MUTIARA KENABIAN

Telah berkata Abdullah bin Aun Al-Bashri Rahimahullah:

“Jika hawa nafsu telah menguasai hati, maka seseorang akan menganggap baik sesuatu yang buruk”

(Sallus Suyuf:24)

============================================

MUTIARA KENABIAN

Al-Imam Ahmad Rahimahullah berkata: Abdush Shamad mengatakan kepada kami: Al-Mustamir mengatakan kepada kami: Berkata kepada kami Abu Nadhrah dari Abu Sa’id Al-Khudri :

Rasulullah bersabda:

”Janganlah salah seorang dari kalian terhalang untuk menyampaikan kebenaran, manakala kebenaran itu ia lihat dan ketahui, atau ia lihat dan dengar”

(Al-Musnad, 3/46-47)

Di dalam Sunan Ibnu Majah dari jalan Ali bin Zaid bin Jad’an, dari Abi Nadhrah,

dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah sedang berdiri berkhutbah dan diantaranya bersabda:

“Ketahuilah, janganlah kamu terhalang rasa segan kepada manusia untuk menyatakan kebenaran manakala ia telah mengetahui kebenaran itu”

(Kitabul Fitan, hadits no.4007)

MUTIARA FATWA

Dalam surat Asad bin Musa yang ditujukan kepada Asad bin Furaat berbunyi:

”Wahai saudaraku, yang menjadi pendorong aku menulis surat kepadamu tidak lain hanyalah karena banyaknya orang yang memujimu tentang ketegasanmu dan sikap obyektifmu dalam menghidupkan sunnah dan menampakkan aib ahli bid’ah. Engkau seringkali menyebut-nyebut dan menghujat mereka, semoga Alah menghancurkan mereka lantaran kamu dan menguatkan pengikut kebenaran. Semoga Allah Ta’ala memberi kekuatan kepadamu dalam memerangi dan menghujat ahli bid’ah. Dan semoga Allah menghinakan mereka sehingga tidak melakukan bid’ah kecuali dengan sembunyi-sembunyi. Bergembiralah wahai saudaraku dengan balasan baik dan semoga masuk dalam amalan kebaikan paling utama dari shalat, puasa, haji dan jihad, manakah yang lebih baik daripada menegakkan Kitabullah dan Sunnah Rasul?” (Al-Bida’ wa an-Nahyu ‘anha, Ibnu Wadhdhah, hal.6)

Imam Al-Qahthani dalam Nuniyah menghujat Asy’ari :

”Aku akan potong-potong kehormatan kalian selagi nyawaku masih di kandung badan

Aku akan menyerang hizbi kalian dengan syairku hingga badanku dibungkus kain kafan

Aku akan robek-robek penutup aibmu hingga titik darah yang penghabisan

Aku akan menulis kepada penduduk negeri ini yang berisi hujatan kepada kalian hingga kalian berjalan terseok-seok laksana onta yang keletihan

Aku akan bongkar seluruh syubhat kalian dengan hujjah-hujjahku hingga kebodohan kalian tertutupi dengan pengetahuanku”

(Nuniyah Al-Qahthani, hal.52)

Imam al-Qarafi berkata:

“Aib ahli bid’ah dan kesesatan buku-buku mereka harus dijelaskan kepada semua orang agar orang-orang yang lemah iman dan ilmu tidak terjerat oleh kesesatan mereka. Tetapi harus dipisahkan kejujuran obyektif dan tidak gampang melempar tuduhan fasik dan kekejian tanpa bukti. Oleh karena itu kita tidak boleh menuduh ahli bid’ah berzina atau minum khamr tanpa bukti yang nyata.”

(Al-Farq 4/207-208)

Demikian itu pernyataan Salaf yang terkenal taat beragama, bertaqwa, zuhud dan wara. Mereka secara terang-terangan membolehkan menghujat dan menyebarkan aib ahli bid’ah, bahkan termasuk kewajiban yang berpahala besar. Begitu juga para ulama’ setelah mereka, mengeluarkan pernyataan yang sama.

