PENJELASAN TUNTAS MENGENAI HARAMNYA MENGGAMBAR MAKHLUK BERNYAWA (berdasarkan hadits-hadits nabi)

Tanpa disadari, banyak keseharian kita yang dikelilingi hal-hal yang bertentangan dengan syariat. Salah satunya adalah dipajangnya gambar atau patung makhluk bernyawa di rumah kita. Foto keluarga hingga tokoh atau artis idola telah menjadi sesuatu yang sangat lazim dijumpai di rumah-rumah kaum muslimin. Bagaimana kita menimbang masalah ini dengan kacamata syariat?

Saudariku muslimah ….

Di rumah kita mungkin masih banyak bentuk/ gambar makhluk hidup, baik gambar dua dimensi ataupun tiga dimensi berupa patung, relief, dan semisalnya. Gambar–gambar itu seolah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan kita, karena di mana-mana kita senantiasa menjumpainya. Di dinding rumah ada kalender bergambar fotomodel dengan pose seronok. Di tempat yang sama, ada lukisan foto keluarga. Di atas buffet, ada foto si kecil yang tertawa ceria. Di ruang tamu ada patung pahatan dari Bali.

Sedikit ke ruang tengah ada ukiran Jepara berbentuk burung-burung. Lebih jauh ke ruang keluarga ada lukisan bergambar manusia ataupun hewan. Begitu pula di kamar, di dapur bahkan di teras rumah, atau jauh di halaman ada patung dua ekor singa besar di kanan dan kiri pintu gerbang menyambut kehadiran anggota keluarga ataupun tamu yang hendak masuk rumah, seolah-olah merupakan patung selamat datang atau bahkan diyakini sebagai penjaga rumah dari marabahaya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Belum lagi koleksi album foto keluarga, handai taulan, teman dan sahabat bertumpuk di meja tamu. Belum terhitung koran, majalah1, tabloid yang penuh dengan gambar dan lukisan dari yang sopan sampai yang paling tidak bermoral. Ini baru cerita di rumah kita, di rumah saudara, dan tetangga kita. Belum di tempat-tempat lain seperti di sekolah, di kantor, di toko, di perpustakaan, di pasar, di kampus, dan sebagainya. Benar-benar musibah yang melanda secara merata, wallahu al-musta’an.

Saudariku muslimah…

Kenapa kita katakan tersebarnya gambar tersebut sebagai musibah? Karena di sana terdapat pelanggaran terhadap aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, menyimpang dan berpaling dari hukum yang diturunkan dari langit. Untuk lebih memperjelas permasalahan ini, kami nukilkan secara ringkas (dan bersambung) beberapa pembahasan berikut dalil yang disebutkan Asy-Syaikh Al-Muhaddits Abu Abdurrahman Muqbil bin Hadi Al-Wadi‘i rahimahullahu dalam kitabnya yang sangat berharga Hukmu Tashwir Dzawatil Arwah yang bisa kita maknakan dalam bahasa kita “Hukum Gambar/ Menggambar Makhluk Yang Memiliki Ruh.”

Sebelumnya perlu kita ketahui bahwa yang dimaksud gambar bernyawa/ mempunyai ruh di sini adalah gambar manusia dan hewan. Adapun gambar pohon dan benda-benda mati lainnya tidaklah terlarang dan tidak masuk dalam ancaman yang disebutkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

——————————————————

Perintah Menghapus Gambar Makhluk yang Bernyawa

‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata kepada Abul Hayyaj Al-Asadi: “Maukah aku mengutus-mu dengan apa yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusku? (Beliau mengatakan padaku):

أَلاَّ تَدَع تِمْثَالاً إِلاَّ طَمَسْتَهُ وَلاَ قَبْرًا مُشْرِفًا إِلاَّ سَوَّيْتَهُ

“Janganlah engkau membiarkan gambar kecuali engkau hapus dan tidak pula kubur yang ditinggikan kecuali engkau ratakan.”2

Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ada gambar-gambar di dalam Ka’bah, beliau tidak mau masuk ke dalamnya sampai beliau memerintahkan agar gambar tersebut dihapus. Dan beliau melihat gambar Nabi Ibrahim dan Isma’il ‘alaihimassalam di mana di tangan keduanya ada azlam (batang anak panah yang digunakan oleh orang-orang jahiliyyah untuk mengundi guna menentukan perkara/ urusan mereka). Beliau bersabda:

قَاتَلَهُمُ اللهُ! وَاللهِ إِنِ اسْتَقْسَمَا بِاْلأَزْلاَمِ قَطُّ

“Semoga Allah memerangi mereka! Demi Allah, keduanya sama sekali tidak pernah mengundi nasib dengan azlam.”3

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk kota Makkah pada hari Fathu Makkah, beliau dapatkan di sekitar Ka’bah ada 360 patung/ berhala, maka mulailah beliau menusuk patung-patung tersebut dengan kayu yang ada di tangan beliau seraya berkata:

جَاءَ الَحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ, جَاءَ الْحَقُّ وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيْدُ

“Telah datang al-haq (kebenaran) dan musnahlah kebatilan. Telah datang al-haq dan kebatilan itu tidak akan tampak dan tidak akan kembali.”4

——————————————————

Larangan Membuat Gambar

Jabir radhiallahu ‘anhu berkata:

نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الصُّوْرَةِ فِي الْبَيْتِ وَنَهَى أَنْ يَصْنَعَ ذلِكَ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mengambil gambar (makhluk hidup) dan memasukkannya ke dalam rumah dan melarang untuk membuat yang seperti itu.”5

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Melaknat Pembuat/ Pelukis Gambar Makhluk yang Bernyawa
‘Aun bin Abi Juhaifah mengabarkan dari ayahnya bahwa ayahnya berkata:

إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ ثَمَنِ الدَّم وَثَمَنِ الْكَلْبِ وَكَسْبِ الأَمَة. وَلَعَنَ الْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ, وَآكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَلَعَنَ الْمُصَوِّرَ

“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari harga darah, harga anjing6, dan dari penghasilan budak perempuan (yang disuruh berzina). Beliau melaknat wanita yang membuat tato dan wanita yang minta ditato, demikian juga pemakan riba dan orang yang mengurusi riba. Sebagaimana beliau melaknat tukang gambar.”7

——————————————————

Gambar Bisa Disembah oleh Pengagungnya

‘Aisyah radhiallahu ‘anha mengabarkan: “Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang sakit, sebagian istri-istri beliau8 ada yang bercerita tentang sebuah gereja bernama Mariyah yang pernah mereka lihat di negeri Habasyah. Mereka menyebutkan keindahan gereja tersebut dan gambar-gambar yang ada di dalamnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengangkat kepalanya seraya berkata:

أُوْلئِكَ إِذَا مَاتَ مِنْهُمْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ بَنَوْا عَلى قَبْرِهِ مَسْجِدًا, ثُمَّ صَوَّرُوا فِيْهِ تِلْكَ الصُّوْرَة, أُوْلئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللهِ

“Mereka itu, bila ada seorang shalih di kalangan mereka yang meninggal dunia, mereka membangun masjid/ rumah ibadah di atas kuburannya. Kemudian mereka membuat gambar-gambar itu di dalam rumah ibadah tersebut. Mereka itulah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah.8

——————————————————

Semua Pembuat/ Pelukis Gambar Makhluk Bernyawa Tempatnya di Neraka

Seseorang pernah datang menemui Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma. Orang itu berkata: “Aku bekerja membuat gambar-gambar ini, aku mencari penghasilan dengannya.” Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Mendekatlah denganku.” Orang itupun mendekati Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma. Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Mendekat lagi.” Orang itu lebih mendekat hingga Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma dapat meletakkan tangannya di atas kepala orang tersebut, lalu berkata: “Aku akan beritakan kepadamu dengan hadits yang pernah aku dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku mendengar beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّ مُصَوِّرٍ فِي النَّارِ، يَجْعَلُ لَهُ بِكُلِّ صُوْرَةٍ صَوَّرَهَا نَفْسًا فَتُعَذِّبُهُ فِي جَهَنَّمَ

“Semua tukang gambar itu di neraka. Allah memberi jiwa/ ruh kepada setiap gambar (makhluk hidup) yang pernah ia gambar (ketika di dunia). Maka gambar-gambar tersebut akan menyiksanya di neraka Jahannam.”

Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata kepada orang tersebut: “Jika kamu memang terpaksa melakukan hal itu (bekerja sebagai tukang gambar) maka buatlah gambar pohon dan benda-benda yang tidak memiliki jiwa/ ruh.”9

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَنْ صَوَّرَ صُوْرَةً فِي الدُّنْيَا كُلِّفَ أَنْ يَنْفُخَ فِيْهَا الرُّوْحَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ, وَلَيْسَ بِنَافِخٍ

“Siapa yang membuat sebuah gambar (makhluk hidup) di dunia, ia akan dibebani untuk meniupkan ruh kepada gambar tersebut pada hari kiamat, padahal ia tidak bisa meniupkannya.”10

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullahu menerangkan bahwa pembuat gambar makhluk hidup mendapatkan cercaan yang keras dengan diberi ancaman berupa hukuman yang ia tidak akan sanggup memikulnya, karena mustahil baginya untuk meniupkan ruh pada gambar-gambar yang dibuatnya. Ancaman yang seperti ini lebih mengena untuk mencegah dan menghalangi orang dari berbuat demikian serta menghentikan pelakunya agar tidak terus melakukan perbuatan tersebut. Adapun orang yang membuat gambar makhluk bernyawa karena menghalalkan perbuatan tersebut maka ia akan kekal di dalam azab. (Fathul Bari, 10/484)

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

catatan kaki:

1 Faedah: Asy-Syaikh Abdurrahman Al-’Adni berkata: “Masalah: membeli majalah dan koran yang di dalamnya ada gambar (makhluk hidup). Dalam hal ini ada dua jenis: Pertama, majalah dan koran pornografi, di mana gambar di dalamnya merupakan hal inti (yang diinginkan), yang bertujuan untuk membuat fitnah; Kedua, majalah dan koran yang berisi berita harian biasa dan berita politik. Jenis yang pertama, tidak boleh memperjualbelikannya dan ini merupakan keharaman yang nyata. Adapun jenis kedua, Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dan Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumallah mengatakan tidak mengapa membeli majalah dan koran yang seperti ini, dan gambar di sini bukanlah hal yang diinginkan ketika membelinya.” (Lihat Syarhul Buyu’ war Riba min Kitab Ad-Darari hal. 21, ed)

2 HR. Muslim no. 2240, kitab Al-Jana`iz, bab Al-Amr bi Taswiyatil Qabr

3 HR. Al-Bukhari no. 3352, kitab Ahaditsul Anbiya‘, bab Qaulullahi ta’ala: Wattakhadzallahu Ibrahima Khalila

4 HR. Al-Bukhari no. 4287, kitab Al-Maghazi, bab Aina Rakazan Nabiyyu  Ar-Rayah Yaumal Fathi dan Muslim no. 4601, kitab Al-Jihad was Sair, bab Izalatul Ashnam min Haulil Ka’bah

5 HR. At-Tirmidzi no. 1749, kitab Al-Libas ‘An Rasulillah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bab Ma Ja`a fish Shurah. Dihasankan Asy-Syaikh Muqbil dalam Hukmu Tashwir, hal. 17

6 Larangan memperjualbelikan darah dan anjing.

7 HR. Al-Bukhari no. 2238, kitab Al-Buyu’, bab Tsamanul Kalb

8 Yakni Ummu Salamah dan Ummu Habibah radhiallahu ‘anhuma yang pernah berhijrah ke Habasyah.

8 HR. Al-Bukhari no. 1341, kitab Al-Jana`iz, bab Bina‘ul Masajid ‘alal Qabr dan Muslim no. 1181, kitab Al-Masajid wa Mawadhi’ush Shalah, bab An-Nahyu ‘an Bina‘il Masajid ‘alal Qabr wat Tikhadzish Shuwar

9 HR. Muslim no. 5506, kitab Al-Libas waz Zinah, bab Tahrimu Tashwiri Shuratil Hayawan …

10 HR. Al-Bukhari no. 5963, kitab Al-Libas, bab Man Shawwara Shurawan Kullifa Yaumal Qiyamah An Yunfakhu fihar Ruh dan Muslim no. 5507, kitab Al-Libas waz Zinah, bab Tahrimu Tashwiri Shuratil Hayawan …

————————————————————————————————————
————————————————————————————————————

Bagian 2

Saudariku Muslimah… semoga Allah memberi taufiq kepada kami dan kepadamu…

Dalam edisi yang lalu kita telah mengetahui beberapa dalil1 yang menunjukkan larangan menggambar makhluk hidup, dalam hal ini gambar manusia dan hewan, baik dua dimensi maupun tiga dimensi. Serta tidak bolehnya menyimpan gambar-gambar tersebut karena syariat justru memerintahkan agar gambar-gambar itu dihapus/ dihilangkan.

Dan sebenarnya cukuplah laknat dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta ancaman neraka untuk menghentikan para pembuat gambar makhluk hidup, pelukis, pemahat dan pematung dari perbuatan mereka.

Kalaupun terpaksa tetap pada profesi/ pekerjaannya, mereka harus menghindari membuat gambar/ patung/ pahatan makhluk bernyawa. Ketika seorang pembuat gambar berkata kepada Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma: “Aku bekerja membuat gambar-gambar ini, aku mencari penghasilan dengannya.” Maka Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata kepadanya: “Mendekatlah kepadaku.” Orang itupun mendekati Ibnu ‘Abbas. Ibnu ‘Abbas berkata lagi: “Mendekat lagi.” Orang itu lebih mendekat hingga Ibnu ‘Abbas dapat meletakkan tangannya di atas kepala orang tersebut, lalu berkata: “Aku akan beritakan kepadamu dengan hadits yang pernah aku dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku mendengar beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّ مُصَوِّرٍ فِي النَّارِ, يَجْعَلُ لَهُ بِكُلِّ صُوْرَةٍ صَوَّرَهَا نَفْسًا فَتُعَذِّبُهُ فِي جَهَنَّمَ

“Semua tukang gambar (makhluk bernyawa) itu di neraka. Allah memberi jiwa/ ruh kepada setiap gambar (makhluk hidup) yang pernah ia gambar (ketika di dunia), maka gambar-gambar tersebut akan menyiksanya di neraka Jahannam.”

Kemudian, setelah menyampaikan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma menasehatkan: “Jika kamu memang terpaksa melakukan hal itu (bekerja sebagai tukang gambar), maka buatlah gambar pohon dan benda-benda yang tidak memiliki jiwa/ruh.”2

Dalil berikut ini lebih mempertegas lagi haramnya gambar makhluk bernyawa: ‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dari safar (bepergian jauh) sementara saat itu aku telah menutupi sahwah3ku dengan qiram (kain tipis berwarna-warni) yang berlukis/ bergambar. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatnya, beliau menyentakkannya hingga terlepas dari tempatnya seraya berkata:

أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِيْنَ يُضَاهُوْنَ بِخَلْقِ اللهِ

“Manusia yang paling keras siksaan yang diterimanya pada hari kiamat nanti adalah mereka yang menandingi (membuat sesuatu yang menyerupai) ciptaan Allah.”

Kata Aisyah: “Maka kami pun memotong-motong qiram tersebut untuk dijadikan satu atau dua bantal.”4

Dalam riwayat berikut disebutkan bentuk gambar itu, seperti yang diberitakan ‘Aisyah radhiallahu ‘anha:

قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ سَفَرٍ, وَقَدْ سَتَرْتُ عَلَى بَابِي دُرْنُوْكًا فِيْهِ الْخَيْلُ ذَوَاتُ اْلأَجْنِحَةِ, فَأَمَرَنِي فَنَزَعْتُهُ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dari safar sementara aku menutupi pintuku dengan durnuk (tabir dari kain tebal berbulu, seperti permadani yang dipasang di dinding, –pent.), yang terdapat gambar kuda-kuda yang memiliki sayap. Maka beliau memerintahkan aku untuk mencabut tabir tersebut, maka akupun melepasnya.”5

Masih hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha,ia mengabarkan pernah membeli namruqah6 bergambar makhluk bernyawa. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di depan pintu dan tidak mau masuk ke dalam rumah. “Aisyah pun berkata: “Aku bertaubat kepada Allah, apa dosaku?” Nabi berkata: “Untuk apa namruqah ini?” Aku menjawab: “Untuk engkau duduk di atasnya dan bersandar dengannya.”

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَصْحَابَ هَذِهِ الصُّوَرِ يُعَذَّبُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ, يُقَالُ لَهُمْ: أَحْيُوْا مَا خَلَقْتُمْ, وَإِنَّ الْمَلائِكَةَ لاَ تَدْخُلُ بَيْتًا فِيْهِ الصُّوْرَة

“Sesungguhnya pembuat gambar-gambar ini akan diazab pada hari kiamat, dikatakan kepada mereka: ‘Hidupkanlah apa yang kalian ciptakan, dan sungguh para malaikat tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya ada gambar’.”7

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu menyebutkan bahwa Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam Shahih-nya mengisyaratkan, kedua hadits di atas8 tidaklah saling bertentangan bahkan satu dengan lainnya bisa dikumpulkan. Karena bolehnya memanfaatkan bahan yang bergambar (makhluk bernyawa) untuk diinjak atau diduduki9 tidak berarti boleh duduk di atas gambar. Maka bisa jadi yang dijadikan bantal oleh Aisyah radhiallahu ‘anha adalah pada bagian qiram yang tidak ada gambarnya. Atau gambar makhluk hidup pada qiram tersebut telah terpotong kepalanya atau terpotong pada bagian tengah gambar sehingga tidak lagi berbentuk makhluk hidup, maka Nabi  pun tidak mengingkari apa yang dilakukan Aisyah radhiallahu ‘anha. (Fathul Bari, 10/479)

Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu berkata: “Dalil-dalil ini menunjukkan haramnya seluruh gambar makhluk bernyawa, baik yang memiliki bayangan (tiga dimensi) atau tidak memiliki bayangan (dua dimensi). Hadits qiram menunjukkan haramnya gambar makhluk hidup yang tidak memiliki bayangan. Demikian pula perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghapus gambar-gambar yang ada di dinding Ka’bah, maka gambar-gambar tersebut dihapus dengan menggunakan kain perca dan air.”

Beliau rahimahullahu juga berkata: “Lebih utama bila rumah dibersihkan dari gambar-gambar yang dihinakan sekalipun (seperti gambar yang ada di keset, yang diinjak-injak oleh kaki-kaki manusia) agar malaikat tidak tercegah/tertahan untuk masuk ke dalam rumah. Dan juga Nabi  memerintahkan agar gambar-gambar yang ada pada namruqah dipotong, dan bisa jadi gambar-gambar yang ada pada hamparan itu telah terpotong gambarnya sehingga bentuknya menjadi seperti pohon.” (Hukmu Tashwir, hal. 31)

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jibril datang menemuiku, beliau berkata: ‘Sesungguhnya aku semalam mendatangimu, namun tidak ada yang mencegahku untuk masuk ke rumah yang engkau berada di dalamnya melainkan karena di pintu rumah itu ada patung laki-laki, dan di dalam rumah itu ada qiram bergambar yang digunakan sebagai penutup, di samping itu pula di rumah tersebut ada seekor anjing. Maka perintahkanlah kepada seseorang agar kepala patung yang ada di pintu rumah itu dipotong sehingga bentuknya seperti pohon, perintahkan pula agar kain penutup itu dipotong-potong untuk dijadikan dua bantal yang bisa dibuat pijakan, dan juga perintahkan agar anjing itu dikeluarkan’.” Rasulullah  pun melaksanakan instruksi Jibril tersebut. (HR. At-Tirmidzi no. 2806, kitab Al-Libas ‘an Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bab Ma Ja`a Annal Malaikah la Tadkhulu Baitan fihi Shurah wa la Kalb, dihasankan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami`ush Shahih, 4/319)

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Gambar itu dikatakan hidup bila memiliki kepala. Maka jika kepalanya dipotong tidak lagi teranggap gambar hidup.”

