Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sampai kamu mengikuti agama mereka (al baqarah ayat 120)

Wanita-wanita Perkasa

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ [الأنعام/151]

“…dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi,…” (QS Al-An’am: 151).

…فَقَالَ تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمْ الْأُمَمَ(رواه أبو داود, قال الشيخ الألباني : حسن صحيح)

… Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Nikahilah wanita-wanita yang penyayang dan subur (banyak keturunan), karena aku akan berbangga kepada umat yang lain dengan banyaknya kalian.” (HR Abu Dawud – 1754, kata Syaikh Al-Albani; hasan shahih).

Halimah (46 tahun) sedang menanti kelahiran anak ke-22

Halimah sama sekali enggan ikut KB (keluarga berencana, lafal ini biasa digunakan sebagai pengelabuhan dari makna sebenarnya yakni pembatasan jumlah anak) karena takut terkena efek samping. Apalagi ia berpendirian, anak adalah pembawa rezeki.

Adakalanya sosok wanita oleh sebagian kalangan disebut sebagai makhluk yang lemah. Jika melihat keperkasaan tiga wanita di bawah ini, rasanya sebutan tersebut tidak menemukan kebenaran.

Mbok Ponijah

Wanita perkasa ini merupakan warga Desa Krembangan Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta, yang menikah dengan Suwardi Wiyono (kini almarhum). Dari buah perkawinannya itu, ia dikaruniai 8 orang anak, semuanya laki-laki.

Sang suami, Suwardi Wiyono meninggal dunia ketika kedelapan anak lelakinya belum beranjak dewasa. Maka Mbok Ponijah membesarkan kedelapan anak-anaknya itu seorang diri.

Dalam upaya membesarkan kedelapan anak-anaknya itu, Mbok Ponijah tidak hanya mengandalkan sepetak sawah peninggalan suaminya, tetapi ia juga mengeksplorasi kemampuannya yang lain untuk menjadi pijakan membesarkan anak-anaknya.

Selama ini, Mbok Ponijah dikenal sebagai pembuat tempe benguk yang punya cita rasa khas. Selain itu, Mbok Ponijah juga dikenal ahli menanak nasi dalam jumlah besar, sebuah keahlian yang sangat dibutuhkan dalam keadaan darurat, seperti bencana alam. Keahlian yang belum tentu dimiliki setiap wanita ini, tentu saja dapat sangat bermanfaat bagi perut sejumlah orang yang terimpa bencana.

Sosok Mbok Ponijah selama ini dikenal sebagai pribadi yang ramah dan suka menolong siapa saja. Selain ringan tangan, Mbok Ponijah juga ringan hati. Ia ikhlas menolong siapa saja, ia juga ikhlas menerima amanat delapan anak laki-laki untuk dibesarkkanya sendirian. Tidak ada keluh kesah yang meluncur dari bibirnya selama membesarkan kedelapan anak lelakinya.

Tanpa berkeluh kesah, Mbok Ponijah bahkan mendidik anak-anaknya dengan disiplin yang tinggi. Hasilnya, tiga dari delapan anaknya menjadi anggota TNI-AD dan dua lainya anggota Polri, sedangkan tiga lainnya bekerja di sektor swasta. Salah satu anak Mbok Ponijah yang menjadi anggota Polri adalah Brigadir Apris SW (anggota Sat Lantas Polsek Sedayu Bantul).

Brigadir Apris SW tewas dalam tugas. Ia ditembak orang tak dikenal di jalan Desa Demangrejo Kecamatan Sentolo, pada hari Jum’at siang (16 Januari 2009). Ketika itu usianya baru mencapai angka 29 tahun. Selain Apris, ada Wiratno (kakak Apris), juga menjadi angota Polisi (Sat Lantas Polres Sleman).

Mak Eros

Selain Mbok Ponijah, dari Jawa Barat ada Mak Eros yang sepanjang hidupnya pernah melahirkan 25 anak (laki-laki dan perempuan). Wanita perkasa ini (kini 58 tahun) menikah dengan Asep (60 tahun) ketika berusia 15 tahun. Warga Kampung Tegal Kalapa, Desa Citeko, Kecamatan Plered, Purwakarta ini boleh dibilang hampir setiap tahun melahirkan anak.

Semua persalinannya tidak ditangani oleh dokter tetapi lancar dan selamat melalui tangan paraji (dukun beranak) yang tentu saja selain terjangkau dari segi harga juga terjangkau dari segi kedekatan lokasi.