(Dinukil dari Kitab Mauqif Ahlussunnah wal Jama’ah min Ahlil Ahwa’ wal Bida’, Maktabah Al Ghuraba’ Al Atsriyah 1415 H, Penulis Syaikh Dr. Ibrahim Bin Amir ar Ruhaili1, doktoral jurusan Aqidah dari Jami’ah Islamiyyah Madinah yang lulus dengan predikat Summa Cum Laude, edisi Indonesia Manhaj Ahli Sunnah Menghadapi Ahli Bid’ah, Bab Sikap Ahli Sunnah Tentang Menggunjing Ahli Bid’ah Agar Umat Selamat Dari Pengaruh Mereka)

http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=416

==========================================================

”Diantara bukti nyata kesungguhan ahlul hadits yang sangat mulia ialah : Ilmu Naqd, Al-Jarh wat Ta’dil terhadap para perawi hadits, atsar, aqidah, kelompok, bid’ah dan kesesatan. BAHKAN KRITIK, JARH DAN TIKAMAN MEREKA TERHADAP AHLI BID’AH SANGATLAH KUAT DAN MANTAP. INILAH KRITIKAN MEREKA, JARH WAT TA’DIL MEREKA KEPADA PARA PERAWI DAN AHLI BID’AH.

Perpustakaan-perpustakaan penuh-padat dengan kitab-kitab al-Jarh wat Ta’dil, Jarhul Khash, dan juga kitab-kitab aqidah yang MENCELA AHLI BID’AH. MEN-JARH DAN MENGGEMPUR MEREKA DENGAN GEMPURAN YANG LUAR BIASA, TERFOKUS PADA CELAAN DAN PENGHINAAN MEREKA TERHADAP AHLI BID’AH, TANPA BASA BASI DAN MUWAZANAH.

MEREKA MENGANGGAP HAL ITU ADALAH JIHAD DAN TAQARRUB YANG PALING UTAMA. APALAGI JIKA JARH DITUJUKAN KEPADA DA’I-DA’I KEBID’AHAN. Mereka tidak akan peduli cercaan orang (ketika berjuang) di jalan Allah . TANPA MENARUH BELAS KASIHAN KEPADA MEREKA DEMI AGAMA ALLAH , karena kebid’ahan yang ada pada mereka jauh lebih berbahaya daripada kemaksiatan yang paling maksiat sekalipun. Dan karena ahli bid’ah itu lebih berbahaya terhadap agama Allah daripada ahli maksiat. Sebab, orang yang bermaksiat akan mengakui bahwa dirinya sedang menyelisihi perintah Allah dan sedang melanggar apa yang menjadi larangan Allah .

Adapun ahli bid’ah yang senantiasa mengamalkan kebid’ahannya yang jelek dan menimbulkan kemurkaan Allah, justru meyakini bahwa perbuatan tersebut merupakan pendekatan diri kepada Allah.

Tatkala kaum Muslimin lain menyerunya kepada ajaran yang benar, dia akan menjawab dengan sikap dan perkataannya:”(Yang ada pada kami) Inilah agama Allah!”

Dia mengingkari kebenaran yang telah disyariatkan Allah di dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasulullah , sementara pada saat yang sama ia menuduh sesat kepada Al-Haq dan siapa yang membelanya.

Maka adakah bahaya yang lebih besar terhadap Islam daripada ini?!

Dari sinilah MAYORITAS ULAMA MEMANDANG BAHWA BAHAYA YANG DITIMBULKAN AHLI BID’AH TERHADAP ISLAM JAUH LEBIH DAHSYAT DARIPADA BAHAYA ORANG-ORANG KAFIR!!”

(Al-Mahajjatul Baidla’, Syaikh Rabi’, Maktabah Al-Ghuraba’ Al-Atsariyyah, Cetk.3, 1418H/1997, hal.52-53)

sumber:
http://fakta.blogsome.com/2006/12/17/mutiara-fatwa/

=======

Tinggalkan komentar