Riwayat mauquf10 ini dibawakan Al-Baihaqi rahimahullahu dalam Sunan-nya (7/270) dan isnadnya shahih sampai Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, kata Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu.11 (Hukmu Tashwir, hal. 55)

——————————————————

Gambar Makhluk Hidup untuk Kepentingan Belajar Mengajar

Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu berkata: “Pendapat yang membolehkan gambar untuk kepentingan pengajaran tidaklah ada dalilnya. Bahkan hadits tentang dilaknatnya tukang gambar yang telah lewat penyebutannya sudah meliputi hal ini. Dan juga bila hal ini dibolehkan akan menumbuhkan sikap meremehkan perbuatan maksiat tashwir (membuat gambar) di jiwa para pelajar. Sehingga mereka akan meniru perbuatan tersebut yang berakibat mereka bersiap-siap menghadapi laknat Allah bila mereka belum baligh dan mereka dilaknat bila sudah baligh. Mereka akan menolong perbuatan maksiat bahkan akan membelanya. Bila demikian, di manakah rasa tanggung jawab (para pendidik)? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya.”12

مَا مِنْ عَبْدٍ اسْتَرْعَاهُ اللهُ رَعِيَّةً فلَمْ يَحُطْهَا بِنُصْحِهِ إِلاَّ لَمْ يَجِدْ رَائِحَةَ الْجَنّةَ

“Tidak ada seorangpun yang dijadikan sebagai pemimpin oleh Allah namun dia tidak memimpin rakyatnya tersebut dengan penuh nasihat (tidak mengemban amanah dengan baik malah berkhianat kepada rakyatnya, –pent.) melainkan sebagai ganjarannya dia tidak akan mendapatkan (mencium) wanginya surga.”13

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sungguh sangat memperhatikan pendidikan anak-anak dengan tarbiyyah diniyyah (pendidikan agama). Beliau pernah bersabda:

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap anak itu dilahirkan di atas fithrah, maka kedua ibu bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”14

Beliau juga bersabda dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkannya dari Rabbnya:

إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِيْ حُنَفَاءَ فَاجْتَالَتْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ

“(Allah berfirman:) sesungguhnya Aku menciptakan hamba-Ku dalam keadaan hanif15 lalu setan membawa pergi/ mengalihkan mereka (dari kelurusannya).”16

Dengan demikian haram bagi guru/ pendidik dan bagi pemerintah/ penguasa untuk memberi kesempatan dan kemungkinan bagi para pelajar untuk menggambar (makhluk hidup). (Hukmu Tashwir, hal. 34-35)

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

catatan kaki:

1 Sebagaimana kami nyatakan dalam edisi yang lalu, tulisan ini kami susun dengan menukil secara ringkas dari kitab Hukmu Tashwir Dzawatil Arwah karya Asy-Syaikh Al-Muhaddits negeri Yaman, Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i‘ rahimahullahu, pada beberapa tempat dari pembahasan beliau, yakni tidak secara keseluruhan. Karena maksud kami adalah menyampaikan secara ringkas untuk pembaca yang budiman. Wabillahi at-taufiq.

2 HR. Muslim no. 5506, kitab Al-Libas waz Zinah, bab Tahrimu Tashwiri Shuratil Hayawan

3 Ada beberapa makna yang disebutkan tentang Sahwah. Namun yang lebih tepat, wallahu a‘lam, sahwah yang dimaukan ‘Aisyah dalam haditsnya adalah rumah kecil yang posisinya melandai ke tanah dan tiangnya tinggi seperti almari kecil tempat menyimpan barang-barang. Di atas pintu rumah kecil inilah ‘Aisyah menggantungkan tirainya. Demikian penjelasan Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullahu dalam Fathul Bari (10/475)

4 HR. Al-Bukhari no. 5954, kitab Al-Libas, bab Ma Wuthi’a minat Tashawir dan Muslim no. 5494, kitab Al-Libas waz Zinah, bab Tahrimu Tashwiri Shuratil Hayawan ….

Disebutkan pula dalam Ash-Shahihain bahwa Nabi  menjadikan bantal tersebut sebagai alas duduk beliau di rumah atau sebagai sandaran
5 HR. Al-Bukhari no. 5955 dan Muslim no. 5489, dalam kitab dan bab yang sama dengan di atas.

6 Namruqah adalah bantal-bantal yang dijejer berdekatan satu dengan lainnya atau bantal yang digunakan untuk duduk. (Fathul Bari, 10/478)

7 HR. Al-Bukhari no. 5957, kitab Al-Libas, bab Man Karihal Qu‘ud ‘alash Shuwar dan Muslim no. 5499.

8 Yaitu hadits yang menyebutkan bahwa ‘Aisyah radhiallahu ‘anha memotong-motong qiramnya menjadi satu atau dua bantal dan hadits yang menyebutkan pengingkaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap perbuatan Aisyah radhiallahu ‘anha yang membeli namruqah (bantal-bantal) untuk tempat duduk beliau. Hadits pertama menunjukkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mau menggunakan bantal yang dibuat dari potongan-potongan kain bergambar sedangkan hadits kedua menunjukkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali tidak mau menggunakan bantal-bantal yang dibeli Aisyah radhiallahu ‘anha karena ada gambar padanya.

9 Seperti dijadikan bantal duduk atau keset/ lap kaki.

10 Ucapan, perbuatan atau penetapan (taqrir) dari shahabat

11 Adapun hadits yang marfu‘ (sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) dengan lafadz seperti ini tidak ada yang shahih, bahkan dhaif jiddan (lemah sekali) (Hukmu Tashwir, hal. 54)

12 HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhu

13 HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Ma’qil bin Yasar radhiallahu ‘anhu

14 HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu

15 Lurus hanya tunduk kepada Allah, tidak cenderung kepada syirik dan maksiat lainnya.

16 HR. Muslim dari ‘Iyadh bin Himar Al-Mujasyi‘i

——————————————————

Bagian 3

Tema gambar, lukisan, atau patung makhluk bernyawa memang salah satu permasalahan yang membutuhkan pembahasan yang panjang. Edisi kali ini pun masih menyinggung hal tersebut. Ini dilakukan agar permasalahan menjadi lebih jelas dan tidak menumbuhkan keraguan di hati anda, pembaca.

Saudariku, dalam edisi yang lalu kita telah mengetahui larangan menggambar makhluk bernyawa dan menyimpannya. Pembahasan edisi inipun masih menyinggung tentang gambar makhluk bernyawa sehingga diharapkan permasalahan menjadi lebih gamblang lagi.

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Teman-teman kami (dari madzhab Syafi’iyyah, –pent.) dan selain mereka berkata: Menggambar makhluk yang bernyawa haram dengan sebenar-benarnya keharaman, termasuk dosa besar, karena diancam dengan ancaman yang keras sebagaimana tersebut dalam hadits-hadits. Baik orang yang membuat gambar itu bertujuan merendahkannya ataupun selainnya, perbuatannya tetap saja dihukumi haram, apapun keadaannya. Karena perbuatan demikian menandingi ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Baik gambar itu dibuat pada kain/ baju, hamparan/ permadani, dirham atau dinar, uang, bejana, tembok/ dinding, dan selainnya. Adapun menggambar pohon, pelana unta dan selainnya yang tidak mengandung gambar makhluk bernyawa, tidaklah diharamkan. Ini hukum gambar itu sendiri. Adapun mengambil gambar makhluk bernyawa untuk digantung di dinding, pada pakaian yang dikenakan, atau pada sorban dan semisalnya yang tidak terhitung direndahkan (bukan untuk diinjak-injak atau diduduki misalnya, –pent.) maka hukumnya haram. Bila gambar itu ada pada hamparan yang diinjak, pada bantalan dan semisalnya yang direndahkan maka tidaklah haram.”1

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu melanjutkan: “Tidak ada perbedaan dalam hal ini antara gambar yang memiliki bayangan dengan yang tidak memiliki bayangan (dua atau tiga dimensi, –pent.). Demikianlah kesimpulan madzhab kami dalam masalah ini. Jumhur ulama dari kalangan shahabat, tabi’in dan orang-orang setelah mereka juga berpendapat yang semakna dengan ini. Pendapat ini dipegangi Ats-Tsauri, Malik, Abu Hanifah, dan selain mereka.”

Az-Zuhri rahimahullahu menyatakan bahwa larangan menggambar ini umum, demikian pula penggunaannya, baik gambar itu berupa cap/ stempel/ lukisan pada baju/ kain ataupun bukan stempel. Baik gambar itu di dinding, kain, pada hamparan yang direndahkan (misal: permadani, red.), ataupun yang tidak direndahkan, sebagai pengamalan dzahir hadits, terlebih lagi hadits namruqah yang disebutkan Al-Imam Muslim. Ini pendapat yang kuat, kata Al-Imam An-Nawawi. (Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 14/307-308)

Dalam masalah gambar yang berupa stempel/ lukisan pada kain, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullahu menguatkan pendapat yang menyatakan jika gambar tersebut utuh dan jelas bentuknya maka haram. Namun jika gambar itu dipotong kepalanya, atau terpisah-pisah bagian tubuhnya maka boleh. (Fathul Bari, 10/480)2

——————————————————

Malaikat Tidak Masuk ke dalam Rumah yang Ada Gambar Makhluk Hidupnya

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَدْخُلُ الْمَلائِكَةُ بَيْتًا فِيْهِ كَلْبٌ وَلاَ تَصَاوِيْرُ

“Malaikat tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya ada anjing dan gambar-gambar.”3

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Ulama berkata: Faktor penyebab terhalangnya mereka (para malaikat) untuk masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat gambar adalah karena membuat dan menyimpan gambar merupakan perbuatan maksiat, perbuatan keji, dan menandingi ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala serta di antara gambar itu ada yang diibadahi selain ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Adapun sebab tercegahnya para malaikat itu untuk masuk rumah yang di dalamnya terdapat anjing karena anjing itu banyak memakan benda-benda yang najis. Dan juga di antara anjing itu ada yang dinamakan setan sebagaimana disebutkan dalam hadits.4 Sementara malaikat adalah lawan setan. Di samping itu, anjing memiliki aroma tidak sedap sedangkan malaikat tidak menyukai bau yang busuk, dan ada larangan dalam syariat ini untuk memelihara anjing5.

Maka orang yang memelihara anjing di dalam rumahnya diberikan hukuman dengan diharamkannya para malaikat untuk masuk ke dalam rumahnya. Juga terhalang dari mendapatkan shalawat dan istighfar para malaikat, berikut keberkahannya dan penolakannya dari gangguan setan. Malaikat yang tidak masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar ini adalah malaikat yang berkeliling menyampaikan rahmah, barakah, dan mendoakan istighfar.

Adapun malaikat hafazhah tetap masuk ke dalam semua rumah dan tidak pernah meninggalkan anak Adam dalam segala keadaan. Karena mereka diperintahkan untuk menghitung amalan anak Adam dan mencatatnya.

Al-Khaththabi berkata: ‘Para malaikat itu hanyalah tidak masuk ke dalam rumah yang ada anjing atau gambar yang memang diharamkan. Adapun yang tidak diharamkan seperti anjing pemburu, anjing yang ditugasi menjaga sawah ladang dan hewan ternak, atau gambar yang dihinakan/ direndahkan yang ada di hamparan, bantal dan selainnya (yang diinjak/ diduduki), maka tidaklah mencegah masuknya para malaikat.’

Al-Qadhi mengisyaratkan semisal apa yang dikatakan Al-Khaththabi. Namun yang dzahir, ini meliputi seluruh anjing dan seluruh gambar makhluk hidup. Para malaikat tercegah untuk masuk karenanya, disebabkan hadits-hadits yang ada dalam masalah ini mutlak (tidak disebutkan adanya pengecualian atau pengkhususan, –pent.)

Dan juga anjing kecil yang pernah ada di dalam rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersembunyi di bawah tempat tidur. Ini merupakan udzur/ alasan yang besar tentunya, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahuinya. Namun ternyata tetap mencegah malaikat Jibril ‘alaihissalam untuk masuk ke rumah beliau. Seandainya udzur/ alasan adanya gambar dan anjing bisa diterima sehingga tidak mencegah masuknya para malaikat, niscaya malaikat Jibril pun tidak tercegah untuk masuk, wallahu a’lam.” (Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 14/309-310)

——————————————————

Mainan Anak-anak

Dikecualikan dari larangan mengambil gambar ini adalah mainan anak-anak/ boneka yang terbuat dari bulu/ wol dan kain, kata Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu6, dengan dalil berikut ini:

Ar-Rubayyi’ bintu Mu’awwidz radhiallahu ‘anha berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim utusan pada pagi hari ‘Asyura` (10 Muharram) ke kampung-kampung Anshar untuk mengumumkan:

مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيَصُمْ

“Siapa yang berpagi hari (di hari ini) dalam keadaan berbuka (tidak puasa) maka hendaklah ia sempurnakan sisa harinya (dengan berpuasa) dan siapa yang berpagi hari dalam keadaan puasa maka hendaklah ia terus puasa.”

Ar-Rubayyi’ berkata:

فَكُنَّا نَصُوْمُهُ وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا وَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ، فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ حَتَّى يَكُوْنَ عِنْدَ اْلإِفْطَارِ

“Kami pun puasa pada hari ‘Asyura` tersebut dan melatih anak-anak kami untuk puasa. Kami membuatkan untuk mereka mainan anak-anakan (boneka) dari bulu/ wol. Bila salah seorang dari mereka menangis minta makan, kami memberikan mainan tersebut kepadanya, demikian sampai saatnya berbuka puasa.”7

‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkisah:

أَنَّهَا كَانَتْ تَلْعَبُ بِالْبَنَاتِ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَتْ: وَكَانَتْ تَأْتِيْنِي صَوَاحِبِيْ فَكُنَّ يَنْقَمِعْنَ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَتْ: فَكاَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَرِّبُهُنَّ إِلَيَّ

“Ia biasa bermain boneka anak perempuan di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata: ‘Teman-teman kecilku biasa datang untuk bermain bersamaku. Namun bila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, mereka sembunyi (karena segan dan malu kepada beliau) dan beliau pun menggiring mereka kepadaku’.”8

Al-Qadhi ‘Iyadh berkata: “Dalam hadits ini menunjukkan bolehnya bermain boneka/ anak-anakan.” Beliau juga mengatakan: “Boneka/ anak-anakan dikhususkan dari pelarangan yang ada dalam hadits ini, dan juga karena ingin memberikan pendidikan dini kepada wanita dalam mengatur perkara diri mereka, rumah, dan anak-anak mereka (kelak).” (Al-Minhaj, 15/200)

Demikian saudariku, penjelasan yang dapat kami bawakan untukmu sebagai nasehat bagimu berkaitan dengan gambar makhluk bernyawa. Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

catatan kaki:

1 Nampaknya An-Nawawi membolehkan membiarkan gambar tanpa dipotong asalkan tidak dipajang, yakni dihinakan seperti pada karpet dan sejenisnya (ed). Menurut penulis, tentunya setelah gambarnya tidak lagi utuh tapi dipotong-potong. Lihat pembahasan masalah ini dalam edisi yang lalu ketika Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu mendudukkan dua hadits Aisyah radhiallahu ‘anha yang seakan bertentangan.

2 Namun bila masih ada kepalanya, maka tetap tidak boleh, karena Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Gambar itu dikatakan hidup bila memiliki kepala…” Lihat edisi 22, halaman 94. (ed)

3 HR. Al-Bukhari no. 5949 kitab Al-Libas, bab At-Tashawir dan Muslim no. 5481, 5482 kitab Al-Libas, bab Tahrim Tashwir Shurah Al-Hayawan…

4 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْكَلْبُ اْلأَسْوَدُ شَيْطَانٌ
“Anjing hitam itu setan.” (HR. Muslim no. 1137, kitab Ash-Shalah, bab Qadru Ma Yasturul Mushalli)

5 Kecuali anjing pemburu dan anjing yang dilatih untuk tugas khusus.

6 Dalam kitabnya Hukmu Tashwir Dzawatil Arwah, hal. 59

7 HR. Al-Bukhari no. 1960 kitab Ash-Shaum, bab Shaumush Shibyan dan Muslim no. 2664 kitab Ash-Shiyam, bab Man Akala fi `Asyura` Falyakuffa Baqiyyata Yaumihi

8 HR. Muslim no. 6237 kitab Fadha`ilush Shahabah, bab Fi Fadhli `Aisyah radhiallahu ‘anhu

Penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husen Al-Atsariyyah

sumbernya: http://www.asysyariah.com (majalah asysyariah)

——————————————————

Anda Tahu Shalawat Badar?

Kemarin dari Cirebon ke Bandung sempat dengar pengamen menyanyikan lagu “Shalawat Badar”. Nah, sekalian saja kita bahas disini secara ringkas. Anda pasti akan takjub kalau menyadari isi dari Shalawat Badar itu. Sungguh, isinya tidak sesederhana alunan nada orang-orang yang menyanyikannya.

Saya tidak ingat secara lengkap bait-bait Shawalat Badar. Hanya tahu dua bait pertama saja. Kalau ada yang tahu lengkapnya, boleh diisampaikan. Berikut sebagian isi Shalawat Badar:

Bait pertama:

Shalatullah salamullah… ‘Ala Thaha Rasulillah.

Shalatullah salamullah… ‘Ala Yasin Habibillah.

Bait kedua:

Tawassalna bi bismillah… Wa bil hadi Rasulillah.

Wa kulli mujahidil lilla… Bi Ahli Badri ya Allah.

Disebut Shalawat Badar, karena di ujung bait itu ada kalimat Bi Ahli Badri ya Allah.

Selanjutnya, mari kita pahami maknanya:

Shalatullah salamullah… (semoga sentausa dan selamat dari Allah).

‘Ala Taha Rasulillah… (kepada “Taha” yaitu Rasulullah. Anda tahu darimana kata “Taha”? Taha adalah dari awal Surat Taha. Jadi huruf Taha disana diterjemahkan sebagai Rasulullah).

‘Ala Yasin Habibillah… (kepada “Yasin” yaitu kekasih Allah, yaitu Rasulullah. Yasin juga diambil dari awal Surat Yasin, dan ia diterjemahkan sebagai Rasulullah).

Tawassalna bi bismillah… (kami bertawasul dengan kalimat bismillah)

Wa bil hadi Rasulillah… (dan kami bertawasul dengan “sang hadi” [sang petunjuk] yaitu Rasulullah)

Wa kulli mujahidil lillah… (dan kami bertawasul dengan setiap Mujahidin di jalan Allah)

Bi Ahli Badri ya Allah… (Mujahidin di jalan Allah, dari kalangan peserta perang Badar ya Allah).

Jadi isi “Shalawat Badar” ini tidak sesuai dengan akidah tauhid. Tidak ada yang mengatakan bahwa “Taha” atau “Yasin” itu adalah Rasulullah Saw. Meskipun di kalangan kaum Muslimin, ada yang memberi anaknya nama Taha atau Yasin.

Kemudian tawasul dengan Nabi, tawasul dengan Mujahidin di jalan Allah, dengan peserta perang Badar, semua itu juga tidak boleh. Jangan mengadakan perantara di antara hamba dengan Allah. Hal itu termasuk kemusyrikan yang dilarang.