Meski beranak banyak, Mak Eros bukan tipe wanita yang anti program KB (Keluarga Berencana). Menurut pengakuan Mak Eros, ia sempat mengikuti program KB, tetapi tak cocok. Tubuhnya jadi sering sakit-sakitan sehingga membuat anak-anaknya telantar. Karena sering sakit, akhirnya Mak Eros memutuskan untuk tidak lagi memakai alat kontrasepsi. Maka terjadilah apa yang memang seharusnya terjadi: proses kelahiran anak-anaknya seperti tak terbendung hingga memiliki 25 anak.

Kini, anak-anak Mak Eros berjumlah 18 orang, karena tujuh diantaranya meninggal dunia. Dari 18 orang tadi, sembilan diantaranya masih balita, sebagian lainnya sudah berumahtangga. Mak Eros membesarkan anak-anaknya dengan berjualan kue keliling kampung sejak puluhan tahun lalu, untuk membantu suaminya yang bekerja sebagai penarik becak.

Dalam sehari rata-rata penghasilan Mak Eros sekitar Rp 15.000 (lima belas ribu rupiah). Untuk bisa mendapatkan penghasilan sebesar itu, ia harus bekerja mulai jam 05:00 hingga menjelang Maghrib. Sehabis Shubuh, sekitar jam 05:00 Mak Eros sudah berangkat menuju rumah Hj. Icoh (produsen kue). Dari situ, Mak Eros berkeliling menjajakan kue sejauh dua hingga tiga kilometer. Bila dagangannya habis dalam waktu singkat, ia kembali ke produsen kue dan melanjutkan berjualan babak kedua. Begitu seterusnya hingga dalam sehari bisa mencapai tiga putaran. Menjelang Maghrib atau ba’da Maghrib ia sudah kembali ke rumahnya yang kecil.

Dengan penghasilan sekitar Rp 15-20 ribu per hari ditambah dengan penghasilan suaminya yang berkisar Rp 10.000 per hari, anak-anak Mak Eros hanya bisa diberi makan dengan lauk seadanya seperti kecap dan kerupuk kampung. Untuk urusan pendidikan, juga tidak terjangkau meski pemerintah telah mencanangkan program sekolah gratis, ada dana BOS dan sebagainya. Mak Eros tidak ampu beli seragam sekolah meski SPP sudah gratis sekalipun. Akibatnya, anak-anak Mak Eros hanya bisa menempuh pendidikan tingkat SD (kelas enam). Bagi mereka, sudah bisa membaca dan menulis saja sudah cukup.

Halimah

Di Pekalongan (Jawa Tengah), bisa ditemukan sosok wanita perkasa bernama Halimah (46 tahun) yang sedang menanti kelahiran anak ke-22. Halimah adalah warga Kelurahan Jenggot, Kota Pekalongan, Jawa Tengah yang sudah 31 tahun menikah dengan Mas’ud (58 tahun).

Kini usia kandungan Halimah sudah memasuki bulan keempat. Dan in merupakan kehamilannya yang ke-22. Anak-anak yang pernah dilahirkan Halimah terdiri dari 11 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Dari 21 anak yang pernah dilahirkannya, tiga diantaranya telah meninggal dunia. Yaitu, anak kedua, ketiga dan keempat.

Berbeda dengan Mak Eros yang sempat ikut KB, Halimah sama sekali enggan ikut KB karena takut terkena efek samping. Apalagi ia berpendirian, anak adalah pembawa rezeki.

Menurut laporan detikcom edisi 30 April 2010, setiap hari suasana di rumah pasangan Mas’ud-Halimah ini selalu ramai oleh riuh tawa anak-anak mereka yang baru pulang dari sekolah. Meski kerap rebutan makanan atau mainan, namun kehidupan keluarga sederhana ini terlihat cukup harmonis.

Sang suami, Mas’ud bekerja pada sebuah industri konveksi dengan penghasilan 40 ribu perhari. Meski demikian, Mas’ud termasuk sosok kepala keluarga yang memperhatikan pendidikan bagi anak-anaknya. Antara lain ia sering membuat buku cerita bertema kesederhanaan dan kedisiplinan hidup untuk didedikasikan kepada anak-anaknya.

Di kalangan sebagian wanita, ada yang menyimpan rasa takut atau kekhawatiran untuk punya anak banyak. Barangkali melalui tiga sosok wanita perkasa di atas ini dapat dipetik hikmah dan pembelajaran yang positif. (haji/tede)

sumber: http://www.nahimunkar.com

Tinggalkan komentar