku mohon perlindungan pada-Mu dari sifat penakut, dan aku mohon perlindungan-Mu dari dikembalikannya diriku pada usia yang lemah, dan aku mohon perlindungan-Mu dari fitnah dunia, dan aku mohon perlindungan-Mu dari azab kubur.” (HR. Al-Bukhari no. 2822)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Demikian pula yang dikisahkan seorang anak shahabat yang mulia, Muslim bin Abi Bakrah:

أَنَّهُ كَانَ سَمِعَ وَالِدَهُ يَقُوْلُ فِي دُبُرِ الصَّلاَةِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ. فَجَعَلْتُ أَدْعُو بِهِنَّ، فَقَالَ: يَا بُنَيَّ، أَنَّى عُلِّمْتَ هَؤُلاَءِ الكَلِمَاتِ؟ قُلْتُ: يَا أَبَتِ، سَمِعْتُكَ تَدْعُو بِهِنَّ فِي دُبُرِ الصَّلاَةِ، فَأَخَذْتُهُنَّ عَنْكَ. قَالَ: فَالْزَمْهُنَّ يَا بُنَيَّ، فَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو بِهِنَّ فِي دُبُرِ الصَّلاَةِ

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

“Dia selalu mendengar ayahnya berdoa pada akhir shalatnya: ‘Ya Allah, aku mohon perlindungan pada-Mu dari kekufuran, kefakiran, dan azab kubur.’ Maka aku (Muslim bin Abi Bakrah, pen.) turut pula mengucapkan doa itu. Kemudian ayahku bertanya, “Wahai anakku, dari mana engkau diajarkan kalimat-kalimat itu?” Aku menjawab, “Wahai ayah, aku mendengarmu mengucapkan doa itu di akhir shalatmu, maka aku pun mempelajarinya darimu.” Ayahku berkata lagi, “Tetaplah kau baca doa itu, wahai anakku, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengucapkan doa itu di akhir shalat beliau.” (HR. An-Nasa`i no. 5465, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan An Nasa`i: “Sanadnya shahih.”)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Tak hanya itu, para sahabat juga membiasakan anak-anak mereka untuk mengamalkan perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, puasa misalnya. Ini diceritakan oleh Rubayyi’ bintu Mu’awwidz radhiyallahu ‘anha:

أَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةَ عَاشُوْرَاءَ إِلَى قُرَى اْلأَنْصَارِ: مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ، وَمَنْ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيَصُمْ. قَالَتْ: فَكُنَّا نَصُوْمُهُ بَعْدُ وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا وَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ، فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ حَتَّى يَكُوْنَ عِنْدَ اْلإِفْطَارِ

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang pada pagi hari ‘Asyura ke perkampungan Anshar untuk menyampaikan: “Barangsiapa yang pagi hari itu dalam keadaan tidak berpuasa, hendaknya menyempurnakan hari itu dengan berpuasa, dan barangsiapa yang berpuasa, hendaknya menyempurnakan puasanya.” Maka kami pun berpuasa dan menyuruh anak-anak kami berpuasa, dan kami membuat mainan dari perca. Apabila anak-anak itu menangis karena lapar, kami memberikan mainan itu. Demikian seterusnya hingga tiba waktu berbuka.” (HR. Al-Bukhari no. 1960 dan Muslim no. 1136)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Inilah yang ada dalam kehidupan para sahabat. Mereka mendorong anak-anak mereka untuk mencintai beliau, mencintai syariat yang beliau bawa, dan melaksanakannya dalam kehidupan mereka. Mereka berharap, dengan itu anak-anak mereka akan senantiasa terbimbing sepanjang hidup mereka di dunia, serta meraih bahagia dalam kehidupan mereka kelak di kampung akhirat. Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

1 Yaitu perbuatan yang muncul dari tabiat atau sifat asal seseorang.

Silahkan mengcopy dan memperbanyak artikel ini
dengan mencantumkan sumbernya yaitu : http://www.asysyariah.com

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Antara Sabar dan Syukur
Penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah
Sakinah, Mengayuh Biduk, 04 – Juni – 2007, 10:16:25

Pasang surut yang mewarnai kehidupan sebuah rumah tangga tak hanya dalam hal hubungan pribadi antara suami dan istri, namun juga menyangkut anak dan rizki. Kesabaran dan sikap syukur menjadi modal yang mesti dimiliki dalam hal ini.