Tawasul boleh dengan cara meminta doa dari orang shalih, meminta didoakan oleh Ummat Islam, atau tawasul dengan amal-amal shalih yang pernah dilakukan. Untuk hal terakhir itu pernah dilakukan oleh 3 orang musafir yang terjebak dalam gua, lalu bisa keluar setelah tawasul dengan amal-amal mereka.

Saya sarankan, jangan lagi dikembangkan Shalawat Badar itu. Ia keliru dan tidak akan membawa berkah. Malah khawatir, kita akan mengalami banyak kesulitan dengan menyebarkan hal-hal yang keliru itu. Wallahu a’lam bisshawaab.

Anda Tahu Shalawat Badar?

Merdeka, Bung! Aduuuh, Merdekaa…

Hari Senin, 17 Agustus 2009. Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-64. Disingkat HUT RI ke-64. Apa sih arti merdeka bagi Anda? Apa ya makna kemerdekaan bagi bangsa ini? Kita sudah merdeka atau belum merdeka?

Mari sejenak memaknai arti kemerdekaan…

[1] Sebuah bangsa yang sulit memberi pekerjaan kepada rakyatnya, dan bangga mengekspor para pembantu (TKW) ke luar negeri.

[2] Sebuah bangsa yang tidak memiliki kebanggaan terhadap hasil karya sendiri. Lebih bangga menjadi konsumen produk asing. Pesawat, senjata, amunisi, membeli dari luar negeri. Alat berat, teknologi, konsultan ahli, juga didatangkan dari luar negeri. Merek komputer, notebook, HP, mobil, motor, mesin, bahan kimia, dll. juga produk milik asing. Pakaian, sepatu, tas, jam tangan, perhiasan, dll. juga khas produk asing. Bahkan sabun, pasta gigi, sampo, deterjen, bedak, obat, kecap, saus, dll. juga diproduksi oleh perusahaan under license.

[3] Sebuah bangsa yang budayanya sendiri hampir mati, tradisi positifnya nyaris tenggelam, kebanggaan sosialnya tidak ada lagi. Bangsa itu lebih menyukai budaya Barat, mulai dari musik, konser, film, game, kuliner, fashion, aksesoris, dll. Sementara para penguasanya berprinsip EGP (Emangnya Gue Pikirin).

[4] Sebuah bangsa yang ribut setengah mati ketika bicara tentang pendidikan, anggaran 20 %, sekolah gratis, konsep kurikulum, dll. Tetapi sejak dulu mayoritas rakyatnya tetap bodoh.

[5] Sebuah bangsa yang minat baca rakyatnya kurang dari 0,5 %. Mana ada negara yang maju dengan minat baca serendah itu?

[6] Sebuah bangsa yang tidak berdaulat dalam mengurus ekonominya sendiri. Selalu menjadi “pasien budiman” lembaga-lembaga moneter dunia. Hobi dengan hutang luar negeri, mengadopsi sistem liberal, memanjakan kapitalisme, tidak berani bersikap mandiri, tidak ada kesungguhan membesarkan ekonomi rakyat kecil.

[7] Sebuah bangsa yang semakin merosot moralnya, semakin pragmatis, semakin materialis, semakin egois, semakin berpikir pendek, semakin miskin kearifan, semakin krisis rasa malu, dan sebagainya.

[8] Sebuah bangsa yang para elit politiknya membiasakan berbicara dusta, mengingkari janji, mengkhianati amanah. Mereka kaum munafik.

[9] Sebuah bangsa yang generasi mudanya semakin rusak, kehilangan sopan-santun, rusak bahasanya, buruk mentalnya, mengguna narkoba, menegak miras, menyukai pornografi, terlibat seks bebas, melakukan aborsi, terlibat tawuran, vandalisme, holiganisme, gangster, memuja syaitan, dll.

[10] Sebuah bangsa yang rakyatnya tidak kreatif, lebih suka menjadi “pembajak” segala jenis produk. Termasuk memalsukan kemasan produk, memalsukan ijazah, memalsukan sertifikat, memalsukan uang kertas, memalsukan materei, dan sebagainya. Inilah negeri syurganya para “bajak laut”.

[11] Sebuah bangsa yang bersikap sangat kaku saat menghormati bendera merah-putih. Tetapi mereka tidak serius menghormati jati dirinya, menghormati penderitaan rakyatnya, menghormati warisan sejarahnya, menghormati masa depan generasi mudanya, serta tidak menghormati martabatnya sendiri.

[12] Sebuah bangsa yang bangga dengan perjuangan, bangga dengan lagu-lagu perjuangan, bangsa dengan bambu runcing berlumuran “darah”, bangga dengan replika-replika pejuang, bangga dengan pertempuran di jaman penjajahan. Tetapi bangsa itu saat ini sangat kesulitan menemukan para pejuang sejati. Mereka bangga dengan perjuangan di masa lalu, tetapi tidak bisa melahirkan pejuang di masa kini. Malah, mereka sebenarnya sangat membenci lahirnya para pejuang baru itu.

[13] Sebuah bangsa yang tunduk kepada tekanan asing, tidak memiliki harga diri, selalu mencari jalan kompromi, tidak melindungi warganya di luar negeri, pura-pura “lupa” dengan kasus imigrasi, tidak mampu mengejar buronan koruptor, sangat budiman kepada kepentingan luar negeri.

[14] Sebuah bangsa yang menjadikan TV sebagai kebutuhan “primer ke-4”. TV menjadi pemandu, penghibur, teman mengisi sepi, pencerah pikiran, sampai menjadi “huda lil hayah” (petunjuk jalan hidup). Iklan menjadi konsumsi harian, hiburan menjadi nafas, remote control menjadi “alat kerja” rutin.

[15] Sebuah bangsa yang tidak memahami bahwa slogan penjajahan klasik “Gold, Gospel, Glory” masih berlaku sampai saat ini. Hanya berbeda penampilan dan caranya saja, sedangkan esensinya sama. (Gold di masa kini = eksploitasi sumber-sumber ekonomi; Gospel = menyebarkan budaya Barat seluas-luasnya, untuk mematikan budaya sendiri; Glory = negara menjadi alat untuk melayani kepentingan asig, bukan demi kebaikan rakyat sendiri).

[16] Inilah sebuah bangsa yang memahami makna kemerdekaan sebagai: Lomba makan kerupuk, lomba balap karung, lomba panjat pinang, lomba membawa kelereng di sendok, lomba menangkap belut, lomba menggigit koin di jeruk bali, lomba masak nasi kuning, lomba main bola dengan semua pemainnya memakai baju perempuan, lomba memasukkan bendera ke dalam botol, dan lain-lain.

[17] Inilah sebuah bangsa yang memaknai kemerdekaan dengan: Mengecat pagar, memasang umbul-umbul, memasang hiasan kertas, memancangkan bendera merah-putih di depan rumah, menjalankan “ritual” upacara bendera, membuat tumpeng, melakukan persembahan kepada makam keramat, gunung, laut, dan pohon beringin; menggelar panggung kesenian, menggelar panggung dangdut, melakukan karnaval, menghias gapura, berlomba menulis “Dirgahayu HUT RI”, dan lain-lain.

Bangsa Indonesia kini bukanlah bangsa yang merdeka, rakyatnya juga bukan rakyat merdeka. Merdeka hanyalah dalam simbol saja, dalam istilah, sedangkan esensinya tidak merdeka. Merdeka di mulut, tetapi tidak merdeka dalam kehidupan. Merdeka secara seremoni, bukan merdeka dalam realitas.

Pertanyaannya, mengapa semua ini terjadi?

Sebab, sejak lama kita tidak memahami makna kemerdekaan itu sendiri. Di mata kita, jika sudah memiliki negara sendiri, memiliki simbol-simbol, memiliki Pemerintahan sendiri, memiliki batas wilayah, memiliki seremoni dan lagu-lagu nasional; semua itu dianggap sebagai BUKTI kemerdekaan. Sementara makna kemerdekaan itu sendiri tidak pernah diperjuangkan secara sungguh-sungguh.

Merdeka, oh merdeka.

Merdeka, Bung!

Pekik: Merdeka !!!

Aduh, merdekaaa.

Merdeka, lho.

Iya nih, sudah merdeka.

Yuk merdeka yuk!

Lu Gue ude medeka.

Merdeka aja kok repot?

Merdeka itu nilai eksistensi absurd.

Merdeka, ya tidak merdeka.

Merdeka-merdekaan ‘kali.

Merdekaaaaaa……, tidur lagi!

Merdeka itu akhirnya secara riil dipahami dengan pengertian ANEH seperti di bawah ini:

“Menjadi pejabat negara, hidup enak dengan pendapatan besar, bisa memuaskan selera syahwat apapun yang diinginkan; sangat senang dengan kebodohan masyarakat, dan bernafsu terus mengembang-biakkan kebodohan itu, biar kesenangan mereka tidak terganggu; sadar dan sangat bangga menjadi batur-baturnya kepentingan New Colonialism; fasih bicara tentang pembangunan, keadilan, kesejahteraan, pemerataan, pengentasan kemiskinan, dll. Tetapi semua itu hanya “retorika tuntutan profesi” saja, tidak perlu ada kewajiban mewujudkannya di dunia nyata; tidak lupa terus melontarkan FITNAH kepada santri dan aktivis Islam dengan tuduhan teroris, radikal, anti NKRI, anti Pancasila, dsb.”

Nah, itulah makna “kemerdekaan hakiki” menurut versi orang-orang keblinger jaman sekarang. Mungkin inilah yang kerap disebut “jaman edan, sing ora edan ora keduman” (jaman edan, yang tidak edan tidak kebagian).

SRI REJEKI

[Seorang Rakyat Indonesia, Rendukan Jelan Kemerdekian].

Catatan: Maaf, kalau singkatan namanya agak memaksakan diri.

http://abisyakir.wordpress.com/page/14/

Tips Sebelum Nonton Video Mesum

Tips Sebelum Nonton Video Mesum

Ada beberapa saran menarik yang bisa dicoba sebelum Anda menyaksikan sebuah video mesum. Saran-saran ini gunanya, agar saat menonton Anda mendapatkan kualitas hiburan sex media yang memuaskan, menyenangkan, panas dingin tentunya…

Bukan sulap, bukan sihir. Di bawah ini beberapa tips yang sangat berguna, untuk meningkatkan tensi adrenalin, khususon bagi para penyuka adegan panas dari video-video hot. (Sepanas apa ya? Sepanas cabe India gak? Ya, kurang lebih seperti itu lah).

[1] Mula-mula periksa mata Anda, “Apakah masih berfungsi normal?” Sebab bagi kaum tuna netra, mereka tidak akan bisa menikmati tontonan panas. Jika ternyata, mata Anda cukup normal, berarti Anda telah memenuhi syarat. Lebih afdhal periksa telinga juga, “Apakah masih berfungsi?” Sebab para artis video cabul sering mengeluarkan suara seperti Tarzan di hutan…Wooouuuwooooooo….

[2] Cobalah ngaca sebentar di cermin. Lihat diri Anda, “Apakah sudah 17 tahun ke atas?” Kalau sudah 17 tahun ke atas, berarti Anda sudah dewasa. Tahu tidak konsekuensinya? …ya itu tadi, dosa-dosa Anda sudah dicatat dengan sangat rapi, sangat teliti. Ada rekaman super canggih 6 dimensi di sekitar Anda (bukan hanya 3 dimensi, tapi 6 dimensi). CCTV di hotel JW. Marriot tidak ada apa-apanya dibanding “CCTV” versi ini.

[3] Oke, sampai langkah ke-2 Anda lulus, lanjutkan ke langkah selanjutnya: Siapkan makanan yang super pedas. Bisa apa saja. Bisa nasi goreng, bisa baso sapi, bisa lumpia basah, bisa soto ayam, apa saja deh. Asalkan sangat pedas. Ini untuk jaga-jaga, kalau nanti “adrenalin” Anda tidak terkontrol.

[4] Selanjutnya, persiapan memutar video mesum. Alat-alat dan fasilitas yang dibutuhkan siapkan dulu. Ya, kayak persiapan orang mau “qiyamul lail” nonton bola itulah.

[5] Sebelum memutar video, cobalah Anda memejam mata, sambil rileks. Lepaskan semua beban, memajamkan mata, suasana tenang, damai. Suara-suara berisik hindari, riuh-rendah even olahraga (World Cup) lupakan saja. Masalah tagihan hutang, masalah ditolak lamaran, masalah ketombe di kepala, ah lupakan dulu. Tenangkan pikiran Anda, rilekskan posisi tubuh Anda, bernafas pelan-pelan secara teratur, mata tetap dipejamkan. Dalam keheningan suasana, ajukan beberapa pertanyaan ke hati nurani: “Mengapa aku ada disini? Untuk apa aku melakukan semua ini? Apakah bunda melahirkan aku untuk melakukan semua ini?“

[6] Jika langkah ke-5 belum meyakinkan, masih dalam posisi memejamkan mata, ajukan pertanyaan lain: “Bagaimana jika pemain dalam video mesum itu adikku sendiri, kakakku sendiri, atau anakku sendiri? Apakah aku akan suka menyaksikan adikku, kakakku, atau anakku melakukan terlibat perbuatan seperti itu?” Jika hati Anda menolak, maka tinggalkanlah video mesum itu secepatnya. Jika Anda merasa senang menyaksikan video semacam itu, sekalipun ia terjadi pada keluarga Anda sendiri, maka kelak kejadian yang sama bisa menimpa keluarga Anda. Apa yang Anda sukai dari menonton aib-aib manusia, kelak bisa terjadi hal sebaliknya; manusia akan menyaksikan aib-aib keluarga Anda. …hindari video-video semacam itu, agar Allah selalu menjaga adik, kakak, anak-anak, dan keluarga Anda semua dalam kesucian. Allahumma amin.

[7] Jika langkah ke-6 belum efektif juga, masih sambil memejamkan mata, ingatlah saudaraku: tontonan yang penuh dosa itu akan meninggalkan TRAUMA di dasar hati dan pikiran. Trauma ini tidak mudah dihapuskan dari memori, bahkan bisa selalu teringat sepanjang hayat. Kalau pikiran Anda banyak diisi trauma-trauma, dapat dipastikan pikiran Anda akan bodoh, mudah lupa, tidak kritis, nalar analisisnya lemah. Tapi kalau pikiran Anda penuh dengan memori-memori yang baik, pikiran Anda akan sangat kuat, cerdas, brilian.

[8] Jika langkah ke-7 belum juga efektif, maka ingatlah saudaraku: tontonan penuh dosa itu akan merusak hati Anda untuk beberapa hari ke depan, bahkan beberapa minggu. Selama itu, hati Anda akan selalu gelisah, terbayang-bayang tontonan bodoh. Bahkan Anda akan menemui banyak kesulitan-kesulitan. Menonton hanya beberapa puluh menit, tapi sanksi yang diterima terasa pahit sampai sebulanan.

[9] Jika langkah ke-8 tidak juga efektif untuk menghalangi niat Anda menonton video mesum, ingatlah sebuah PRINSP BESAR wahai saudaraku: “Jika Anda suatu ketika sengaja mengambil sesuatu yang haram, maka saat itu juga Anda akan kehilangan sebagian kebaikan-kebaikan yang Anda miliki.” Bisa saja, Allah membiarkan Anda cengengesan menyaksikan video mesum. Tetapi pada saat yang sama, Allah akan mengambil kebaikan-kebaikan yang Anda miliki. Duh, ini sangat menyakitkan, kalau Anda menyadarinya. Bisa saja, tiba-tiba peluang bisnis di depan mata lenyap; atau Anda mendapat nilai ujian yang buruk; atau Anda mendapat sanksi administrasi; atau kontrak Anda diputus; atau tiba-tiba anak Anda masuk rumah sakit, dll. Sekali Anda mengambil sesuatu yang haram, maka Anda akan kehilangan sesuatu yang halal dari sisi Anda.

[10] Andaikan langkah ke-9 masih juga belum efektif, karena mungkin saking bebal-nya diri Anda, semoga tidak demikian kenyataannya. Maka sadarilah saudaraku: “Adegan ranjang. Hubungan seks. Permainan alat reproduksi. Berbagai gaya dalam sexual game. Semua itu bukan perkara yang aneh, bagi PASANGAN SUAMI-ISTERI. Bagi mereka yang sudah menikah, hubungan seksual sama sekali tidak aneh. Wong, mereka biasa melakukannya. Hal-hal demikian ini sangat lumrah sekali. Bahkan dalam hubungan suami-isteri, mereka bisa memutuskan mau memakai cara bagaimanapun, asalkan tidak cara yang haram. Mau memakai gaya kijang melompat, silakan; elang menukik, silakan; gajah menendang, silakan; mau gaya buaya berguling-guling, silakan; atau mungkin biar lebih unik, memakai gaya ‘Didier Drogba kebentur tiang gawang‘, juga silakan.” Hal-hal semacam itu sangat tidak aneh bagi yang sudah menikah. Maka itu, Anda tidak usah menyaksikan hal-hal seperti itu. Nanti kalau Anda menikah (atau bisa jadi saat ini Anda sudah berumah-tangga), adegan-adegan seperti itu akan menjadi menu hidup Anda. Jangan menjadi seperti orang dungu, yang menyukai hal-hal kecil, melupakan hal-hal besar miliknya.

[11] Jika semua saran di atas Anda mentahkan, Anda tetap maksa ingin nonton video mesum. Ya, sudahlah. Sebelum itu berdoalah dulu: “Bismillahirrahmanirrahiim. Ya Allah berikan aku kebaikan, dan jauhkan aku dari keburukan. Terutama keburukan nafsuku yang ngeyel ingin nonton video mesum. Amin.” Berdoalah dengan khusyuk, dan berharap Allah mengabulkan. (Siapa tahu, saat tangan Anda mulai bergerak untuk “klik” sebuah video mesum, tiba-tiba ada sebuah meteor jatuh ke kamar Anda, lalu seketika itu Anda mati dalam keadaan “terangsang”. Siapa tahu kan? Anda tidak bisa menjegah bahaya masuk ke kamar Anda).

[12] Sebelum acara nonton dimulai, lakukan saran ini. Jika Anda menonton di internet, atau hasil download video, maka klik tombol STAR, lalu naik sedikit saja klik bagian TURN OFF, lalu pilih sekali lagi TURN OFF, lalu tunggu barang 5 menit. Ini cara pertama. Adapun cara kedua, kalau Anda memakai CD Player, karena baru membeli VCD bajakan. Sebelum VCD diputar, coba lakukan test fisik terhadap keping VCD itu. Test ini penting, biar nanti saat menonton, hasilnya memuaskan. Caranya, Anda pegang erat-erat keping VCD itu, lalu tekuk keping itu sekitar 90 derajat. Ditekuk bolak-balik ya, cukup 10 kali saja ditekuknya. Kalau menekuknya kurang profesional, boleh dibantu dengan kaki. Nah, setelah keping VCD itu lulus test fisik, silakan Anda putar di CD Player. Kalau Anda mau menonton memakai HP atau BB, caranya justru sangat mudah. Ini lebih mudah dari cara apapun. Anda ambil rekaman video mesum itu untuk dibuka. Sebelum dibuka, pegang HP itu baik-baik, angkat ke atas, lalu…blarrrr! Banting HP itu ke lantai sekeras-kerasnya. Kehilangan HP lebih baik, daripada kehilangan kesucian nurani. Cuma gitu aja kok.

