Kebiasaan-Kebiasaan Yang Tidak Pernah Dicontohkan Rasulullah Saat Ada Kematian

Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Hendaknya kalian semua mengikuti sunnahku dan sunnah Khulafaur ar-Rasyidin yang berpetunjuk setelahku. Berpegang teguhlah kepadanya dan gigitlah ia dengan gigi geraham. Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru, karena semua perkara baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah kesesatan.”[HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah]
“Barangsiapa mengada-adakan hal baru di dalam perkara kami yang tidak ada dalil di dalamnya,maka tertolak.”[HR. Bukhari, Muslim]
“Amma ba’du, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad; seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara baru, dan setiap bid’ah adalah kesesatan.”[HR. Muslim]

Dalam hadist-hadist tesebut adalah peringatan tegas dari tindakan mengadakan bid’ah, sekaligus sebagai peringatan keras bahwa bid’ah itu adalah kesesatan. Peringatan keras bagi umat akan besarnya bahaya yang ditimbulkannya.
Sudah menjadi kebiasaan umat Muslim saat ini (di negeri Muslim, khususnya di Indonesia), jika ada kematian di tengah-tengah mereka, mereka dengan serta-merta akan berkumpul di rumah mayit untuk membaca Qur’an, Yasinan, pembagian makanan dan sebagainya. Selain itu ada juga acara Tahlilan dan Yasinan, yang biasa diadakan pada hari ke-3, 7, 10, 40, 100, setelah 1 tahun dan seterusnya. Selain itu umat muslim masa kini sudah terbiasa membaca Qur’an, khususnya surat Yasin di makam mayit. Mereka juga mengumandangkan azan dan iqamah ketika memasukan mayit ke liang lahat. Menyemen makam dan membuat pagar atau bangunan di makam.
Padahal jelas-jelas perbuatan-perbuatan itu tidak ada perintah dan contohnya dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi‘in. Tetapi mengapa mereka tetap melaksanakannya?Siapa yang memerintah perbuatan tersebut?
Jika ditanya dalil-dalil yang memerintahkan perbuatan tersebut kepada mereka, maka pasti diam, atau mereka beralasan dengan perkataan ‘Ini kan niatnya baik.’
Tidak diragukan lagi perbuatan-perbuatan itu merupakan perbuatan yang mengada-ada karena tidak ada perintahnya dari agama, atau disebut BID’AH. Walaupun dipandang baik, perbuatan BID’AH sangat dilaknat Allah subhanahu wata’ala, dan tempatnya hanya di NERAKA.
Allah subhana wata’ala berfirman:
“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…”[QS. Al-Maidah:3]
Dari sisni dapat disimpulkan agama Islam ini merupakan agama yang sempurna, tidak perlu tambahan-tambahan lagi dalam ibadahnya. Perbuatan itu sama saja penghinaan terhadap Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya, karena menganggap agama Islam belum sempurna dan lengkap. Sudah menjadi kewajiban seluruh umat Muslim, khususnya di Indonesia untuk meninggalkan semua perbuatan tersebut demi menjaga kemurniaan Islam, hingga selalu mendapat berkah dari Allah subhanahu wata’ala. Kita cukupkan saja sama apa saja yang sudah disampaikan Allah subhanahu wata’ala dan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, tidak perlu ditambah dan dikurangi.