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Setiap insan yang hidup di muka bumi ini pasti pernah mengalami suka dan duka. Tak ada insan yang diberi duka sepanjang hidupnya, karena ada kalanya kemanisan hidup menghampirinya. Demikian pula sebaliknya, tak ada insan yang terus merasa suka karena mesti suatu ketika duka menyapanya. Bila demikian tidaklah salah pepatah yang mengatakan, “Kehidupan ini ibarat roda yang berputar”, terkadang di atas, terkadang di bawah. Terkadang bangun dan sukses, terkadang jatuh dan bangkrut, kadang kalah, kadang menang, kadang susah, kadang bahagia, kadang suka dan kadang duka… Begitulah kehidupan di dunia ini, kesengsaraannya dapat berganti bahagia, namun kebahagiannya tidaklah kekal.

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِيْنَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًا وَفِي اْلآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah di antara kalian serta berbangga-bangga dalam banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kalian lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras/pedih dan ada pula ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Kehidupan dunia itu tidak lain kecuali hanya kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid: 30)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Suka duka pun suatu kemestian yang dialami sepasang suami istri dalam mengarungi bahtera rumah tangga, karena kesempitan atau kelapangan, kesulitan atau kemudahan datang silih berganti. Ketika diperoleh apa yang didamba, mereka bersuka. Tatkala luput apa yang diinginkan atau hilang apa yang dicintai, mereka berduka.
Sebagai seorang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengimani takdir-Nya, sudah semestinya suka dan duka itu dihadapi dengan syukur dan sabar. Allah Subhanahu wa Ta’ala menggandengkan dua sifat ini di dalam firman-Nya:

إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّاٍر شَكُوْرٍ

“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi setiap orang yang banyak bersabar lagi bersyukur.” (Ibrahim:5)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Qatadah rahimahullahu menafsirkan ayat di atas dengan mengatakan, “Dia adalah hamba yang bila diberi bersyukur dan bila diuji bersabar.” (An-Nukat wal ‘Uyun, 3/122)

Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa mukmin yang sabar atas musibah/duka yang menimpanya dan bersyukur atas nikmat/suka yang diterimanya akan mendapatkan kebaikan. Kabar gembira ini tersampaikan kepada kita lewat sahabat beliau yang mulia Shuhaib Ar-Rumi radhiyallahu ‘anhu. Shuhaib berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ لَهُ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin. Sungguh seluruh perkaranya adalah kebaikan baginya. Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika mendapatkan kelapangan ia bersyukur, maka yang demikian itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kemudaratan/kesusahan1 ia bersabar, maka yang demikian itu baik baginya.” (HR. Muslim no. 7425)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Ketika menjelaskan hadits di atas, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullahu menyatakan bahwa setiap manusia tidak lepas dari ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan takdir-Nya. Bisa jadi ia dalam kelapangan dan bisa jadi dalam kesempitan. Dalam hal ini manusia terbagi dua: mukmin dan selain mukmin. Seorang mukmin senantiasa dalam kebaikan pada setiap keadaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala takdirkan baginya. Bila ditimpa kesusahan ia bersabar dan menanti datangnya kelapangan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala serta mengharapkan pahala, maka ia pun meraih pahala orang-orang yang bersabar. Bila mendapatkan kelapangan berupa nikmat agama seperti ilmu dan amal shalih, ataupun nikmat dunia berupa harta, anak dan istri, ia bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan taat kepada-Nya, karena yang namanya bersyukur tidak sebatas mengucapkan “Aku bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Adapun selain mukmin, mendapat kesempitan ataupun kelapangan sama saja baginya, karena ia selalu berada dalam kejelekan. Bila ditimpa kesempitan/kesusahan ia berkeluh kesah, mencaci maki, dan mencela Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bila mendapat kelapangan ia tidak bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dzat yang telah memberikan nikmat. (Syarhu Riyadhish Shalihin, 1/108)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Seorang mukmin dan mukminah dalam menjalani kehidupan rumah tangganya harus berada di antara kesyukuran dan kesabaran. Karena ia tak luput dari takdir yang baik ataupun yang buruk. Mungkin ia belum dikaruniai anak, maka ia harus bersabar karena anak adalah pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan terkadang Dia menguji hamba-Nya dengan tidak segera atau tidak sama sekali memberinya keturunan.