[13] Kalau sampai tahap ke-12 masih juga ingin nonton video mesum, saya sarankan Anda mengambil makanan EKSTRA PEDAS yang tadi sudah dipersiapkan itu. Kalau cabenya memakai cabe India, katanya bisa membawa seseorang ke RS. Oke juga tuh dicoba… Sebelum nonton, makan makanan pedas itu sampai habis. Nah, rasa pedas yang amat sangat bisa mengubah pikiran seseorang dari keinginan nonton video mesum ke urusan lain, yaitu menyelamatkan mulut dari rasa pedas yang menyiksa. Rasa pedas ini masih lebih ringan, ketimbang nanti di Yaumil Akhir, Anda disuruh makan potongan-potongan logam yang membara.

Nah, inilah beberapa tips praktis sebelum menonton video mesum. Video apa saja lah, apakah video di internet, VCD, atau hasil download-an. Siapa saja pelakunya, tidak peduli pelacur, tukang zina, gigolo, pelacur berkedok artis, pelacur berkedok isteri orang, pelacur berkedok penyanyi, dan sebagainya.

Semoga bermanfaat. Allahumma amin.

AMW.

NB.: Maunya komitmen dengan niat terminal. Tetapi ada saja kenyataan-kenyataan yang membuat kita “tidak boleh diam”. Kalau diam, khawatir makin merebak kerusakan yang luas. Sungguh, kenyataan ini kerap kali membuat saya “maju-mundur”. Bukannya tidak konsisten. Tetapi ini benar-benar konsekuensi dari amanah ilmu yang Allah Ta’ala titipkan. Menyembunyikan ilmu, alangkah beratnya. Ya, mohon doa dari pembaca semua, agar semua sisi urusan kami mendapat kemudahan dan pertolongan dari Allah As Shamad. Agar amanah yang satu tidak merugikan amanah yang lain. Wastaghfirullaha li lakum ajma’in.

Tips Sebelum Nonton Video Mesum

Nasehat Cinta Di Bulan Ramadhan – cara mencari pasangan hidup yang islami

Artikel ini q ambil dari pesan yg dikirim dari anggota FKI,..klo g slah c,..tp q cm mhon ikhlasx y untuk mengcopy…

bwt teman2 jgn bosan baca tulisan pnjang ini,…baca ampe selese…

Bissmillahirahmanirrahim

Prolog : semoga ini dapat membuka wawasan kita semua amin , , hanya ingin sedikit berbagi…

Sebetulnya apa sih pacaran itu? Biasanya kalau ada cowok dan cewek saling suka…

Jaman sekarang gampang banget ketemu sama orang yang lagi pacaran. Di jalan, mal, kampus, di mana-mana. Apalagi sekarang kan ada acara TV yang nyomblang-in orang sampai ke pengeksposean pernyataan cinta segala.

Sebetulnya apa sih pacaran itu? Biasanya kalau ada cowok dan cewek saling suka, salah satunya nyatain dan yang lainnya terima, itu berarti udah pacaran. Buat sebagian orang pacaran itu isinya jalan berdua, makan, nonton, curhat-curhatan. Pokoknya just for fun lah! Ada juga orang-orang tujuannya untuk lebih mengenal sebelum pernikahan.

Sebagai umat Islam kita perlu lho mengkritisi apakah “praktek pacaran” yang banyak dilakukan orang ini sesuai atau tidak dengan aturan-aturan dalam Islam.

Pertama, orang kalo lagi pacaran maunya berdua terus. Ah yang bener, iya apa iya. Beberapa hari enggak ditelpon udah resah, seharian enggak di sms udah kangen. Begitu ketemu pengen memandang wajahnya terus, wah pokoknya dunia serasa berbunga-bunga. Apalagi kalau pakai acara mojok berdua, di tempat sepi mesra-mesraan. Waduh, hati-hati deh, soalnya Rasulullah SAW bersabda, “ Tiada bersepi-sepian seorang lelaki dan perempuan, melainkan syetan merupakan orang ketiga diantara mereka.”

Kedua, kalau lagi pacaran rasanya seperti dimabuk cinta. Lupa yang lainnya. Dunia serasa milik berdua yang lainnya ngontrak. Hati-hati juga nih, nanti kita bisa lupa sama tujuan Allah menciptakan kita (manusia). FirmanNya, “ Dan tidak Kuciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepadaKu.” (QS 51:56)

Ketiga, bukan rahasia lagi kalau di jaman serba permisif ini seks udah jadi bumbu penyedap dalam pacaran (Majalah Hai edisi 4-10 Maret 2002). Majalah Kosmopolitan juga mengadakan riset di lima universitas terbesar di Jakarta, dan ternyata dari yang mengaku pernah melakukan aktivitas seksual, sebanyak 67,1% pertama kali melakukan dengan pacarnya.

Memang banyak orang pacaran awalnya enggak menjurus ke sana. Tapi gara-gara sering berdua, ada kesempatan, dan diem-diem syetan udah ngerubung, yah terjadilah. Pertama pegang tangan, terus rangkul pundak, terus cium pipi, terus…..terus…..wah bisa kebablasan deh. Jangan salah lho, agama kita melindungi kita dengan melarang melakukan perbuatan-perbuatan itu.

FirmanNya, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu pekerjaan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS 17:32)

Ternyata Al Quran udah melakukan tindakan preventif dengan melarang mendekatinya, bukan melarang melakukannya. Rasulullah SAW juga bersabda, “Seandainya kamu ditusuk dengan jarum besi, maka itu lebih baik bagimu daripada menyentuh perempuan yang tidak halal bagimu.” Jadi pegang-pegangan tangan juga mesti dihindari tuh.

Keempat, ternyata pacaran bukan jaminan akan berlanjut ke jenjang perkawinan. Banyak orang di sekitar kita yang sudah bertahun-tahun pacaran ternyata kandas di tengah jalan. Pacaran pun tidak menjadikan kita tahu segalanya tentang si dia. Banyak yang sikapnya berubah setelah menikah.

Kalaulah kini kita tahu praktek pacaran nggak menjadi suatu jaminan bahkan banyak melanggar aturan Allah dan tidak mendapat ridhoNya, masihkah kita yang mengaku hambaNya, yang menginginkan surgaNya, yang takut akan nerakaNya, masih melakukannya? Tapi kalau bukan dengan pacaran, gimana caranya ketemu jodoh? Jaman sekarang kan kita enggak bisa gampang percaya sama orang, jadi perlu ada penjajagan. Islam punya solusi yang mantap dan OK dalam memilih jodoh. Istilahnya ngetop dengan nama Ta’aruf, artinya perkenalan.

Pertama, ta’aruf itu sebenarnya hanya untuk penjajagan sebelum menikah. Jadi kalau salah satu atau keduanya nggak merasa sreg bisa menyudahi ta’arufnya. Ini lebih baik daripada orang yang pacaran lalu putus. Biasanya orang yang pacaran hatinya sudah bertaut sehingga kalau tidak cocok sulit putus dan terasa menyakitkan. Tapi ta’aruf, yang Insya Allah niatnya untuk menikah Lillahi Ta’ala, kalau tidak cocok bertawakal saja, mungkin memang bukan jodoh. Tidak ada pihak yang dirugikan maupun merugikan.

Kedua, ta’aruf itu lebih fair. Masa penjajakan diisi dengan saling tukar informasi mengenai diri masing-masing baik kebaikan maupun keburukannya. Bahkan kalau kita tidurnya sering ngorok, misalnya, sebaiknya diberitahukan kepada calon kita agar tidak menimbukan kekecewaan di kemudian hari. Begitu pula dengan kekurangan-kekurangan lainnya, seperti mengidap penyakit tertentu, enggak bisa masak, atau yang lainnya. Informasi bukan cuma dari si calon langsung, tapi juga dari orang-orang yang mengenalnya (sahabat, guru ngaji, orang tua si calon). Jadi si calon enggak bisa ngaku-ngaku dirinya baik. Ini berbeda dengan orang pacaran yang biasanya semu dan penuh kepura-puraan. Yang perempuan akan dandan habis-habisan dan malu-malu (sampai makan pun jadi sedikit gara-gara takut dibilang rakus). Yang laki-laki biarpun lagi bokek tetap berlagak kaya traktir ini itu (padahal dapet duit dari minjem temen atau hasil ngerengek ke ortu tuh).

Ketiga, dengan ta’aruf kita bisa berusaha mengenal calon dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Hal ini bisa terjadi karena kedua belah pihak telah siap menikah dan siap membuka diri baik kelebihan maupun kekurangan. Ini kan penghematan waktu yang besar. Coba bandingkan dengan orang pacaran yang sudah lama pacarannya sering tetap merasa belum bisa mengenal pasangannya. Bukankah sia-sia belaka?

Keempat, melalui ta’aruf kita boleh mengajukan kriteria calon yang kita inginkan. Kalau ada hal-hal yang cocok Alhamdulillah tapi kalau ada yang kurang sreg bisa dipertimbangan dengan memakai hati dan pikiran yang sehat. Keputusan akhir pun tetap berdasarkan dialog dengan Allah melalui sholat istikharah. Berbeda dengan orang yang mabuk cinta dan pacaran. Kadang hal buruk pada pacarnya, misalnya pacarnya suka memukul, suka mabuk, tapi tetap bisa menerima padahal hati kecilnya tidak menyukainya. Tapi karena cinta (atau sebenarnya nafsu) terpaksa menerimanya.

Kelima, kalau memang ada kecocokan, biasanya jangka waktu ta’aruf ke khitbah (lamaran) dan ke akad nikah tidak terlalu lama. Ini bisa menghindarkan kita dari berbagai macam zina termasuk zina hati. Selain itu tidak ada perasaan “digantung” pada pihak perempuan. Karena semuanya sudah jelas tujuannya adalah untuk memenuhi sunah Rasulullah yaitu menikah.

Keenam, dalam ta’aruf tetap dijaga adab berhubungan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya ada pihak ketiga yang memperkenalkan. Jadi kemungkinan berkhalwat (berdua-duaan) kecil yang artinya kita terhindar dari zina.

Nah ternyata ta’aruf banyak kelebihannya dibanding pacaran dan Insya Allah diridhoi Allah. Jadi, sahabat……..kita mau mencari kebahagian dunia akhirat dan menggapai ridhoNya atau mencari kesulitan, mencoba-coba melanggar dan mendapat murkaNya?

Epilog : kita sebagai umat manusia hanya bisa berusaha untuk menjadi yang lebih baik supaya tidak menyesal di kemudian hari , , dunia hanya sementara karena hidup kita kekal di akhirat ha,3 ^^ 

=================================================

Duhai Akhwat Facebooker, Renungkan ini…

Duhai akhwat yang kukagumi
Yang memiliki iman di hati
Dengarlah suara hati para lelaki
Sudahi menebar simpati
Hentikan bermanja pada kami
Kami ikhwan biasa yang tidak suci
Yang ingin teguh di jalan Ilahi.

Duhai yang kukasihi para akhwat
Yang memiliki malu, hormat dan martabat
Kami adalah pria biasa yang mudah terpikat
Iman kami tak sekuat para nabi dan shahabat
Fotomu bertebaran menggoda dan mengusik syahwat
Kecantikanmu menembus hati yang taat syariat.

Duhai akhwat yang kusanjungi
Jangan hajar emosi dan jiwa kami
dengan perhatian yang murah
Jiwa ini terasa gerah
dengan pujian yang membuncah.

Duhai akhwat yang kupuja
Engkau adalah mutiara berharga
Harapan bangsa dan agama
Bukan hanya fisik yang harus dijaga
Akhlak juga harus dihiasi
dengan lembaran hidup islami

Engkau akan terlihat anggun
Bukan karena pengagummu yang berjibun
Tapi karena sikapmu yang santun
Engkau semakin mempesona
Dengan izzahmu yang terjaga
Engkau semakin cantik memikat
Karena kepribadianmu yang sesuai syari’at
Renungkanlah duhai akhwat…

[flowerhijab@yahoo.com]

=======================================

Wahai Ikhwan Facebooker, Jangan Lumpuhkan Hati Kami

Wahai Ikhwan FB,
Yang masih memiliki hati
Dengarlah jeritan hati kami
Sudahi merayu kami
Hentikan menebar simpati.

Kami hanyalah akhwat
Yang ingin menggapai cinta Ilahi
Yang mempunyai iman setipis ari
Menghadapi sikapmu yang tak terkendali
Terkadang kami tak cukup kuat.

Wahai Ikhwan FB,
Yang masih mempunyai nurani
Dengarlah suara hati kami
Jangan rintangi dakwah kami
Jangan matikan komitmen kami
Jangan serang kami dengan komentar basi.

Kami hanyalah akhwat biasa
Yang sedang mencari jati diri sejati
Yang tak sekuat iman istri para Nabi
Kami risih dengan candamu yang menjadi-jadi

Wahai Ikhwan FB,
Yang mempunyai lubuk hati
Dengarlah keluhan jiwa kami
Jangan goda kami dengan ta’aruf islami
Jika hanya sekedar mencari sensasi
Hati kami bukanlah kelinci semurah kue serabi
Kami akhwat yang menjunjung amanah Ilahi
Mengemban dakwah dalam naungan visi dan misi

Wahai Ikhwan FB,
Yang memiliki belas asih
Dengarlah pinta kami
Hargai hijab lebar kami
Bantulah kami kokohkan harga diri
Jangan lucuti semangat kami
Jangan runtuhkan ketegaran kami

Tolong kami,
Wahai para ikhwan FB
Jika kalian masih mempunyai hati nurani.

[Yuliana Pendamba Surga/voa-islam.com]

=====================================

Damba Cintamu, Sahabat Sejati

Seorang sahabat sejati
Membantumu menjadi dirimu sendiri
Mengisi gersang jiwamu dengan ketulusan hati
Memotivasi gundahmu dengan sebening cinta kasih
Menuntun langkahmu tanpa lelah dan pamrih.

Sahabat sejati ikhlas menemani
Setiap musim di lubuk hati
Ketika kegundahan menghampiri
Ia menabur pupuk kasih sayang
Ketika tangis duka menyerang
Ia tegar bagaikan karang.

Sahabat sejati
Menjadi sumur menampung air matamu
Ketika badai amarah mencabik-cabikmu
Ia bak pelangi yang gemulai
setia meredam amukan emosimu.

Seorang sahabat sejati
Mengenali tiap jengkal perubahan bahasa hatimu
Laksana ranting mampu merangkai ceria dan tawamu
Menemani saat jatuh bangunmu
Tanpa lelah ataupun pamrih
Ia menjadi ladangmu menitip benih
Menyemai putik kisah haru biru
Tanpa jeda yang bisa diungkapkan melalui kosakata.

Sahabat sejati
Dengan untaian cinta menegur khilafmu
Memisahkan kebenaran dari kesalahanmu
Bukan membenarkan keburukanmu
Ia hadir saat kau butuh
Ia menjadi tempat bersandar
membagi tawa juga luka
Menampung keluhmu
lalu menyimpannya di cawan rahasia.

Sahabat sejati
Kuat dan ikhlas menemani perjuanganmu menuju surga
Sekuat Umar mulia dalam membela Rasulullah
Seikhlas Abu Bakar mulia
Berkorban jiwa raga demi kejayaan Islam
Tak lekang oleh hambatan
Tak goyah oleh ancaman.

Seorang sahabat sejati adalah
Setia membantumu menaiki tebing sumbing kehidupan
Senantiasa bersamamu mengarungi luasnya samudera
Tak kan alpa menyebutmu dalam sujud khusyuknya.

[Yuli Anna Pendamba Syurga]

======================================================

Wanita Pendamba Surga

Wanita pendamba syurga
Pesona akhlakmu bagai mutiara yang berkilauan
Halus tuturmu menggambarkan pribadi yang santun
Kecantikan hatimu laksana kapas tanpa noda
Kesejukan aura jiwamu seperti bidadari syurga
Kau hiasi dirimu dengan bingkaian akhlak islami
Semakin berwibawa karena auratmu terhijabi.

Saat wanita lain bergelimang kesenangan semu
Menari-nari di atas lantai dansa
Menenggak arak dalam gelas-gelas kristal
Engkau justru mengurung diri
Mentafakuri kehidupan akhirat yang masih ghaib
Mengembara dalam pencarian jati diri.

Di saat wanita lain asyik memilih busana trendi
Sibuk memoles tubuh dan wajah
Berlomba memamerkan aurat mereka
Engkau justru tampil bersahaja
Dalam balutan gamis dan kerudung panjang
Engkau sembunyikan auratmu
Agar tak terjamah pesona kecantikan itu
Dari mata-mata lelaki jalang.

Di saat wanita-wanita lain tertawa lepas
Menikmati euphoria tanpa batas
Menebar cinta basi pada lelaki
Engkau justru menangis dalam sujud
Mendaki taubat dalam bukit tahajud
Mengemis ampunan pada Penggenggam nyawa
Menutup lisan dari bicara sia-sia.

Di saat wanita-wanita lain mengidolakan
Miyabi, Britney Spears, Celine Dion, Maddona
Engkau mengidolakan Khadijah, Maryam, Asiyah, Fatimah
Di saat wanita lain bangga aibnya terbuka
Puas jika namanya di puja-puja
Engkau justru mengasingkan diri dari gemerlap dunia
Merahasiakan kebaikan yang kau lakukan pada sesama
Karena takut jatuh pada perbuatan riya’.

Di saat wanita-wanita lain menghabiskan waktu di plaza
Menghamburkan materi dengan sia-sia
Engkau justru menghabiskan waktumu di mushola
Menguatkan zikir dan memuja asma-Nya.
Merenda istigfar di atas sajadah cinta.

Di saat wanita-wanita lain hanyut dalam pesona zaman
Bercengkerama liar dengan segala kemewahan
Sibuk memuja artis-artis idaman
Engkau justru sibuk mengkaji ilmu
Mendakwahkan agama Islam tanpa ragu
Berjibaku dengan segala kesulitan
Meneriakkan kalimat jihad militan.

Di saat wanita-wanita lain sibuk menenteng majalah erotis
Menggumbar gosip sesama secara sadis
Engkau justru teguh pada Al-Qur’an dan hadis
Yang kau jadikan pegangan hidup
Agar iman di dadamu tidak redup.

Wanita pendamba syurga…
Agungnya akhlakmu berselimut mutiara
Pada rahimmu kelak generasi-generasi agama
Akan Allah amanahkan
Engkau calon madrasah pertama
Saat mujahid-mujahid terlahir di dunia.

[Yuli Anna]

==========================================

Rinduku di Puncak Menara Sujud

Melewati siang dalam kepenatan jiwa
Menyusuri malam dengan kesunyian hati
Gumpalan dosa mengikuti jiwa yang kering
Sesal isak meremas persendian raga

Dalam bulir-bulir waktu
Berkejaran rasa, menjelma menjadi alunan sesak
Tanpa harapan, tiada tujuan
Melangkah dalam kehampaan

Mengejar kebahagiaan semu
Bersama nyanyian tanpa makna
Tertawa lepas di atas altar maksiat
Gelak hati merintih dalam kepedihan

Nun jauh dari naluri suci
Arak memabukkan menari-nari
Tanpa cacat dalam gelas putih
Hingga memabukkan diri ini
Melebur dalam lautan dosa
Malam terasa memekakkan gendang telinga

Masa bergulir melahirkan remang-remang asa
Warna hitam mendung berganti menjadi bianglala indah
Dalam pusaran waktu cinta-Nya menyapa
Mengalir sejuk ke relung jiwa yang tandus
Jeritan tangis pilu menghampar
Menyesali ruh dan jasad yang tlah tersesat jauh
Hidung tersumbat oleh dosa-dosa masa lalu
Jiwa tertatih ingin berdiri, menggenggam erat Kasih-Nya

Ya Allah,
Dalam kehampaan jiwa
Tlah Kau tuangkan air cinta-Mu
Pada diri yang tlah berlumur dosa
Pada hati yang bersimbah kemunafikan

Ya Allah,
diri malu mengharap ampunan-Mu
Namun kuyakin Engkau teramat Penyayang
Meski hamba-hamba-Mu berserakan dosa

Ya Allah,
dalam sesal tak bertepian
Ku ingin teguh berjalan dalam keridhaan
Rinduku pada-Mu menggelora
Menggebu dalam puncak menara sujud
Genggam jiwa yang sedang meronta
Mengharap luapan dosa Engkau Ampuni
Dalam puncak menara sujud khusyuk pada-Mu
Pasrah ini kugantungkan.

