PUISI PENCERAHAN – AKHIR perjalanan sang PERANTAU

PUISI PENCERAHAN – AKHIR perjalanan sang PERANTAU

SUMBER:

AKHIR perjalanan sang PERANTAU

====================================

Orang asing bukanlah orang yg merantau ke negeri syam atau yaman

Tp orang asing (yg hakiki) adl, org yg merantau ke kuburnya bersama kain kafan

Sungguh si perantau punya hak yang harus dipenuhi

Oleh tuan rumah yang daerahnya sedang dilalui

—   —

Janganlah kau hardik orang asing ketika sedang dalam perantauan

Karena masa telah menghardiknya dg kehinaan dan banyak cobaan

Perantauanku jauh… padahal bekalku tidak mencukupi

Kekuatanku semakin rapuh… sedang mati terus meminta diri

—   —

Aku tentu punya banyak sisa dosa, yang aku tak mengetahuinya

Dosa saat sendiri, maupun saat bersama, tapi Alloh pasti mengetahuinya

Betapa sayangnya Alloh padaku… krn telah menangguhkan hukuman-Nya

Bahkan Dia tetap menutupi dosaku… meski aku terus melakukannya

—   —

Hari-hariku terus berjalan

Tanpa penyesalan, tangisan, ketakutan, ataupun kesedihan

Akulah orang yang biasa menutup pintu

Untuk giat dalam maksiat, padahal Mata Alloh selalu mengawasiku

—   —

Salah sudah tercatat, dalam kelalaian yang telah lewat

Dan sekarang, tinggal penyesalan di hati yg terus menyayat-nyayat

Biarkanlah ku ratapi dan ku ajak diriku

untuk muhasabah dan prihatin dalam sisa masa hidupku

—   —

Wahai orang yang selalu menghinaku, tinggalkan hinaanmu!

karena jika kau tahu keadaanku, tentu kau takkan melakukan itu

Biarkanlah ku usap linangan air mata, yang tak mau berhenti ini

Maka adakah tetesan air mata ini, dapat menyelamatkan diri?!