لِلَّهِ مُلْكُ السَّماَوَاتِ وَاْلأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُوْرَ. أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيْمًا إِنَّهُ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa saja yang Dia kehendaki. Dia menganugerahkan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya). Dia pun menjadikan mandul siapa saja yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Asy-Syura: 49-50)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Anak diperoleh bukan karena kemahiran seseorang, bukan karena kejantanan, kekuatan, atau kepandaiannya. Berapa banyak orang yang kuat dan memiliki keutamaan lagi kemuliaan namun Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberinya keturunan. Lihatlah istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tidak beroleh keturunan dari pernikahan mereka dengan Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kecuali Khadijah radhiyallahu ‘anha dan budak beliau Mariyah radhiyallahu ‘anha. Lihat pula Nabi Ibrahim dan Nabi Zakariyya ‘alaihimassalam, keduanya dikaruniai anak tatkala usia telah senja, tulang-tulang telah melemah, rambut telah dipenuhi uban dan istri pun telah tua lagi mandul2. Lihat pula Maryam ibunda ‘Isa ‘alaihissalam dikaruniai anak tanpa pernah menikah dan tanpa pernah disentuh oleh lelaki3. Dengan demikian beroleh anak atau tidak, perkaranya kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia yang memberi dan Dia yang menahan.

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Bila seseorang diberi nikmat berupa anak, hendaklah ia bersyukur kepada Dzat yang telah memberikan anugerah. Namun bila tidak, maka tidak ada yang bisa dilakukan oleh seorang mukmin kecuali tunduk, sabar, ridha dengan ketetapan-Nya dan berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Dia tak pernah berbuat dzalim kepada hamba-hamba-Nya. Dia Maha Tahu apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya, sementara hamba-hamba-Nya tidak tahu apa yang baik bagi mereka.

وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ

“Allah Maha Mengetahui sementara kalian tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Dalam masalah rizki juga demikian. Ketika seorang mukmin dalam kehidupan rumah tangganya tidak memperoleh rizki yang lapang, dalam kemiskinan tiada berharta, ia pun harus bersabar. Karena kelapangan dan sempitnya rizki, kaya atau miskinnya seseorang telah dicatat dan ditetapkan dalam catatan takdir dengan keadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia memberi rizki kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia menyempitkannya kepada siapa yang Dia kehendaki, sementara Dia tidak berbuat dzalim kepada hamba-hamba-Nya.

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Ingatlah, kenikmatan, kemegahan, dan kekayaan dunia bukan jaminan keselamatan di akhirat nanti. Kalaulah kekayaan itu suatu keutamaan dan keadaan yang paling afdhal niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjadikan kekasih-Nya, manusia pilihan-Nya, junjungan anak Adam, yakni Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai orang yang terkaya di dunia, bergelimang harta dan kemewahan.

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Tapi ternyata tidak demikian kenyataannya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup dengan penuh kesahajaan dan kesederhanaan. Terkadang tidak ada makanan yang dapat disantap di rumah beliau sehingga beliau berpuasa. Dikisahkan hal ini oleh istri beliau yang shalihah Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

دَخَلَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ، فَقَالَ: هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ؟ فَقُلْنَا: لاَ. قَالَ: فَإِنِّي إِذَنْ صَائِمٌ

Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke rumahku, lalu bertanya, “Apakah ada makanan pada kalian (yang bisa kumakan)?” “Tidak ada,” jawab kami. “Kalau begitu aku puasa,” kata beliau. (HR. Muslim no. 2708)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Sampai-sampai untuk membeli makanan, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berhutang dengan menyerahkan baju besi beliau sebagai jaminan. Masih dari kisah Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

اشْتَرَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ يَهُوْدِيٍّ طَعَامًا بِنَسِيْئَةٍ، فَأَعْطَاهُ دِرْعًا لَهُ رَهْنًا