[Yuli Anna Pendamba Surga]

http://www.voa-islam.com/news/citizens-jurnalism/2010/03/28/4466/rinduku-di-puncak-menara-sujud/

Ketika Dua Negeri Berseteru (bersekutu tambah mutu)

Sedih rasanya melihat dua bangsa berseteru, saling membanggakan diri dan mencaci yang lain, bahkan ada yang menyuarakan peperangan, padahal keduanya adalah negeri kaum muslimin. Lebih miris lagi, perseteruan ini didasari oleh hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya. Bukannya saling berlomba dalam kebaikan dan ketaqwaan kepada Allah Ta’ala, bahkan sebaliknya, mereka malah saling bersaing sampai berseteru dalam hal yang tidak diridhai Allah Ta’ala. Jika demikian adanya, bagaimana mungkin umat Islam menjadi kuat dan kokoh?

Konsep Cinta dan Benci Dalam Islam

Dalam Islam dikenal konsep Al-Wala’ wal Bara’ (cinta dan benci) yang merupakan konsekuensi dari iman yang benar karena inti ajaran Islam adalah mengajak umat manusia untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata. Konsekuensinya, seorang mukmin akan mencintai segala bentuk peribadatan dan ketaatan kepada Allah semata dan mencintai orang-orang yang melakukan demikian. Allah Ta’ala berfirman:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar.” (Qs. At Taubah: 71)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

من أحب لله ، وأبغض لله ، وأعطى لله ، ومنع لله ، فقد استكمل الإيمان

“Orang yang yang mencintai sesuatu karena Allah, membenci sesuatu karena Allah, memberi karena Allah, melarang sesuatu karena Allah, imannya telah sempurna.” (HR. Abu Daud no. 4681, di-shahih-kan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud)

Konsekuensi lain adalah kebalikan dari itu. Seorang mukmin akan membenci segala bentuk penyembahan kepada selain Allah dan maksiat, serta membenci orang-orang yang melakukan demikian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ

“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (Qs. Al-Mujadalah: 22)

Ringkasnya, seorang mukmin sejati mencintai orang-orang yang menyembah Allah Ta’ala semata dan melakukan ketaatan kepada-Nya, baik ia berbeda suku, berbeda negara, berbeda warna kulit, berbeda bahasa, berbeda martabat. Dan seorang mukmin dalam hatinya memiliki rasa benci kepada orang yang menyembah kepada selain Allah dan banyak melakukan maksiat, meskipun ia satu negara, meskipun ia satu bahasa, sama warna kulitnya, meskipun ia teman sepermainan, meskipun ia orang tuanya, anaknya, saudara atau pun keluarganya. Inilah konsep cinta dan benci dalam Islam.

Cinta dan Benci Orang Jahiliyah

Masa Jahiliyyah adalah masa sebelum di utusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan pada saat itu dunia diliputi kebodohan terhadap agama, kesesatan, penyimpangan dan kemusyrikan (Lihat Syarh Masa’il Jahiliyyah (8), Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan). Oleh karena itu, Allah Ta’ala banyak mencap buruk orang-orang pada masa Jahiliyyah dalam Al Qur’an Al Karim. Misalnya firman Allah Ta’ala:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ

“(Wahai kaum wanita), hendaklah kalian tetap di rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj (bersolek) sebagaimana tabarujnya orang-orang Jahiliyah yang terdahulu.” (Qs. Al Ahdzab: 33)

Oleh karena itu Islam melarang umatnya berperilaku sebagaimana perilaku orang-orang Jahiliyyah.

Lalu bagaimanakah konsep cinta dan benci yang diterapkan orang-orang Jahiliyyah? Cinta dan benci mereka dibangun atas dasar kesamaan suku dan bangsa. Ketika dua suku berseteru, mereka membenci orang-orang yang masih satu suku bangsa dan membenci orang-orang yang berbeda suku bangsa. Sebagaimana diceritakan hadits:

– كنا في غزاة – قال سفيان مرة : في جيش – فكسع رجل من المهاجرين رجلا من الأنصار ، فقال الأنصاري : يا للأنصار ، وقال المهاجري : يا للمهاجرين ، فسمع ذاك رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : (ما بال دعوى جاهلية ) . قالوا : يا رسول الله ، كسع رجل من المهاجرين رجلا من الأنصار ، فقال : (دعوها فإنها منتنة)

“Suatu ketika di Gaza, (sebuah pasukan) ada seorang dari suku Muhajirin mendorong seorang lelaki dari suku Anshar. Orang Anshar tadi pun berteriak: ‘Wahai orang Anshar (ayo berpihak padaku).’ Orang muhajirin tersebut pun berteriak: ‘Wahai orang muhajirin (ayo berpihak padaku)’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendengar kejadian tersebut, beliau bersabda: ‘Pada diri kalian masih terdapat seruan-seruan Jahiliyyah.’ Mereka berkata: ‘Wahai Rasulullah, seorang muhajirin telah mendorong seorang dari suku Anshar.’ Beliau bersabda: ‘Tinggalkan sikap yang demikian karena yang demikian adalah perbuatan busuk.’” (HR. Al Bukhari no.4905)

Perhatikan dengan baik hadits yang mulia ini. Muhajirin dan Anshar adalah dua kaum yang mulia yang dipuji oleh Allah Ta’ala. Namun tatkala mereka menyerukan fanatisme kesukuan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa sikap tersebut adalah perangai Jahiliyah. Bagaimana lagi dengan kita?

Jangan Berpecah Belah

Perpecahan umat Islam adalah sesuatu yang tercela dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Qs. Al Imran: 104)

Dan sebaliknya, Islam memerintahkan ummat-Nya untuk bersatu padu. Perintah untuk bersatu ini ditujukan kepada setiap Muslim di seluruh dunia, tidak hanya antar ummat Muslim di satu negara saja. Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (Qs. Al Imran: 102-103)

Dalam ayat di atas, jelas sekali bahwa perintah untuk bersatu ditujukan untuk setiap Muslim.

Bahkan, perpecahan diantara umat Islam adalah sumber malapetaka dan bencana. Sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لا تختلفوا ، فإن من كان قبلكم اختلفوا فهلكوا

“Janganlah kalian berselisih! Sesungguhnya kaum sebelum kalian telah berselisih lalu mereka binasa.” (HR. Bukhari no. 2410)

Oleh karena itu, perselisihan antar umat Islam baik yang satu negara ataupun berbeda negara adalah sumber kebinasaan. Maka, bersatulah wahai kaum muslimin di negara manapun engkau berada!

Muslim Itu Bersaudara

Seorang muslim mempersembahkan cintanya yang paling besar dan yang paling tulus kepada Allah Ta’ala. Cinta ini tidak boleh pupus oleh cinta lain. Cinta kepada Allah tidak boleh ditenggelamkan oleh cinta seseorang kepada keluarganya, bahkan kepada kedua orang tuanya. Konsekuensinya, siapapun yang mencintai Allah Ta’ala, berhak untuk kita cintai. Sebaliknya, siapapun yang mendurhakai Allah Ta’ala, layak untuk kita benci. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

من أحب لله ، وأبغض لله ، وأعطى لله ، ومنع لله ، فقد استكمل الإيمان

“Orang yang mencintai sesuatu karena Allah, membenci sesuatu karena Allah, memberi sesuatu karena Allah, melarang sesuatu karena Allah, telah sempurna imannya.” (HR. Abu Daud no. 4681, di-shahih-kan Al Albani di Shahih Sunan Abi Daud)

Rasa cinta kepada Allah inilah yang mengikat setiap muslim dalam lingkar persaudaraan yang mulia. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Maka, damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu!” (Qs. Al Hujurat: 10)

Oleh karena itu, wahai kaum muslimin, berbuat baiklah kepada sesama muslim layaknya saudara!

Apakah seseorang akan membenci saudaranya? Apakah ia akan menjauhi saudaranya? Apakah ia akan menghina saudaranya? Apakah ia akan menzhalimi saudaranya? Sama sekali tidak. Maka demikianlah sepatutnya seorang muslim.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لا تحاسدوا . ولا تناجشوا ، ولا تباغضوا ، ولا تدابروا ، ولا يبع بعضكم على بيع بعض . وكونوا ، عباد الله ! إخوانا . المسلم أخو المسلم . لا يظلمه ، ولا يخذله ، ولا يحقره

“Jangan kalian saling hasad! Jangan saling mencurangi! Jangan saling membenci! Jangan saling menjauhi! jangan kalian menawar barang yang sedang ditawar orang lain! Jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara! Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh membohonginya dan tidak boleh menghinanya.” (HR. Muslim no.2564)

Berlombalah Dalam Kebaikan, Bukan Dalam Maksiat

Miris rasanya melihat umat muslim berselisih, bertengkar dan berseteru disebabkan rasa iri dan dengki dalam kemaksiatan. Mereka membangga-banggakan diri atas perkara maksiat dan saling dengki satu sama lain.

Contohnya, mereka berseteru karena musik. Padahal Allah Ta’ala tidak ridha terhadap hal tersebut. Allah berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan lahwal hadits untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah.” (Qs. Luqman: 6)

Sebagian ahli tafsir, juga sahabat yang mulia, Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu menjelaskan bahwa yang dimaksud lahwal hadits di dalam ayat ini adalah nyanyian.

Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

ليكونن من أمتي أقوام ، يستحلون الحر والحرير ، والخمر والمعازف

“Akan ada beberapa kaum dari ummatku yang menghalalkan zina dan sutra, serta khamr dan alat musik.” (HR. Bukhari no.5590)

Hadits ini jelas menunjukkan keharaman musik. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ridha terhadapnya. Jika Allah Ta’ala dan Rasul-Nya tidak ridha, mengapa kita malah mencintainya? Dan malah berbangga-bangga dengannya?

Wanita yang memamerkan aurat mereka, kemudian berlenggak-lenggok gemulai di depan orang banyak, sungguh mereka telah bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Namun hal ini malah dijadikan kebanggaan dan menjadi sebab pertikaian?

Relakah anda jika wanita-wanita tersebut adalah saudara anda, istri anda, atau anak anda? Relakah anda jika mereka kelak akan menjadi wanita-wanita yang mendapat siksaan yang sangat pedih di neraka? Sebagaimana sabda Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam:

صنفان من أهل النار لم أرهما . قوم معهم سياط كأذناب البقر يضربون بها الناس . ونساء كاسيات عاريات مميلات مائلات . رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة . لا يدخلن الجنة ولا يجدن ريحها . وإن ريحها لتوجد من مسيرة كذا وكذا

“Ada dua jenis manusia penghuni neraka yang aku belum pernah melihat sebelumnya. Yang pertama yaitu orang yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka mencambuki orang lain. Yang kedua yaitu wanita yang berpakaian namun sebenarnya telanjang, mereka berjalan berlenggak-lenggok. Kepala mereka seperti punuk unta yang bergoyang. Mereka tidak masuk surga, bahkan tidak mencium wanginya surga. Padahal wanginya surga dapat tercium dari jarah yang sangat jauh.” (HR. Muslim no. 2128)

Wahai kaum muslimin, buktikan cintamu kepada Allah! Berhentilah berbangga dan berlomba dalam hal yang tidak diridhai Allah Ta’ala! Berlombalah dalam kebaikan dan ketaqwaan! Bukankah anda pernah mendengar firman Allah Ta’ala:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sungguh, yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.” (Qs. Al Hujurat: 13)

Maka irilah kepada saudaramu yang hafal Al Qur’an, irilah kepada saudaramu yang paham ilmu agama, irilah pada saudaramu yang giat beribadah, irilah pada saudaramu yang zuhud dan qanaah. Berusahalah menandingi mereka dalam hal tersebut. Irilah jika ada negeri lain yang masyarakatnya lebih shalih, dan berusahalah menjadikan negeri kita ini lebih shalih dari negeri tersebut.

Benarkah Nasionalisme Bagian Dari Iman?

Pada sebuah kesempatan, Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz Al ‘Uqail rahimahullah, seorang ulama besar dari Unaizah (salah satu daerah di negeri Saudi Arabia-ed), ditanya: Bagaimana dengan ungkapan yang banyak tersebar di masyarakat, yaitu: حب الوطن من الإيمان “Cinta tanah air adalah bagian dari iman.” Apakah ungkapan ini adalah sebuah hadits yang shahih?

Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz Al ‘Uqail rahimahullah, menjawab: Al Ajluni dalam kitab Kasyful Khafa berkata: “Hadits ini dikatakan oleh As Shaghani sebagai hadits maudhu (palsu).” Al Ajluni juga berkata dalam kitab Al Maqashid: “Aku tidak ragu bahwa hadits ini palsu, namun maknanya benar.” Pernyataan Al Ajluni yang menyatakan bahwa makna hadits ini benar disanggah oleh Al Qaari, ia berkata: “Pernyataan ini sungguh aneh. Karena antara cinta tanah air dengan keimanan sama sekali tidak ada kaitannya.” Kemudian Al Qaari berdalil dengan ayat:

وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُوا مِنْ دِيَارِكُمْ مَا فَعَلُوهُ إِلَّا قَلِيلٌ مِنْهُمْ ۖ

“Seandainya Allah memerintahkan mereka untuk membunuh diri mereka atau memerintahkan mereka untuk keluar dari negerinya, maka mereka tidak akan patuh, kecuali sedikit orang saja.” (Qs. An Nisa: 66)

Ayat ini dalil bahwa mereka mencintai negeri mereka padahal mereka tidak memiliki iman karena yang dimaksud ‘mereka’ dalam ayat ini adalah orang-orang munafik (orang yang mengaku iman di lisan namun tidak dihatinya, pent).

Akan tetapi, sebagian ulama menyanggah Al Qaari dengan menyatakan bahwa yang dimaksud hadits ini bukanlah orang yang cinta tanah air itu pasti beriman. Melainkan maksudnya adalah bahwa ‘cinta kepada tanah air tidak menafikan iman’.

Menurutku, andaikan hadits ini shahih, bisa dibenarkan jika wathon kita artikan sebagai:

1. Surga, karena surga adalah negeri pertama bagi keturunan Adam ‘ alaihissalam.

2. Mekkah, karena Mekkah adalah Ummul Quraa (Ibu kota dari semua kota) dan kiblatnya orang alim.

3. Negeri yang baik, namun dengan syarat cinta kepada negeri dikarenakan adanya itikad untuk menyambung silaturahim, atau berbuat baik kepada penduduk negeri tersebut, misalnya kepada orang fakir dan anak yatim (bukan karena semangat nasionalisme, pent).

Sehingga pemaknaan yang benar adalah tidak menghubungkan adanya cinta tanah air dengan keimanan, juga tidak memutlakkan, namun dimaknai secara umum saja. Perhatikanlah hadits:

حسن العهد من الإيمان، وحب العرب من الإيمان

“Menepati janji adalah bagian dari iman dan mencintai bangsa Arab adalah bagian dari iman.”

Padahal orang kafir pun ada yang menepati janji dan mencintai bangsa Arab.

[Demikian penjelasan Syaikh Abdullah bin Abdil Aziz Al ‘Uqail, dikutip dari Fatawa Mawqiul Islam, fatwa no. 15]

Ulama pakar hadits abad ini, Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah berkata dalam Silsilah Ahadits Adh Dhaifah: “Hadits ini adalah hadits palsu. As Shaghani dan ulama yang lain berkata: ‘Makna hadits ini tidak benar. Karena kecintaan kepada tanah air seperti mencintai diri sendiri, mencintai harta, dan semacamnya. Ini semua merupakan sifat-sifat manusiawi sehingga seseorang yang mencintai hal-hal tersebut tidak serta-merta dipuji. Oleh karena itu, mencintai tanah air bukan bagian dari iman. Bukankah anda melihat bahwa semua manusia memiliki sifat ini? Baik yang mu’min maupun yang kafir tanpa terkecuali.’ (Silsilah Ahadits Adh Dhaifah, 36)

Nasionalisme yang Dibenarkan Islam

Dari penjelasan-penjelasan di atas, semoga pembaca dapat memahami bahwa semangat nasionalisme tidak sesuai dengan ajaran Islam karena semangat nasionalisme mendahulukan dan mengutamakan persaudaraan antara orang-orang sebangsa daripada persaudaraan Islam. Semangat nasionalisme juga menempatkan kecintaan terhadap tanah air melebihi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, sehingga ia rela melakukan hal yang bermanfaat bagi negerinya meskipun itu mendurhakai Allah dan Rasul-Nya. Namun cinta tanah air tidak selamanya keliru.

Berbicara tentang cinta tanah air, memang benar bahwa mencintai tanah kelahiran adalah hal yang manusiawi. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mencintai tempat kelahiran beliau, Makkah. Sampai-sampai beliau bersabda:

ما أطيبكِ من بلد، وأحبَّكِ إليَّ، ولولا أن قومي أخرجوني منكِ ما سكنتُ غيركِ

“Wahai Makkah, tidak ada negeri yang lebih baik dan lebih kucintai dari pada engkau. Andai kaumku tidak mengusirku darimu, aku tidak akan pernah tinggal di negeri lain.” (HR. At Tirmidzi no.3926, di-shahih-kan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)

Beliau mencintai Makkah bukan karena semata-mata tempat kelahiran, namun karena Makkah adalah negeri kaum muslimin, negeri tauhid yang diwariskan Ibrahim ‘Alahissalam. Oleh karena itu, beliau pun mencintai Madinah, yang juga negeri kaum muslimin, walaupun bukan tempat kelahiran beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika peristiwa hijrah ke Madinah:

اللهم حبب إلينا المدينة كحبنا مكة أو أشد

“Ya Allah, berikanlah kami rasa cinta terhadap Madinah sebagaimana kami mencintai Makkah, atau bahkan cinta yang lebih besar dari itu.” (HR. Bukhari no.6372)

Maka nasionalisme yang benar adalah nasionalisme yang didasari rasa cinta kepada Allah Ta’ala. Yaitu mencintai negeri tempat kelahiran kita yang merupakan negeri kaum muslimin, karena Islam ditegakkan di dalamnya. Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan: “Tanah air dicintai jika ia merupakan negeri kaum muslimin. Setiap orang wajib bersemangat untuk berbuat kebaikan di negerinya, juga di negeri lain yang merupakan negeri kaum muslimin. Setiap orang juga wajib mengusahakan keluarga dan kerabatnya tinggal di negeri kaum muslimin.” (Fatawa Wal Maqalat Mutanawwi’ah, Juz 9, http://www.binbaz.org.sa/mat/2078 )

Selain itu, sebagaimana dijelaskan Syaikh Al Uqail, semangat cinta tanah air dapat dibenarkan jika diniatkan dalam rangka ingin berbuat baik kepada masyarakatnya. Dengan kata lain, ia mencintai negerinya karena orang-orang yang ia sayangi berada di negeri tersebut, dan ia ingin berbuat baik kepada mereka. Karena memang Islam mengajarkan untuk mendahulukan orang-orang terdekat dalam berbuat kebaikan. Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (Qs. At Tahrim: 5)

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيئًاۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat…” (Qs. An Nisa: 36)

Oleh karena itu, kami mengajak kaum muslimin sekalian untuk meninggalkan semangat nasionalisme jahiliyyah dan beralih kepada semangat nasionalisme di dasari rasa cinta kepada Allah Ta’ala. Mari kita bersama membangun negeri kita ini dalam setiap aspek kehidupan, sehingga kaum muslimin kuat dan kokoh. Mari kita dukung program-program pemerintah yang sejalan dengan nilai-nilai Islami, dan mari unggulkan negeri kita ini dalam hal kebaikan dan ketaqwaan. Kemudian, ikatlah persaudaraan yang erat antara kaum muslimin dimana pun berada, selama ia mencintai Allah dan Rasul-Nya. Sungguh persaudaraan karena Allah itu sangat indah.