Berikut beberapa bid’ah-bid’ah menyangkut kematian:
1. Berkumpul di rumah keluarga mayit untuk membaca Al-Qur’an dan pembagian makanan
2. Peringatan hari ke-3, 7, 10, 40, 100 dan seterusnya
3. Keluarga mayit membuat makanan dan mengundang tetangganya untuk makan makanan itu
4. Menyiram pemakaman dengan maksud memberi kesejukan pada mayit
5. Membaca tahlil dengan suara keras secara bersama-sama ketika berangkat mengusung mayit
6. Ziarah kubur untuk berdo’a, tilawah dan shalat di atasnya
7. Ucapan ‘laailahaillallah’ saat mengusung mayit ke kuburan
8. Berkumpul di atas makam dan bertilawah
9. Berkumpul dalam rangka takziah
10. Membacakan Al-Fatihah untuk mayit
11. Adzan di telinga mayit
12. Adzan dan iqamah ketika menguburkan mayit
13. Pembacaan surat Al-Fatihah dan Al-Ikhlas di rumah mayit setelah tiga hari kematiannya
14. Membaca surat Yasin di makam mayit
15. Menanam pohon di makam mayit
16. Pembacaan Qur’an di makam mayit
17. Pembacaan Qur’an di rumah duka dan ketika mengiring jenazah
18. Mengupah Qari dan orang banyak untuk membacakan al-Qur’an bagi ruh mayit
19. Bangunan di atas makam
20. Menyelenggarakan kumpul perkabungan
21. Do’a setelah shalat jenazah
22. Do’a secara bersama-sama di kuburan
23. Do’a untuk mayit dengan suara keras ketika pemakaman
24. Undangan untuk para pengiring mayit ke rumahnya atau ke rumah salah satu kerabatnya
25. Mengadakan ritual takziah
26. Menghadiahkan qurban untuk mayit
27. Menghadiahkan pahala shalat untuk mayit
28. Menutupi mayit dengan tutup yang tertulis ayat-ayat Qur’an
29. Mengambil tanah dari makam untuk disebarkan di atas kafan setelah dibacakan Al-Qur’an kepadanya
30. Mambawa masuk mayit melalui Baab Rahmah saja
31. Membagi-bagi Qur’an untuk dibaca demi dihadiahkan pahalanya kepada mayit
32. Mengkhususkan hari-hari untuk mendo’akan mayit
33. Shalawat kepada Nabi ketika meletakan mayit di dalam kuburnya
34. Mengkhususkan ziarah kubur pada dua hari Raya dan hari Jum’at
35. Berbondong-bondong berangkat menuju makam di waktu malam, sehari sebelum hari Raya
36. Mengkhususkan pakaian tertentu untuk takziah
37. Pengkhususan waktu tertentu untuk menerima orang-orang yang bertakziah
38. Wanita yang meninggalkan semua pekerjaan selama berkabung
39. Mencatat nama-nama orang yang bertakziah dan memberikan harta untuk keluarga mayit
40. Mengiring jenazah dengan tahlil dan adzan dan setelah meletakkan di liang lahat
41. Pembedaan nisan laki-laki dan wanita
42. Mencium kerabat mayit ketika bertakziah
43. Membagikan sedekah di kuburan
44. Talqin mayit
45. Membagikan makanan dan buah-buahan di kuburan
46. Duduk di atas makam mayit hingga menyampaikan salam kepadanya pada malam Jum’at
47. Duduk untuk takziah
48. Mengumpulkan harta dari masyarakat setelah kematian seseorang dan dibagi-bagikan pada hari perkabungan
49. Mengumpulkan orang untuk membaca Qur’an demi mendapatkan faedah
50. Menjaga pakaian dan rambut, lalu menguburkannya di pemakaman
51. Mengajak isteri mayit dan membawanya berthawaf di sekeliling kubur
52. Mengkhatamkan tilawah Qur’an untuk mayit
53. Memakamkan mayit dekat makam anak-anak sebagai optimisme
54. Memakamkan mayit dalam peti mati
55. Penyembelihan untuk mayit pada hari kematiannya atau pada hari-hari lainnya
56. Sujud di tanah makam para wali untuk taqarub kepada Allah subhanahu wata’ala
57. Wanita yang berkabung lalu menyendiri dan tidak mau keluar ke tempat-tempat terbuka hanya pada hari Jum’at saja
58. Mengadakan pesta untuk mayit
59. Tinggal di makam untuk makan, minum, membaca tahlil, Shalat dan membacakan Qur’an
60. Tinggal beberapa hari atau beberapa pekan di pemakaman sebagai ungkapan rasa hormat kepada mayit
61. Bepergian untuk ziarah makam para wali dan orang-orang shalih
62. Merobek-robek saku, menampar pipi, meratap dan menghamburkan debu di atas kepala
63. Kesaksian atas mayit sebelum pemakamannya
64. Sedekah atas nama mayit pada hari-hari tertentu
65. Shalat mayit setiap hari Kamis dan Jum’at
66. Shalat di kuburan
67. Kurban Al-Jufrah
68. Permohonan mengikhlaskan mayit
69. Permohonan mengesakan dan zikir kepada Allah ta’ala ketika mengusung mayit
70. Thawaf di kuburan
71. Tidak ziarah mayit sebelum 40 hari dari kematiannya
72. Makan malam demi mayit
73. Makan malam demi orang tua pada bulan Ramadhan setiap tahun
74. Membuka kubur setelah 40 hari kematian dan melempar dengan biji jagung ke dalamnya
75. Membaca tahlil, tasbih, do’a-do’a atas kerikil, lalu meletakkannya di atas kuburan
76. Berqasidah saat mengiring jenazah
77. Nasihat ketika bertakziah atau ketika pemakaman
78. Memindahkan mayit tiga kali setelah dikafani dengan diiringi pengucapan dua kalimat syahadat secara keras
79. Tidur di atas lantai, menjauhi kerabat, tetangga dan parfum selama 40 hari karena kematian seseorang
80. Wasiat untuk menyelenggarakan pesta setelah kematian
81. Meletakkan batu basah atau lainnya di atas makam
82. Meletakkan beberapa ikat bunga di atas kuburan
83. Meletakkan Inai di sisi mayit dalam kuburan
84. Meletakkan kepala mayit selalu di sebelah kanan Imam
85. Meletakkan tanah di bawah pipi kanan, paha kanan dan mata kaki kanan mayit di dalam kuburan
86. Membentang kasur untuk dipakai duduk, menari dan bertepuk tangan di atasnya ketika seseorang meninggal dunia
87. Meletakkan kitab bersama mayit di dalam kuburan
88. Meletakkan mushaf di perut mayit
89. Meletakkan mushaf di atas kepala orang yang akan meninggal
90. Nasihat atau khutbah di kuburan
91. Peringatan ketika berlangsung pemakaman mayit
92. Berdiri di samping Imam dalam shalat mayit
93. Berdiri dengan sikap diam diri sebagai tanda penghormatan untuk para syuhada, bangsawan dan sebagainya