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membeli makanan dengan pembayaran di belakang (akan dibayar pada waktu yang telah ditentukan), beliau memberi baju besinya kepada si Yahudi sebagai jaminan.” (HR. Muslim no. 4090)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Betapa sabarnya istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kekurangan dunia yang mereka terima selama hidup dengan suami mereka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau pun wafat tanpa meninggalkan warisan untuk mereka. Kata ‘Amr ibnul Harits, saudara Ummul Mukminin Juwairiyyah bintul Harits radhiyallahu ‘anha:

ماَ تَرَكَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ مَوْتِهِ دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَلاَ عَبْدًا وَلاَ أَمَةً وَلاَ شَيْئًا إِلاَّ بَغْلَتَهُ الْبَيْضَاءَ الَّتِي كَانَ يَرْكَبُهَا وَسِلاَحَهُ وَأَرْضًا جَعَلَهَا لاِبْنِ السَّبِيْلِ صَدَقَةً

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala wafatnya tidak meninggalkan dinar, dirham, budak laki-laki, budak perempuan, dan tidak meninggalkan harta sedikitpun kecuali seekor bighalnya yang berwarna putih yang dulunya biasa beliau tunggangi dan pedangnya serta sebidang tanah yang beliau jadikan sebagai sedekah untuk musafir.” (HR. Al-Bukhari)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Demikian sebagai anjuran untuk bersabar dengan kesulitan hidup…
Ketika rizki datang pada si mukmin dan kelapangan hidup menyertainya maka rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala harus diwujudkan. Tidak hanya mengucapkan syukur dengan lisan disertai keyakinan hati, namun harus pula diiringi dengan amalan, yaitu membelanjakan harta tersebut di jalan yang diridhai oleh Sang Pemberi Nikmat dengan infak dan sedekah.
Memiliki rasa syukur ini sungguh suatu keutamaan dan anugerah karena sedikit dari hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mau bersyukur, sebagaimana dinyatakan dalam Tanzil-Nya:

وَقَلِيْلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ

“Dan sedikit dari hamba-hamba-Ku yang mau bersyukur.” (Saba`: 13)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Siapa yang bersyukur, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menambah nikmat-Nya. Adapun orang yang enggan untuk bersyukur, ia akan diazab:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ

“Apabila kalian bersyukur, Aku sungguh-sungguh akan menambah kenikmatan bagi kalian dan sebaliknya bila kalian kufur nikmat maka sungguh azabku sangat pedih.” (Ibrahim: 7)

Hadapilah liku-liku kehidupan berumah tangga dengan sabar dan syukur, niscaya kebaikan akan diperoleh. Memang “Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin.”

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

1 Kemudaratan di sini sifatnya umum, baik yang menimpa tubuhnya ataupun menimpa keluarga, anak, atau hartanya. (Bahjatun Nazhirin, 1/82)
2 Nabi Zakariyya ‘alaihissalam ketika berdoa minta keturunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan:

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا

“Wahai Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, wahai Rabbku.” (Maryam: 4)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan doa Nabi Zakariyya ‘alaihissalam dengan memberi kabar gembira kepadanya akan beroleh seorang putra. Nabi Zakariyya ‘alaihissalam pun takjub dengan berita tersebut hingga beliau berkata dengan heran:

قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُوْنُ لِي غُلاَمٌ وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا وَقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا

“Wahai Rabbku, bagaimana aku akan beroleh anak, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku sendiri sudah mencapai umur yang sangat tua.” (Maryam: 8)

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

3 Ketika malaikat Jibril ‘alaihissalam menemui Maryam dalam bentuk seorang manusia guna memberi kabar gembira kepada Maryam bahwa ia akan beroleh seorang putra, Maryam pun berkata dengan heran:

قَالَتْ أَنَّى يَكُوْنُ لِي غُلاَمٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا

“Maryam berkata, ‘Bagaimana aku akan beroleh anak, sementara tidak ada seorang lelaki pun yang pernah menyentuhku dan aku sendiri bukan seorang pezina?’.” (Maryam: 20)

Silahkan mengcopy dan memperbanyak artikel ini
dengan mencantumkan sumbernya yaitu : http://www.asysyariah.com

=========================================
PUISI – KUMPULAN PUISI-PUISI – KOLEKSI PUISI – ANTOLOGI PUISI (not here)
=========================================

Tinggalkan komentar