Mudah-mudahan Allah menjadikan negeri kita ini sebagai negeri yang diridhai-Nya. Semoga pada negeri ini diturunkan rahmah serta keberkahan Allah di dalamnya. Semoga Allah menjadikan penduduknya menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah serta bersatu-padu menjalin persaudaraan yang kuat dan kokoh karena-Nya. Wallahul musta’an.

http://kangaswad.wordpress.com/2009/11/18/ketika-dua-negeri-berseteru/

Asa dan Fakta Dalam Dakwah.

(Oleh : Abu Rumaisa + Addariny)

Dakwah, bertujuan untuk…

Mengajak bukan mengejek.

Mengajar bukan menghajar.

Membina bukan menghina.

Menasehati bukan menusuk hati.

Dakwah akan lancar, dengan…

Menabur kasih bukan menguburnya.

Menggalang kekuatan bukan menggulungnya.

Menerangi kebenaran bukan memeranginya.

Menjaga hak saudara bukan menjegalnya.

Dakwah, seharusnya bisa…

Membimbing bukan membimbangkan.

Memajukan bukan memojokkan.

Menganjurkan bukan menghancurkan.

Menyadarkan bukan menidurkan.

Dakwah akan lebih berkualitas, dengan…

Tabah hadapi cobaan bukan tambah minta pujian.

Sabar lewati rintangan bukan gusar hadapi tantangan.

Mewujudkan amalan nyata bukan mengumbar kata-kata.

Menuntun mad-uw bukan menonton mereka.

Dakwah terasa indah, bila untuk…

Meneladani bukan menelanjangi.

Saling memberi bukan saling mengiri.

Menyemangati bukan menyengat mati.

Mencipta rasa damai bukan membuat massa ramai.

Dakwah terasa manis, dengan…

Menebar senyum manis bukan mengumbar wajah sinis.

Berakhlak halus bukan berakal bulus.

Berniat tulus bukan berminat fulus.

Dakwah itu upaya, untuk…

Mempertahankan akidah bukan mempertuhankan kabilah.

Menghidupkan sunnah bukan meredupkannya dengan bid’ah.

Menjadikan orang patuh bukan membuatnya jatuh.

Membuat umat sembuh bukan menjadikannya kumat dan kambuh.

***

http://www.addariny.wordpress.com

Hitam Putih Facebook, Facebook Addict, “Mangan ora Mangan”, Facebook! (catatan hitam tentang facebook, waspadalah!!)

Ada mahasiswi asal Jambi yang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang, tak diketahui jejaknya, dan belakangan ketahuan kalo dia ada di suatu tempat bersama kekasihnya asal Brebes. Pertemuan mereka, via Facebook. Oya, nggak ketinggalan kasus 4 orang siswa yang dipecat dari sekolahnya gara-gara menghina salah seorang guru mereka. Nah, mereka melakukan penghinaan tersebut di Facebook. Waduh!

Bro en Sis, deretan fakta terbaru untuk saat ini tentang sisi negatif Facebook perlu menjadi perhatian kita semua. Jangan sampe kejadian tersebut juga menimpa kita. Ih, nggak banget deh! Fakta ini pun sekaligus meyakinkan kita semua bahwa teknologi, tetap saja memiliki sisi positif sekaligus negatif. Kita perlu waspada deh kalo kenyataannya kayak gini sih.Fenomena Facebook

Facebook memang fenomenal! Situs jejaring sosial bikinan Mark Zuckerberg ini digilai oleh lebih dari 350 juta manusia di seluruh dunia. Di sini setiap orang bisa berkomunikasi, bergaul, berinteraksi, bahkan bertransaksi bisnis. Facebook menjadi dunia sendiri. Dunia yang dihuni oleh ratusan juta orang yang memang senang berhubungan dengan sesamanya. Ini membuktikan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Fasilitas yang diberikan Facebook memang tak tanggung-tanggung. Selain daftarnya free alias gratis, juga di dalamnya terdapat fasilitas standar yang dibutuhkan manusia dalam berkomunikasi di dunia maya. Facebook sudah menanam beragam fitur yang oke punya (setidaknya sampai saat ini). Ada “note” ini untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran kita. Catat sepuasnya di sana. Jika belum puas bahwa catatan kita akan dibaca banyak orang, kita bisa bikin grup. Facebook menjembatani upaya merengkuh banyak orang melalui sebuah grup.

Masih ingat kan tentang dukungan Facebookers (sebutan untuk jamaah facebookiyah alias orang-orang yang bergaul di dalam komunitas Facebook) terhadap KPK, khususnya Bibit dan Chandra? Juga menggalang dukungan bagi Prita dan Balqis. Melalui grup ini, pembuatnya bisa mengundang banyak orang untuk bergabung. Disediakan juga “Wall” tempat menumpahkan segala pendapat. Member grup bisa mengeluarkan unek-uneknya di sini. Kalo mau kirim pesan juga bisa. Menyebarkan pesan berharga kepada sebanyak orang itu, dan dengan fasilitas yang gratis, tentu sangat menyenangkan. Kita hanya membayar pulsa telepon atau bayar di warnet, bisa juga nebeng dari fasilitas kantor.

Selain bikin “grup” dan “note”, pengelola Facebook juga memahami betul keinginan manusia untuk interaksi, maka fasilitas chat disediakan, pencarian teman yang unik yang dilacak berdasarkan nama perusahaan, asal sekolah, asal daerah, dan sejenisnya. Selama member yang bersangkutan meng-input data yang sebenarnya, maka biarkan mesin pintar Facebook mencarikannya untuk kamu. Saya sering mengalaminya. Tiba-tiba muncul “saran teman” dari Facebook di beranda akun kita. Beberapa kali mengamati nama-nama yang muncul memori saya mengingatkan masa lalu. Hehehe.. ada teman yang pernah ngilang sejak lulus SMP sekitar 20 tahun yang lalu, eh ketemu lagi. Ada yang loss contact sejak beberapa tahun lalu, tiba-tiba nongol dan nyapa minta di-confirm jadi teman. Wah, asik benar.

Oya, pengguna Facebook tahu betul fitur-fitur yang ada di dalamnya. Termasuk fasilitas “status” kita yang selalu ‘ditanya’ “apa yang anda pikirkan?” Lalu kita jawab semau kita. Ada yang ngocol, ada yang asal tulis, ada yang protes, ada yang maki-maki, pengeluh, tukang ngasih motivasi, ada yang jualan, dan sebagainya. Di situ setiap orang yang sudah tergabung dengan orang tersebut bisa tahu update statusnya dan bisa ngasih komentar. Paling banter kalo malas ngasih komen, cukup ngasih “jempol” dengan meng-klik “like/suka” terhadap status temannya tersebut. Tapi, di sini kudu ati-ati lho, karena siapa tahu kamu malah jadi ngikutin jejak Evan Brimob yang bikin heboh karena komentarnya yang emosional menyikapi kasus KPK vs Polri. Hehehe… yang aktif di Facebook pasti tahu deh kasus detilnya. Iya nggak?

Bro en Sis, inilah Facebook, salah satu situs jejaring sosial yang ngetren saat ini. Saya punya pengalaman tentang hal ini. Seorang tetangga paman saya di Bandung, minta dibikinkan akun facebook saat saya browsing internet pas berkunjung ke sana dalam suatu acara. Meski dengan pengetahuan seadanya, ia nekat minta dibikinkan akun facebook. Ya, gimana nggak bisa disebut seadaanya, wong istilah e-mail saja dia masih bingung. Sami mawon dengan cara buat e-mail, dia nggak tahu. Padahal, untuk bisa daftar ke facebook kudu punya e-mail. Akhirnya, ya dibuatkan dulu e-mailnya. Lucunya, alasan yang bersangkutan pengen punya akun facebook biar bisa gaul. Nggak kuper lah. Hehehe.. padahal usia udah menjelang pensiun, anaknya udah ada yang kuliah. Tragisnya, pake komputer aja masih gagap. Tapi, dia nggak putus asa, karena Facebook bisa diakses via ponsel. Waduh, benar-benar sudah tergoda Facebook. Prikitiw!

Lain waktu, teman saya cerita bahwa supir mobil odong-odong minta dibikinkan akun Facebook. Oya, istilah odong-odong ini untuk angkutan umum yang kendaraannya udah nggak ada surat-suratnya, operasinya di jalur khusus giliran dengan tukang ojek. Biasanya ke dalam komplek perumahaan yang jauh dari jalan raya. Teman saya yang jaga warnet itu sempat bingung, tapi kemudian supir mobil odong-odong itu bilang bahwa nanti pakenya di ponsel. Wedeh, gaul juga nih supir mobil odong-odong!

Dunia maya lebih menggoda?

Sejak kenal dunia maya, saya penasaran banget. Kenapa penasaran? Karena bisa berhubungan dengan banyak orang di ‘seberang’ sana hanya melalui komputer yang terhubung dengan modem dan perangkat lainnya yang dibutuhkan untuk menjalankan internet. Meski komunikasi lebih banyak via tulisan, tapi rasanya asik-asik aja. Pertama kali diajari chatting, langsung nyetel dan betah berlama-lama. Apalagi ketika sudah kenal e-mail, wuih, makin anteng aja dah di depan komputer. Punya e-mail seperti punya alamat kotak pos sendiri. Urusan komunikasi jarak jauh lebih lancar terjalin. Meski tentu saja nggak interaktif. Tapi tetap asik. Lebih keren lagi ketika era web 2.0 yang ditandai dengan munculnya blog, maka komunikasi di dunia maya jadi lebih dinamis dan lebih variatif. Bahkan melalui blog yang dimilikinya, seorang blogger bisa menyampaikan pendapatnya tanpa perlu kena sensor pihak lain. Kecuali kalo diketahui melanggar term of service yang dibuat situs penyedia blog gratis tersebut, maka situs itu bakalan dibekukan.

Bro en Sis, dunia maya itu ibarat pasar. Apa aja ada. Mau yang gratis, harga murah, dan juga harga mahal. Semua bisa diatur dan ada. Konten atau isi situs yang halal, yang subhat, bahkan yang haram tersedia di sana. Tergantung kita, apakah akan memilihnya atau tidak. Semua berdasarkan pilihan dan tentu saja ada konsekuensinya atas pilihan tersebut. Dunia maya sama seperti halnya dunia nyata, ada yang buruk dan ada yang baik. Ada yang tercela dan ada yang terpuji. Ada yang halal dan ada yang haram. Pornografi ada, judi ada, gosip bejibun, fitnah marak, motivasi kehidupan banyak, dan dakwah pun gencar. Kebaikan akan selalu berhadapan dengan keburukan. Kesalahan akan bertarung dengan kebenaran. Kelebihannya (sekaligus kekurangannya) di dunia maya, semua orang bisa jadi apa saja dan bisa jadi siapa saja. Phew!

Iya, karena meski di dunia nyata dan dunia maya bisa sama-sama berbohong, tapi di dunia maya kebohongan kita sulit dideteksi. Jika di dunia nyata orang tak mudah untuk mengelabui orang lain dengan penampilan beda jenis, tapi dunia maya hal itu bisa dilakukan. Kita hampir tidak pernah bisa melacak keberadaan seseorang apakah dia berjenis kelamin laki-laki atau wanita. Kita pun hampir tak pernah bisa mendeteksi apakah teman misterius itu baik atau jahat. Ya, di satu sisi, orang bisa ‘bersembunyi’ untuk menasihati orang lain, dan hal itu bisa menjadi kebaikan karena ingin ikhlas dalam beramal. Tapi di sisi lain, orang bisa ‘sembunyi’ untuk melakukan kemaksiatan, dan tentu bisa menjadi bahaya dan dosa bagi pelaku dan juga orang lain. Waspadalah!

Dunia maya memang lebih menggoda. Baik untuk hal yang bermanfaat maupun berbuat jahat. Sebenarnya sama dengan di dunia nyata. Orang bisa berbuat salah dan bisa berbuat baik. Namun, di dunia maya orang akan lebih ‘agresif’ karena halangan-halangan seperti minder, malu, segan, dan rasa inferior lainnya, bisa dikikis habis di balik topeng kepalsuan (jika mau). Percaya atau tidak, banyak yang sudah membuktikannya. Saya juga insya Allah banyak tahu bahwa ada orang yang lebih tampil percaya diri di dunia maya, padahal aslinya di dunia nyata dia orang yang agak minder. Well.. dunia maya memang lebih memberikan atmosfir rasa yang lain. Seringkali bisa ‘memanipulasi’ fakta yang sesungguhnya dan bisa juga menjadi pemicu orang untuk menunjukkan kemampuan terpendamnya (termasuk aksi jahatnya).

Namun demikian, dunia maya tetaplah dunia maya. Tak selamanya kita hidup di dunia tersebut. Emangnya kalo mau nikah bisa secara virtual? Hehe.. nanti anaknya virtual juga dong? Tetap saja kita akan lebih banyak berhubungan di dunia nyata. Meski dunia maya lebih menggoda, tapi waspadalah, kita tetap hidup bersama orang lain yang bisa saja mereka berbuat nggak benar kepada kita. So, sewajarnya sajalah. Jangan sampai lupa diri, lupa daratan, apalagi lupus alias lupa usia (umur udah bangkotan tapi kelakuan kayak bocah). Jangan juga mudah percaya sama orang yang belum kita kenal, apalagi awal mengenalnya via Facebook. Kalo diajak ketemuan, tolak saja. Nggak ada jaminan kan kalo dia bakalan baik sama kita? Terus, jangan memberikan informasi detil tentang diri kamu. Kita nggak tahu kan, kalo kita ternyata jadi sasaran kejahatan mereka? So, waspadalah![solihin: osolihin@gaulislam.com | http://osolihin.com%5D

gaulislam edisi 122/tahun ke-3 (8 Rabiul Awal 1431 H/22 Februari 2010)

================================================================================================

Facebook Addict

O. Solihin

Gila kerja, meskipun hal itu berdampak kepada bertambahnya pendapatan, tetap saja ada yang dikorbankan. Salah satunya, waktu berharga bersama keluarga. Gila belajar, meskipun ada manfaatnya, namun tetap saja ada yang diabaikan. Salah satunya, kita menjadi pribadi yang hanya fokus kepada belajar, belajar, dan belajar. Padahal, ada waktu yang juga kita alokasikan untuk istirahat, berhubungan dengan orang banyak dari berbagai kalangan. Gila belanja? Wah, itu berdampak tidak baik bagi diri kita, meskipun ada manfaat bagi para penjual produk karena produknya pasti laku kalo di dunia ini banyak orang yang gila belanja.

Ngomong-ngomong soal kecanduan, ternyata nggak cuma narkoba yang bisa bikin orang kecanduan. Seks bisa bikin orang kecanduan juga lho. Kalo itu dilakukan suami-istri sih nggak masalah. Yang jadi masalah adalah ketika dilakukan bukan mahrom. Kita prihatin dengan seks bebas yang kian marak dilakukan remaja dan orang dewasa yang lemah iman tapi kuat nafsunya. Obat-obatan tertentu pun bisa bikin orang ketagihan untuk terus mengkonsumsi. Ada ketagihan yang lain nggak? Hehehe.. ada. Ya, salah satunya ketagihan untuk online. Sebelum ada situs jejaring sosial bernama Facebook, orang sudah banyak menghabiskan waktu di depan komputer untuk chatting, untuk kumpul-kumpul di komunitas grup diskusi. Apalagi kalo udah berselancar nyari data. Bisa data yang bermanfaat, maupun data yang tidak bermanfaat. Situs porno pun jadi tempat mangkal netter yang ketagihan cerita dan gambar erotis. Belum lagi game online. Halah makin tekun deh tuh di depan komputer!

Maniak-online juga bisa membahayakan lho, meskipun ada manfaatnya. Ya, kalo seharian online, apa nggak bosen tuh? Facebook-an seharian apa nggak pegel? Kalo sampe kamu ngerasa kehilangan Facebook sehari aja, itu tandanya kamu sudah kecanduan. Uring-uringan kayak orang kebakaran kumis (bagi yang punya kumis tentunya), kalo yang nggak punya kumis, ya ibarat orang kebekaran bulu keteknya. Hihihi.. atau bisa juga ibarat yang punya pantat bisulan (apa hubungannya?). Ada, yakni nggak mau diem dan merasa paling menderita. Duduk nggak bisa, jalan pegel. Ngarang deh!

Bro en Sis, kalo sampe tiap hari kamu merasa kudu online terus di Facebook, waspadalah! Sebab, bisa jadi kamu mulai terkena gejala Facebook Addict alias kecanduan Facebook. Bawaannya liat hape pengennya langsung browsing dan yang terbayang di pikirannya logonya Facebook plus teman-teman dunia maya tempat ngumpul bareng secara virtual. Pengen tahu “status” terbaru teman-teman yang ada dalam list kita. Penasaran dengan apa yang dikerjakan mereka saat ini. Geregetan pengen nyapa, pengen cari informasi, pengen komentar, pengen ngasih “jempol” tanda suka dengan statusnya. Bener lho. Saya, pada awal-awal kenal Facebook, meski nggak sampe ‘gila’, tapi sering nongkrong di situs jejaring sosial. Cuma kalo saya tertantangnya pengen mengeksplorasi apa aja fitur dan fungsinya. Diulik (bukan diulek lho!) semua fitur yang ada. Satu per satu saya cobain dan praktikkan. Setelah merasa puas, barulah jarang buka-buka lagi. Toh, cuma “gitu-gitu” aja. Saya lebih memilih memfungsikan semaksimal mungkin fitur yang cocok untuk berbagi manfaat dengan teman lainnya. Kalo cuma update status mah hal yang gampang dan biasa. Hehehe.. bukan sok ya, tapi bagi saya nggak terlalu istimewa. Kecuali kalo update status isinya sensasional kayak yang pernah dilakukan Evan Brimob, baru dah tuh status jadi banyak dicari dan tentunya banyak dicaci-maki. Phew!

Yuk, kita kalkulasikan waktu yang kita korbankan untuk ngenet dan mangkal di Facebook dengan waktu kita di tempat lain yang lebih bermanfaat. Misalnya, dalam sehari kita nongkrong di Facebook minimal 5 jam, itu udah parah lho. Berarti dalam sebulan waktu yang habis untuk ‘bermesraan’ dengan situs jejaring sosial ini adalah (150 jam, yakni 30 hari dikali 5 jam). Silakan hitung sendiri jika dikonversi dengan duit yang kudu dikeluarkan untuk beli pulsa telepon. Juga yang terpenting, soal memanfaatkan waktunya itu lho. Waktu 5 jam itu kalo dibagi-bagi buat istirahat, belajar, dan bekerja bisa sangat berharga.