—   —

Dan seakan-akan aku sekarang

tergeletak tak berdaya diatas ranjang

di hadapan seluruh sanak keluarga

yang membolak-balikkan tubuhku dengan tangan mereka

—   —

Lalu berkumpullah di sekelilingku, orang yang meratapiku

menangisiku, memanggil namaku, dan menyesali keadaanku

Mereka telah mendatangkan tabib untuk mengobatiku

Tapi aku yakin, saat ini ia takkan mampu menyembuhkanku

—   —

Selanjutnya nafasku semakin tak karuan

Ajal mulai merenggutku, dr setiap urat nadi, dg tanpa keramahan & kehalusan

Kemudian ruhku keluar dari jasadku yang meronta

Hingga ludahku saat itu menjadi pahit rasa

—   —

Mereka pun menutup mataku

Lalu pergi membeli kafan setelah putus asa atas kesembuhanku

Orang yang dulunya paling ku kasihi

Segera mencari pemandi mayat yang mau menghampiri

—   —

Dia mengatakan: Wahai kaumku, kami ingin pemandi mayat yg lihai

merdeka, ahli syair, cerdas, mengerti, dan pandai

Akhirnya datanglah seorang dari mereka menghampiriku

ia melepas pakaianku, menelanjangiku, dan menyendirikanku

—   —

Dengan terlentang di gerabah, ia membiarkanku

sedang pancuran air yang akan membersihkan ada di atasku

Ia pun mengucurkan air dari atasku, dan membilasku dengan tiga bilasan

Setelah itu, ia meminta orang-orang agar mendatangkan kain kafan

—   —

Orang-orang itu memakaikan padaku pakaian yang tanpa saku

Dan jadilah bekalku hanya parfum kematian, saat mereka memarfumiku

Mereka kini telah mengeluarkanku dari dunia… Duhai malangnya aku

Sebagai seorang perantau tanpa bekal yang dapat mengantarkanku

—   —

Mulailah 4 lelaki mengangkat jasadku di atas pundak

Dan di belakangku terlihat para pelayat yang mengarak

Mereka lalu meletakkanku di mihrob depan

Lalu ke belakang imam untuk sholat & mengucapkan kata perpisahan

—   —

Mereka menyolatiku, dg sholat yg tanpa ada ruku’ dan sujudnya

Dengan iringan doa semoga Alloh mencurahkan padaku rahmat-Nya

(Sampai di kuburan), mereka menurunkanku ke liang lahat dg perlahan

Dan mulailah salah satu dari mereka menguburkan

—   —

Dia membuka kain yg menutupi wajahku untuk melihatku

Hingga mengucur dr kedua matanya, air yg mampu menenggelamkanku

Ia lalu berdiri dg penuh hormat… Dan dengan tekad yang bulat…

ia menata bata di atasku… lalu beranjak meninggalkanku…

—   —

Ia mengatakan: “Uruklah dia dengan tanah kuburan

Dan raihlah pahala kebaikan dari Ar-Rohman, yg memiliki banyak pemberian!

Di liang kubur yang gelap itu, tak ada bapak yang penyayang

Tak ada ibu, atau pun saudara yang dapat membuatmu senang

—   —

(Stlh itu) datanglah sosok yg membuatku gemetar, saat mata ini menatapnya

Karena tampang yang sangat menakutkan orang yg melihatnya

Itulah malaikat Munkar dan Nakir… Apa yg akan ku katakan pada mereka?!

Di saat mereka benar-benar telah membuatku sangat takut dan kaget tiada tara

—   —

Mereka mulai mendudukkanku, dan mengintrogasiku

Sungguh ya Tuhan, tiada seorang pun selain Engkau yg dpt menyelamatkanku

Maka berikanlah maaf-Mu padaku, wahai Harapanku

Sungguh aku sekarang terjerat & tergadai oleh dosa-dosaku

—   —

Adapun keluargaku… setelah pulang, mereka membagi-bagi hartaku

Di lain sisi, dosa-dosaku menjadi semakin terasa berat di pundakku

Sedang istriku… ia mencari suami lain yang menjadi pengganti sepeninggalku

Lalu menyerahkan kekuasaan harta & rumah padanya (yg dulunya adlh milikku)

—   —

Adapun anakku… mereka berubah menjadi budaknya yg harus melayaninya

Sedang hartaku… sekarang semuanya menjadi halal & barang gratis utk mereka

Oleh karena itu, janganlah engkau terkecoh dengan dunia & perhiasannya!

Lihatlah apa yang diperbuatnya kepada tempat tinggal dan keluarganya

—   —

Lihatlah orang yang berhasil mengumpulkan dunia seisinya

Apakah ia akan pergi dari dunia dg selain hanuth & kafannya?!

Bersikaplah qona’ah dan rela terhadap dunia!

walau kau hanya memiliki badan yang sehat (dan hidup sederhana)

—   —

Wahai penanam kebaikan… pasti kau nanti akan memanen buahnya

Wahai penanam keburukan… pasti kau akan dimintai tanggung jawabnya

Wahai jiwa ini, berhentilah menjalani maksiatmu

Dan mulailah beramal yang baik, semoga Alloh merahmatimu

Wahai jiwa ini, segeralah bertaubat dan lakukanlah kebaikan

Semoga engkau raih balasan kebaikan, saat melewati kematian

—   —

Semoga sholawat tercurahkan kepada Nabi dan Penghulu pilihan

Selama kilat masih menerangi negeri Syam dan dataran Yaman

Segala puji bg Alloh, yg ketika pagi & sore selalu memberi kita kebaikan

Juga maaf, ke-ihsan-an, dan banyak lagi pemberian

—   —

Alih bahasa oleh: Addariny, di Madinah, 21 /11/1430 H

Untaian kata diatas adalah tarjamahan syair milik Zainal Abidin -rohimahulloh-


PUISI PENCERAHAN – AKHIR perjalanan sang PERANTAU

Tinggalkan komentar