Tidak diragukan lagi semua perbuatan di atas tidak ada perintahnya dalam agama. Tidak pernah dinukil dari kaum salaf (sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in) bahwa mereka pernah melakukannya. Tidak ada contohnya dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Nah, jika mereka saja tidak melakukannya, mengapa kita mesti melakukannya. Apa kita lebih tinggi ilmunya dibanding mereka?Apa kita lebih zuhud dibanding mereka?Apa kita diberi petunjuk seperti yang mereka dapat?Apa ketaatan kita lebih dibanding mereka?Apakah pemahaman agama kita lebih baik dibanding mereka?Apakah amalan kita lebih baik dibanding mereka?
Semua jawabannya pasti TIDAK.
Karena Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”[QS. At Taubah:100]
“..Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah..”[QS. Al-Hasyr:7]
Dan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Hendaknya kalian semua mengikuti sunnahku dan sunnah Khulafaur ar-Rasyidin yang berpetunjuk setelahku…”[HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah]

Jadi kaum salaf (sahabat, tabi’in dan tabi’tabi’in) merupakan kaum yang mendapat petunjuk dari Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya. Begitu juga kaum Muslimin pertama dari kaum Muhajirin dan Anshar, mereka semua mendapat petunjuk dan diridhai oleh Allah subhanahu wata’ala karena ketaatannya dalam beribadah dan meninggalkan larangan-Nya.
Kesimpulannya, maka kita cukupkan saja dengan apa-apa yang sudah diajarkan Allah subhanahu wata’ala dan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam kepada mereka, tidak perlu ditambah dan dikurangi, sehingga kita terindar dari murka Allah subhanahu wata’ala.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” [QS.Al A’raaf :96]

SUMBER:
Tanya Jawab BID’AH DALAM IBADAH, bersama:
1. Syaikh Abdul Aziz bin Baaz
2. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
3. Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin
4. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
5. Al Lajnah Ad-Daimah Li Al-Buhuts Al-Ilmiyah wa Al-Ifta’(MUI-nya Arab Saudi)

author; unknown

sumber;

Catatan group fb: Satu Hari, Satu Ayat Qur’an

http://www.eramuslim.com

Tinggalkan komentar