Oya, waktu yang dipake 5 jam sehari untuk Facebook-an itu, baik waktu 5 jam itu secara berturut-turut atau memanfaatkan waktu di sela-sela aktivitas lain, tetap aja ada waktu yang secara khusus dialokasikan untuk main-main di Facebook. Saya kok nggak merasa yakin kalo remaja yang mangkal di Facebook itu memanfaatkannya dengan kebaikan. Masih ragu gitu lho. Soalnya, yang saya tahu lebih banyak dipake sekadar “hiburan” dan “main-main” saja. Mungkin ada juga yang memanfaatkan untuk dakwah misalnya, tapi jumlahnya tak sebanyak yang dipake untuk main-main. Sori ya, bukan nuduh tapi emang ada faktanya.

So, waktu 5 jam sehari main Facebook aja udah kebanyakan, apalagi yang lebih dari 5 jam sehari online terus, bisa-bisa jadi manusia online deh. Itu namanya udah sampe taraf kecanduan lho. Ati-ati jangan sampe kamu terkena Facebook Addict. Pikirin lagi sebelum berbuat, dan yang pasti, kamu tinggal lebih banyak di dunia nyata. Bukan di dunia maya dan bukan cuma di Facebook. Ok? Dunia tak seluas “update status, news feed, atau note” di Facebook. Manfaatkan waktumu dengan cara yang benar dan sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupmu dan bekal di akhirat kelak. Akur ya? Harus! (ciee… saya kok jadi ngatur-ngatur gini?). Ngatur-ngatur? Kalo untuk kebaikan, kenapa nggak? Yes![]

http://www.gaulislam.com/facebook-addict

=====================================================

“Mangan ora Mangan”, Facebook!

gaulislam edisi 141/tahun ke-3 (23 Rajab 1431 H/ 5 Juli 2010)

Budayawan Umar Kayam pernah nulis buku, “Mangan ora Mangan Kumpul”. Ini memang diambil dari kultur masyarakat Jawa secara umum di masa lalu, bahwa makan tidak makan yang penting ngumpul. Artinya, dalam kondisi apapun, baik susah maupun senang tetap kumpul bersama keluarga. Makan itu simbol bahwa kita senang. Nggak makan perlambang kalo kita susah. Jadi, apapun kondisinya, sing penting ngumpul, rek!

Nah, kalo sekarang saya plesetkan jadi mangan ora mangan yang penting facebook! Hehehe… soalnya ngeliat fenomena yang ada, kok orang betah banget berintim-ria dengan facebook. Sehari nggak ketemu situs jejaring sosial ini perasaannya kok seperti nggak plong. Masih menyimpan penasaran. Meski praktiknya, sekadar ngecek status teman atau melihat apakah ada permintaan teman baru yang masuk ke akun facebook kita. Jika ada remaja yang tak bisa lepas dari facebook meskipun untuk itu dia nggak makan, berarti udah parah tingkat ketergantungannya kepada situs jejaring sosial ini.

Facebook emang bisa dijabanin kapan aja, situs itu nggak peduli orang yang mengunjungi dan bekumpul di komunitas yang difasilitasinya udah makan atau belum. Makan secara fisik dengan memasukkan makanan ke tubuh bisa jadi akan tahan beberapa saat, tapi yang tak bisa dilakukan orang yang terkena facebook addict itu adalah tahan dari tidak berinteraksi dengan sesamanya di dunia maya. Agar bisa tetap berinteraksi dengan teman-temannya di dunia tersebut, dia akan ambil jatah uang makannya untuk beli pulsa telepon agar bisa ngenet terus. Atau setidaknya nongkrong di warnet. Waduh!

Bro en Sis, karena facebook juga bisa diakses via ponsel, maka akan lebih banyak lagi pengguna yang kecanduan situs jejaring sosial bikinan Mark Zuckerberg ini. Nggak perlu pake komputer. Maka, kita saksikan ada tukang bakso keliling yang asik main facebook. Meski doi nggak punya komputer, online bisa tetap jalan asal punya ponsel, Bro. Ya, lagian kalo pun punya komputer pasti bakalan ribet karena harus dibawa keliling sambil jualan bakso. Tukang bakso aja tetap bisa online di facebook dengan fasilitas layanan GPRS atau 3G yang tertanam di ponsel yang dimilikinya. Hebat bener facebook, bisa mengubah cara pandang orang tentang makna pertemanan dan eksistensi diri meskipun di dunia maya.

Banyak sudah komentar dan sindiran kepada orang-orang yang “facebook addict” bertebaran di dunia maya seperti di blog dan website. Gambar-gambar yang dihadirkan lucu-lucu. Ada foto tengkorak lagi ngetik pake notebook, terus yang muncul di layar notebooknya adalah logo facebook. Foto menarik lainnya ada yang posenya orang yang sedang berhubungan seksual di balik selimut. Yang muncul di situ, ada satu tangan yang keluar dari balik selimut yang menggambarkan sedang menekan tombol enter di laptop yang berlogo facebook. Tentu, meski mungkin dalam kenyataannya di lapangan sulit dibuktikan faktanya bahwa ada yang sampai seperti itu, tapi bisa kita rasakan. Bahwa banyak orang yang tidak bisa lepas dari facebook. Mereka rela menahan lapar dan haus asalkan tetap bisa online di facebook. Waduh, jangan-jangan di bulan Ramadhan nanti banyak orang ngabuburit dengan nongkrong di facebook nih?

Facebook emang fenomenal dan mengasikkan, tapi kalo sampe kita nggak makan gara-gara facebook itu kebangetan. Bahwa facebook bisa juga ada manfaatnya memang iya, tapi kan nggak mesti berbuat konyol dan punya prinsip: mangan ora mangan, yang penting facebook. Ah, itu lebih dari kebangetan, yakni: Sungguh terlalu! (backsound: tunjukkan dengan ekspresi Bang Rhoma ya!) Hehehe..

Facebook Addict

Gila kerja, meskipun hal itu berdampak kepada bertambahnya pendapatan, tetap saja ada yang dikorbankan. Salah satunya, waktu berharga bersama keluarga. Gila belajar, meskipun ada manfaatnya, namun tetap saja ada yang diabaikan. Salah satunya, kita menjadi pribadi yang hanya fokus kepada belajar, belajar, dan belajar. Gila bola, akan menjadikan orang rela menjadi suporter fanatik sebuah klub atau timnas yang berlaga di piala dunia, misalnya. Mereka yang gila bola, rela memasang atribut timnas tertentu, memiliki koasnya, bahkan di Polman (Polewali Mandar) ada seorang pria tewas tersengat aliran listrik saat hendak memasang bambu basah—karena bambu tersebut mengenai kabel listrik bertegangan tinggi—untuk mengibarkan bendera timnas Belanda sesat setelah tim negeri kincir angin itu meremukkan Brasil di perempat final Piala Dunia 2010 lalu. Halah!

Bro en Sis, gila kerja memang ada manfaatnya, gila belajar juga tak sedikit manfaatnya. Namun bukan berarti harus terus begitu sepanjang waktu. Selain kudu menghemat tenaga untuk bisa istirahat, juga agar kita tak selalu fokus ke satu masalah. Sebab, ada waktu yang juga kita alokasikan untuk istirahat, berhubungan dengan orang banyak dari berbagai kalangan. Ssst.. kalo gila belanja gimana? Wah, itu berdampak tidak baik bagi diri kita, meskipun ada manfaat bagi para penjual produk karena produknya pasti laku kalo di dunia ini banyak orang yang gila belanja.

Ngomong-ngomong soal kecanduan, ternyata nggak cuma narkoba yang bisa bikin orang kecanduan. Seks bisa bikin orang kecanduan juga lho. Kalo itu dilakukan suami-istri sih nggak masalah. Yang jadi masalah adalah ketika dilakukan oleh mereka yang bukan mahrom. Kita prihatin dengan seks bebas yang kian marak dilakukan remaja dan orang dewasa yang lemah iman tapi kuat nafsunya (setidaknya kalo itu diukur dan dilihat dari PNDK alias Penulusuran Nafsu Dan Kekuatan, hehehe). Obat-obatan tertentu pun bisa bikin orang ketagihan untuk terus mengkonsumsi.

Ada ketagihan yang lain nggak? Hehehe.. ada. Ya, salah satunya ketagihan untuk online. Sebelum ada situs jejaring sosial bernama Facebook, orang sudah banyak menghabiskan waktu di depan komputer untuk chatting, untuk kumpul-kumpul di komunitas grup diskusi. Apalagi kalo udah berselancar nyari data. Bisa data yang bermanfaat, maupun data yang tidak bermanfaat. Situs porno pun jadi tempat mangkal netter yang ketagihan cerita dan gambar erotis. Belum lagi game online. Halah makin tekun deh tuh di depan komputer!

Maniak-online juga bisa membahayakan lho, meskipun ada manfaatnya. Ya, kalo seharian online, apa nggak bosen tuh? Facebook-an seharian apa nggak pegel? Kalo sampe kamu ngerasa kehilangan facebook sehari aja, itu tandanya kamu sudah kecanduan. Uring-uringan kayak orang kebakaran kumis (bagi yang punya kumis tentunya), kalo yang nggak punya kumis, ya ibarat orang kebekaran bulu keteknya. Hihihi..

Bro en Sis, kalo sampe tiap hari kamu merasa kudu online terus di facebook, waspadalah! Sebab, bisa jadi kamu mulai terkena gejala “Facebook Addict” alias kecanduan facebook. Bawaannya liat hape pengennya langsung browsing dan yang terbayang di pikirannya logonya facebook plus teman-teman dunia maya tempat ngumpul bareng secara virtual. Pengen tahu “status” terbaru teman-teman yang ada dalam list kita. Penasaran dengan apa yang dikerjakan mereka saat ini. Geregetan pengen nyapa, pengen cari informasi, pengen komentar, pengen ngasih “jempol” tanda suka dengan statusnya. Bener lho.

Saya, pada awal-awal kenal facebook, meski nggak sampe ‘gila’, tapi sering nongkrong di situs jejaring sosial. Cuma kalo saya tertantangnya pengen mengeksplorasi apa aja fitur dan fungsinya. Diulik (bukan diulek lho!) semua fitur yang ada. Satu per satu saya cobain dan praktikkan. Setelah merasa puas, barulah jarang buka-buka lagi. Toh, cuma “gitu-gitu” aja. Saya lebih memilih memfungsikan semaksimal mungkin fitur yang cocok untuk berbagi manfaat dengan teman lainnya. Untuk update status juga perlu dipilih isinya lho. Jangan sampe cuma nyampah aja. Tapi pastikan yang bermanfaat bagi teman kita yang baca. Misalnya tentang motivasi, kutipan hadis atau ayat al-Quran, bisa juga info kegiatan positif dan sejenisnya yang memang bermanfat.

Waktu yang terbuang

Yuk, kita kalkulasikan waktu yang kita korbankan untuk ngenet dan mangkal di facebook dengan waktu kita di tempat lain yang lebih bermanfaat. Misalnya, dalam sehari kita nongkrong di facebook minimal 5 jam, itu udah parah lho. Berarti dalam sebulan waktu yang habis untuk ‘bermesraan’ dengan situs jejaring sosial ini adalah (150 jam, yakni 30 hari dikali 5 jam). Silakan hitung sendiri jika dikonversi dengan duit yang kudu dikeluarkan untuk beli pulsa telepon. Juga yang terpenting, soal memanfaatkan waktunya itu lho. Waktu 5 jam itu kalo dibagi-bagi buat istirahat, belajar, dan bekerja bisa sangat berharga.

Oya, waktu yang dipake 5 jam sehari untuk facebook-an itu, baik waktu 5 jam itu secara berturut-turut atau memanfaatkan waktu di sela-sela aktivitas lain, tetap aja ada waktu yang secara khusus dialokasikan untuk main-main di facebook. Saya kok nggak merasa yakin kalo remaja yang mangkal di facebook itu memanfaatkannya dengan kebaikan. Masih ragu gitu lho. Soalnya, yang saya tahu lebih banyak dipake sekadar “hiburan” dan “main-main” saja. Mungkin ada juga yang memanfaatkan untuk dakwah misalnya, tapi jumlahnya tak sebanyak yang dipake untuk main-main. Sori ya, bukan nuduh tapi emang ada faktanya. Kalo kamu baca artikel ini nggak ngerasa sampe facebook addict, ya jangan tersinggung. Namanya juga nggak ngelakuin ya jangan ngaku. Heheh.. anggap aja dalam contoh ini adalah teman kamu. Ok?

So, waktu 5 jam sehari main facebook aja udah kebanyakan, apalagi yang lebih dari 5 jam sehari online terus, bisa-bisa jadi manusia online deh. Itu namanya udah sampe taraf kecanduan lho. Ati-ati jangan sampe kamu terkena “Facebook Addict”. Pikirin lagi sebelum berbuat, dan yang pasti, kamu tinggal lebih banyak di dunia nyata. Bukan di dunia maya dan bukan cuma di facebook. Ok? Dunia tak seluas “update status, news feed, atau note” di facebook. Manfaatkan waktumu dengan cara yang benar dan sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupmu dan bekal di akhirat kelak. Akur ya? Harus! (ciee… saya kok jadi ngatur-ngatur gini?). Ngatur-ngatur? Kalo untuk kebaikan, kenapa nggak? Yes!

Manfaatkan waktu

Waktu yang kita miliki bisa jadi amat luang dan lapang, namun adakalanya kita nggak bisa memanfaatkan untuk hal-hal yang benar dan baik. Jasiem M. Badr dalam buku Efisiensi Waktu dalam Islam memberikan alternatif cara mengefisienkan waktu: Pertama, pergerakan (kegiatan) terarah. Untuk mencapainya, seseorang kudu memprogram dan menggariskan tujuan geraknya. Dan pastikan bahwa tujuan dari setiap gerak itu nggak boleh lepas dari haluan Allah. Misalnya untuk dakwah, untuk beramal shalih lainnya, untuk ibdah, bekerja dan semua yang bermanfaat dan bernilai ibadah.

Kedua, bergaul dengan masyarakat. Ini juga penting, sebab waktu kita jadi lebih bermanfaat, apalagi kalo kita adalah pengemban dakwah, tanpa bergaul dengan masyarakat, alamat aktivitas kita nggak ada apa-apanya. Jadikan masyarakat itu sebagai lahan dakwah kita. Jadi gaul dong. Jangan hanya gaul dalam urusan yang nggak bener doang. Meskipun di faceboo kita juga dakwah, tapi jangan sampe dakwahnya hanya di dunia maya aja. Ok?

Ketiga, suka membantu orang lain. Keberadaan orang lain di sekitar kita jangan dianggap sebagai bilangan doang, tapi juga kudu diperhitungkan. Kalo mereka membutuhkan uluran kita, ya kita kudu peduli. Sabda Rasulullah saw.: “Barangsiapa yang melapangkan suatu kesulitan di dunia bagi seorang mukmin, maka Allah pasti akan melapangkan baginya suatu kesulitan di hari Kiamat.” (HR Muslim)

Keempat, menjalani lima perkara yang disukai para sahabat, yakni selalu bergabung dengan orang-orang shaleh yang aktif, mengikuti sunnah Rasul saw., memakmurkan masjid, baca al-Quran, dan jihad fii sabilillah.

Kelima, membaca. Kata Imam Ahmad: “Kebutuhan manusia terhadap ilmu penge­tahuan itu porsinya lebih besar daripada kebutuhan makan dan minum. Kebutuhan makan dan minum dalam sehari bisa dihitung, tapi mencari ilmu adalah sebanyak tarikan napas kita. Ilmu akan menerangi jalan hidup kita.”

Jadi jangan sampe kita nyesel seumur-umur akibat kita menzalimi diri sendiri. Sebab, kita nggak bakalan diberi kesempatan ulang untuk berbuat baik atau bertobat, bila kita udah meninggalkan dunia ini. Firman Allah Swt. (yang artinya): “Maka pada hari itu tidak bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang zalim permintaan uzur mereka, dan tidak pula mereka diberi kesempatan bertaubat lagi.” (QS ar-Rûm [30]: 57)

So, jangan sampe hidup kita hanya diisi dengan kegiatan yang nggak ada manfaatnya. Apalagi karena kehidupan akhirat kita hanya membutuhkan bekal sebanyak mungkin amal shalih. Bukan amal salah. Yuk, mulai sekarang tinggalkan segala aktivitas yang merugikan kita. Meski mungkin tampaknya aktivitas itu bakalan nguntungin menurut penilaian kita; popularitas, harta, kesenangan dan sebagainya. Tapi kalo itu maksiat kepada Allah, nggak ada artinya kan? Kalo aktif di facebook gimana? Manfaatkan seperlunya saja (khususnya untuk dakwah). Jangan berlebihan dan jangan sampe kecanduan mengaktifkan facebook untuk hal-hal yang miskin manfaat, apalagi maksiat. Setuju kan? [solihin: osolihin@gaulislam.com]

“Mangan ora Mangan”, Facebook!

=========================================

Manfaatkan Waktu Hidupmu

gaulislam edisi 134/tahun ke-3 (3 Jumadits Tsaaniy 1431 H/ 17 Mei 2010)

Kawan-kawan gaulislam yang gue cintai! (jiaah masih aja sempet-sempet ngegombal? Wataw!!) Terus baca ya! To the point aja, kalian suka perhatiin kondisi anak muda zaman sekarang kan? (termasuk kalian juga—dan gue tentunya, hehe..) Coba deh cek en observasi di daerah terdekat. Hitung seberapa banyak anak muda yang aktif di pengajian? Jarang kita temui anak muda yang kritis terhadap agamanya. Waduh, kalo begini terus gimana bisa berdakwah? Huft!

Gue denger juga ada yang nyeletuk “Duh nggak usah repot-repot peduli sama gue, yang penting gue nggak nyusahin orang lain kok!” Malah pernah ada cewek yang ditanya: “Kenapa kamu nggak pake kerudung. Padahal kan kamu tahu perempuan seumur kamu wajib menutupi aurat?” Eh, dia bilang: “Aku nggak munafik kayak cewek-cewek yang pake kerudung itu. Padahal hatinya busuk. Aku sih ada apanya, eh apa adanya sesuai dengan kata hati. Nantilah kalo udah tobat baru pake..Slow ajah ah mumpung masih muda hehe..”. Halah… amit-amit gue!

Bro end Sis! Perempuan berkerudung belum tentu hatinya juga ‘berkerudung’ alias alim. Tapi kalo terus-terusan ngikutin kata hati dan hawa nafsu dijamin nggak bakalan ada usaha untuk jadi lebih baik. Gue belum jadi orang tua aja udah pusing duluan kalau-kalau nanti punya anak tantangan untuk mendidiknya pasti berat cuy. Hwach nggak kebayang! Sistem kapitalisme udah bener-bener meracuni anak bangsa! “Asal hati senang urusan yang lain what ever lah!” Musibah deh…

Bekal buat akhirat

Sobat muda muslim, jelas kita nggak dilarang buat ngejar urusan duniawi tapi kita juga wajib menomor satukan masalah akhirat. Yup, kita wajib nabung pahala. Beramal sholeh di dunia buat di akhirat kelak. Mumpung masih muda isi kegiatan sehari-hari dengan hal-hal yang positif dan syar’i, betul?

Oya, di luar kegiatan sekolah pasti kamu punya banyak agenda. Mulai dari kursus atau ikutan bimbingan belajar, les musrik, ech musik, latihan band, olah raga dll. Kegiatan tersebut sah-sah aja dilakukan selama ngikut tuntunan syariat Islam dan nggak nyita waktu, plus bermanfaat untuk masa depan kalian (buset, banyak amat syaratnya).

Tentu bukan kegiatan miskin manfaat macam pulang sekolah terus nongkrong seharian di warung atau di depan gedung bioskop ngobrol ini itu pura-pura nunggu film dimulai. Padahal nggak nonton sama sekali. Hehe pengalaman gue ini. Hus-hus yang ini jangan dicontoh!

Jangan sampe pula kamu seharian di depan komputer en mantengin situs jejaring sosial macam facebook. Terus update statusnya yang tulisannya pake bahasa plat nomer alias nulis kata-kata dicampur pake angka. Huhu, bikin orang lain pusing bacanya. Oya, nggak baik juyga kalo sampe terus-terusan main game online. Facebook-an nggak ada salahnya tergantung kita memanfaatinnya. Contoh yang baik nih ya kalian update status dengan nasihat-nasihat yang berguna atau tulis terjemahan ayat al-Quran atau hadist untuk saling mengingatkan dalam kebaikan keren dah pastinya. Ok?

Memanfaatkan waktu

Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu.” (QS adz-Dzariyat [51]: 56)

Pernah nggak membandingkan waktu kegiatan untuk hal duniawi dengan waktu buat akhirat? Lebih banyak mana hayo? Contohnya nih, kita melaksanakan sholat fardu rata-rata butuh waktu hanya 5-10 menit. Itu juga kadang suka males-malesan apalagi sholat subuh. Terus tinggal dikurangin 24 jam (jumlah waktu dalam sehari). Nah sisanya kita ngapain aja—selain tidur dan sekolah?

Sudah semestinya (ciee.. gue jadi tua gini), kita yang masih muda harus mengisi kehidupan ini dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Betul? Jangan punya prinsip “mumpung masih muda seneng-seneng aja dulu, tobatnya belakanganlah kalau sudah tua”. Waduh, emangnya kamu tahu kapan datang ajalmu?

Bukan nggak boleh senang-senang dalam hidup. Silakan aja. Tentu dengan tujuan rekrasi atau me-refresh pikiran dan tetap dalam koridor syariat Islam. Ok?

Bro en Sis pembaca setia gaulislam, kita wajib memanfaatkan waktu hidup kita dengan amalan-amalan sholeh agar tidak menyesal dan merugi nantinya. Sesuai dengan firman Allah Swt. (yang artinya): “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS al-Ashr [103]: 1-3)

Terus, bagaimana caranya supaya waktu kita bisa bermanfaat dan ngak sia-sia? Nih sedikit advice yang bisa kalian lakukan. Pertama, mulailah setiap pagi dengan berdzikir kepada Allah, niatkan semua hal yang akan kita lakukan semata hanya untuk beribadah kepadaNya. Bukan untuk yang lain.

Kedua, jadwalkan semua kegiatan kita pada hari ini dengan jelas. Begitu ada waktu luang, segera isi dengan kegiatan bermanfaat, contohnya membaca buku, menkhatamkan al-Quran, membaca kitab, baca gaulislam (ehm..), dan lain sebagainya. Ketiga, manfaatkan dengan baik waktu yang memiliki keistimewaan, misalnya pada sepertiga malam kamu bisa bangun dan melaksankan sholat malam.

Ngaji aja!

Bro and Sis, meskipun sudah diniatkan untuk mengisi waktu kita dengan hal-hal yang berguna, tapi kalo nggak konsisten kadang kita terlena dengan urusan duniawi. Iya kan? Kita mudah tergoda, suka ikut-ikutan tren—meskipun trennya yang nggak bener—karena hanya pengen diakui dalam komunitas kita biar dicap gaul. Huh cape dech! Kalau begini terus kita bakalan jadi budak kapitalis, generasi pengekor kayak kerbau yang diiket idungnya supaya mau ikut kemana-kamana. (No my way dech!) Saatnya sadar dan memikirkan kehidupan kita.

BTW, ada nggak cara buat mem-protect kita dari serangan “racun dunia” sistem en budaya Barat? Well, salah satu jalannya kita wajib ngaji atau mengkaji serta aktif dalam pengajian. Ikut aja acara-acara kajian keislaman, kumpul bareng temen yang sholeh atau yang lebih paham agama. Bisa juga kita bentuk kelompok kajian Islam. Adakan pertemuan rutin sembari ngobrol bebas masalah agama, mengkaji materi keislaman yang memang kita butuhin seperti fikih, akidah, muamalah, akhlak, dakwah, syariah, dan juga khilafah. Hwach pasti seru bro!

“Bosen dan Jenuh”? Halah, itu dua kata yang pertama kali muncul di benak gue ketika diajak caplin (bukan nama sebenarnya) ikutan ngaji. Pasti ini godaan setan! Tapi setelah terjun langsung ke TKP alias ke tempat pengajian ternyata setan itu pendusta sejati! Hehe.. gue enjoy di pengajian, karena bahasannya nyantai gue bisa sharing apa aja. Ngobrolin masalah ini itu dari a ampe z, mulai dari masalah pacaran dalam Islam gue tanyain, prikitiw! Sampai masalah ideologi dan sebagainya. Yang lebih serunya lagi kadang kita ngaji di tempat terbuka atau tempat rekreasi, asikk dah! Ilmu dapat, pikiran jadi tenang perut juga kenyang khwkhwk (jadi inget waktu ngajinya abis mancing deh). Hwaaah asiknya!

Boys and gals, pokoknya buat acara pengajian senyaman mungkin dan tetap semangat aktif di pengajian serta sebagai bekal berdakwah atau menyampaikan kebaikan kepada teman yang lainnya. Rasulullah saw. Bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari a-Quran dan mengajarkannya” (HR Bukhari)

So, kamu-kamu mulai deh dari sekarang ikutan ngaji, mengkaji Islam secara kaffah atau menyeluruh, bersosialisasi dengan agama kita sendiri, satu-satunya agama yang di ridhoi Allah Swt. Dijamin bakalan lebih enteng hadapi hidup! Menjadikan kita lebih berideologi dan bangga karena punya prinsip hidup, ketimbang cuma ikuat-ikutan biar dianggap gaul. Dengan ngaji juga kita terhindar dari dosa-dosa, terjaga dari maksiat, juga punya temen yang bisa saling mengingatkan kalau kita berbuat salah dan pastinya berguna untuk dunia dan akhirat.Jangan lupa sebagai anak pengajian, sikap dan perilaku kita wajib dijaga, agar terlihat ciri khas seorang muslim sejati. Oke?

Oke deh, tetap semangat. Jangan putus dalam memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang positif dan sesuai syariat Islam. Semoga kita selalu ingat bahwa semua hal dicatat oleh Allah Swt., baik yang besar maupun yang kecil. Bijaksanalah dengan apa-apa yang dimudahkan oleh Allah. Yuk, manfaatkanlah waktu yang ada dengan kegiatan bermanfaat buat hidup kita. Jangan tertipu hawa nafsu. Siap? Yup, sampai jumpa di acara [klinik] gaulislam yang membedah buletin ini setiap pekannya. Masih inget kan semboyan khasnya: “Ngak Ngaji Ngak Trendy!” [samsi: saidansam.wordpress.com]

Manfaatkan Waktu Hidupmu

=========================================================================

Nggak Virgin Nggak Ok!

gaulislam edisi 148/tahun ke-3 (13 Ramadhan 1431 H/ 23 Agustus 2010)

Sori Bro, di bulan puasa gini ane kudu nulis masalah virginitas. Sekali lagi harap dipersori ya. Soalnya ente kan juga puasa. Khawatir kalo bahas ginian jadi langsung ngerumpi deh ama temen-temen ente ngomongin soal ini, ujung-ujungnya bukan buka bersama tapi batal puasa bersama. Padahal kan kalo puasa kata temen ane nih, kudu ngomongin atau bahas seputar puasa dong. Tapi ane sih berpikirnya sederhana aja. Nggak ada larangan kok kalo kita bahas tema selain puasa meski lagi bulan Ramadhan. Iya nggak sih? Sebab, yang penting isinya ngajak kepada kebaikan, ada pesan takwanya, ada pesan sponsor dari Islam sebagai ideologi kita. Ok? Sip deh.

Tulisan di buletin gaulislam edisi ini sengaja ane pilih dengan tema virginitas. Sebabnya, sekarang banyak remaja putri yang lemah iman dan pergaulannya naudzubillah udah menganggap bahwa virginitas bukanlah hal penting. Ada sayup-sayup terdengar sampai ke meja redaksi nih, bahwa banyak remaja putri (di Bandung khususnya) yang berprinsip: “Virgin nggak ok!” Waduh, berarti itu artinya ngeledekin yang masih virgin dong ya. Makin bermasalah karena yang ngomongin adalah remaja putri yang masih duduk di bangku SMA. Naudzubillah banget deh. Wajar kalo sekarang angka aborsi meningkat, karena pergaulan bebasnya juga makin marak. Nggak heran kalo kehamilan tak diinginkan kian sering terdengar beritanya, karena banyak remaja putri yang gampangan diajak berzina. Jangan kaget kalo “keong racun’ berkeliaran karena “tokek racun”-nya juga gampang dicari. Hehehe.. sori bukan ane latah ikutan trennya si Jojo ama Sinta, tapi nih fakta emang bikin miris, Bro en Sis. Ente semua pada paham deh kayaknya.

Sobat muda muslim, mengapa banyak remaja yang tak lagi menghargai dan merasa harus peduli dengan kehormatannya? Hmm.. susah juga ane menjawab nih. Tetapi sejauh yang ane terawang, nih masalahnya ada pada banyak faktor, baik faktor internal anaknya itu sendiri, juga faktor eksternal dari keluarga, lingkungan dan pergaulannya secara umum. Problem besar dan berat, Bro. Tak semudah menggulingkan traktor.

Jaman ane sekolah dulu (duluuuu banget), sebelum internet marak dan stasiun televisi jumlahnya bejibun seperti saat ini, fakta bahwa ada pergaulan bebas sampe seks bebas sudah ada lho. Meski tak semarak sekarang. Jujur aja ane kaget baru-baru ini saat ngisi ekskul [menuliskreatif] di sebuah sekolah dasar, peserta ekskul yang cowok—tentu masih bau kencur alias belum baligh—malah lancar nyeritain kasus video mesum bin porno selebritis (nih anak sering nonton infotainment kali ye?). Seorang siswa lainnya malah dengan sangat atraktif menceritakan praktik pacaran—konon dia menceritakan itu kisah teman-temannya . Hmm.. masih SD gitu, lho. Astaghifrullah aladhim.

Bro en Sis, kasus anak SD yang nyerocos soal berita video porno dan soal pacaran itu ketika mereka ane minta menceritakan kisah apa saja yang pernah dialami atau yang berkesan dimana nantinya kisah-kisah itu bisa dijadikan sebagai bahan tulisan. Di luar dugaan mereka ternyata melahap juga informasi yang berkaitan dengan info-info yang betebaran di media massa. Waduh, berarti tugas orang tua makin berat aja nih, terutama untuk melindungi anak-anaknya agar tidak terkontaminasi dari virus liberalisme saat ini. Khususnya dari informasi yang tak layak dikonsumsinya. Sebab, gimanapun juga, hal itu akan mempengaruhi kepribadian mereka.

Internet ‘memicu’ maraknya gaul bebas

Teknologi informasi sebenarnya nggak salah-salah amat. Sebab, yang salah adalah yang menggunakannya untuk penyimpangan. Adanya internet memang bagai pisau bermata dua: untuk menunjang kebaikan, juga bisa sekaligus menjadi jalan keburukan. Bahkan sangat boleh jadi efeknya lebih dahsyat.

Teknologi internet ini juga bukan berarti steril dari informasi asusila. Apalagi kebebasan berinternet di banyak negara memang nggak dibatasi. Itu sebabnya, informasi macam pornografi juga hadir di internet. Bahkan pornografi di internet lebih parah lagi. Karena bebas diakses dan privasinya lumayan terjaga. Bisa diam di kamar, nyalakan komputer langsung konek ke internet. Bisa juga pergi ke warnet. Bisa dikunjungi kapan saja. Tentu selama servernya nggak ngadat. Meski jaraknya jauh sekalipun. Itu sebabnya, internet ini ibarat kampung besar. Situsnya ada di Amerika, tapi bisa diakses dari Bogor. Mudah, cepat, murah pula. Gambarnya bisa di-download, isi ceritanya bisa di-save. Nah lho.

Sori ye, ini bukan ngajarin atau ngasih tahu supaya melakukan kunjungan ke situs “begituan”. Sekadar ngasih info bahwa kalo berburu informasi yang bermanfaat sama cara kerjanya dengan berburu informasi sampah. Cara kerja sama, isinya yang beda. Pilihan tentu ada di tanganmu. Lengkap dengan konsekuensinya dong, Iya nggak? Cuma masalahnya, apa pantas kita sebagai Muslim jadi pelanggan tetap situs porno?

Maraknya situs porno, tentu menjadi tambang uang bagi pengusaha yang menginvestasikan duitnya di bisnis situs porno itu. Untuk pengelola situs porno yang serius, mereka memang jual-beli. Entah gambar atau video porno dari internet. Pengguna internet tentu kudu bayar.

Yup, kini teknologi itu dalam genggaman. Ponsel kini bukan sekadar untuk SMS-an dan nelepon doang, tapi sudah bisa untuk internetan. Bisa nyari teman di dunia maya melalui situs jejaring sosial, misalnya. Tentu hal ini berpeluang memberikan efek samping yang negatif.

Kalo dulu orang harus susah payah ngintip dengan mata langsung ke kamar mandi untuk melihat orang yang sedang mandi demi memuaskan nafsu seksnya, kini kamera pengintai bisa mempermudah. Bahkan saking canggihnya ponsel berkamera dan mampu merekam, kita malah bereksperimen dengan benda itu untuk membuat klip video. Termasuk video porno sekali pun. Celaka lagi jika kemudian ditransfer ke komputer via bluetooth atau kabel USB, dan selanjutnya klip porno itu, atau foto pose syuur itu, akan berseliweran di dunia maya dan bisa diakses oleh banyak orang.

Oke, nafsu mesum memang nggak berubah. Sejak dulu udah ada. Tapi kini sarana untuk mengekspresikannya udah sedemikian canggih, sehingga sangat membahayakan. Jelas, ini udah mengubah gaya hidup kita.

Sobat, tentu saja nggak semua hasil perkembangan teknologi ini buruk. Banyak juga beragam kebaikan yang bisa dicapai dan diraih berkat teknologi informasi lengkap dengan perubahan gaya hidupnya. Seperti misalnya memanfaatkan teknologi ponsel dan internet untuk berdakwah. Jelas hal itu udah mampu merevolusi cara kita berkomunikasi dalam meyampaikan dakwah dan mengubah gaya hidup kita dalam menikmati teknologi komunikasi tersebut untuk kebaikan. Tapi anehnya, mengapa lebih banyak orang bereksperimen menggunakan teknologi ini untuk hal yang buruk dan maksiat? Ah, di sinilah perlunya faktor keimanan dan akidah Islam yang kuat. Iya nggak, Bro? Yup, emang kudu kuat menahan godaan yang nyaris setiap hari kita dapatkan.

Jangan dekati zina

Allah Swt. menegaskan pengharamannya dalam firmanNya (yang artinya): “Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina kecuali orang-orang yang bertaubat …” (QS al-Furqan [25]: 68-70)

Sobat, dalam kamus virgin itu bermakna keperawanan. Artinya, tak pernah melakukan seks. Dalam Encarta Dictionary Tools misalnya, virgin diartikan sebagai: somebody, especially a woman, who has never had sexual intercourse.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perawan adalah: belum pernah bersetubuh dengan laki-laki; masih murni (tt anak perempuan). (KBBI, 2003, hlm. 855)

Boys and gals, dari pengertian menurut kamus tersebut, tentunya kita harus berhati-hati dengan kelamin kita. Nggak boleh diobral dan dijajal or diujicoba sebelum waktunya, yakni sebelum menikah. Pemuasan hawa nafsu melalui kelamin masing-masing hanya halal setelah adanya pernikahan di antara kalian. Kalo belum terikat pernikahan? Itu namanya perzinaan. Dosa besar. lho.

Dalam sebagian jalan (riwayat) hadits Samurah bin Jundab yang disebutkan di dalam Shahih Bukhari, bahwa Nabi saw. bersabda: “Semalam aku bermimpi didatangi dua orang. Lalu keduanya membawaku keluar, maka aku pun pergi bersama mereka, hingga tiba di sebuah bangunan yang menyerupai tungku api, bagian atas sempit dan bagian bawahnya luas. Di bawahnya dinyalakan api. Di dalam tungku itu ada orang-orang (yang terdiri dari) laki-laki dan wanita yang telanjang. Jika api dinyalakan, maka mereka naik ke atas hingga hampir mereka keluar. Jika api dipadamkan, mereka kembali masuk ke dalam tungku. Aku bertanya: ‘Siapakah mereka itu?’ Keduanya menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang berzina.” Ih, naudzubillahi min dzalik.

So, sebenarnya yang nggak ok tuh yang nggak virgin. Islam sangat menghargai kehidupan manusia. Maka, dalam kehidupan cowok-cewek ada aturannya yang jelas dan ketat. Kalo sekarang ada sebagian remaja putri yang terjun bebas mengobral keperawanannya (dan tentu saja dalam waktu yang bersamaan anak cowok udah ngobral keperjakaannya), ini udah musibah besar, Bro. Jangan sampe terjadi lebih banyak lagi yang seperti itu. Jangan punya prinsip kepalang basah sehinga teriak: “virgin nggak ok!”. Tapi sebaliknya hrus berani bilang: “nggak virgin nggak ok!” Sip deh! [solihin: osolihin@gaulislam.com]

=====================================

Ngapain Sih Kudu Dugem?

edisi 081/tahun ke-2 (16 Jumadil Awal 1430 H/11 Mei 2009)

Kamu tahu kan istilah dugem? Hehehe.. bukan dunia gembel atau duduk gembira, tapi ini akronim dari dunia gemerlap. Lho, memangnya ada ya dunia yang suram? Ah, kamu pura-pura nggak tahu deh. Ya, iyalah, kalo ada siang berarti ada malam, kalo ada cowok, berarti pasangannya cewek, kalo ada hujan berhadapannya dengan kemarau. Begitupun dengan dunia gemerlap, berarti berlawanan dengan dunia suram.

Kalo dunia gemerlap orang sepakat menyebut dunia yang penuh hura-hura, suka-suka, seneng-seneng, dan serba mudah dengan apa yang kita pengen, maka dunia suram adalah dunia yang udah bisa hidup aja untung, sehari bisa makan pun sudah alhamdulillah, pengen hiburan cukup nonton tivi tetangga atau di pos ronda, mau selimut cukup sarung kumal, mau rokok juga joinan ama temen, mau minum kopi segelas bertiga. Ya, orang sepakat “menggelari” kehidupan seperti ini dengan madesu alias masa depan suram atau dusur alias dunia suram. Lawannya tentu saja dugem, dunia gemerlap.

Bro en Sis, istilah dugem tuh sebenarnya digunakan buat ajang suka-suka, hura-hura, hamburin banyak duit. Pesertanya nggak perlu juga orang kaya, adakalanya peserta dugem adalah mereka yang dari segi ekonomi pas-pasan atau bahkan kurang mampu. Tapi ketolong sama temennya yang tajir dan seneng gaul, akhirnya jadi deh ikutan ditraktir biar bisa dugem bersama. Bagi mereka biar tekor asal nyohor. Halah, cemen banget niatnya ya?

Tapi umumnya sih mereka yang suka dugem emang dasarnya udah tajir dari segi ekonomi. Nggak kesulitan kalo soal makan. Justru yang model gini hanya kesulitan untuk nyari tempat makan yang pas dan enak menurut selera mereka. Banyak orang Jakarta makan siangnya di Bogor atau di Bandung demi mencari kepuasan selera makan. Maklumlah, jarak Jakarta-Bogor kalo lewat tol dan memacu kendaraannya rata-rata 100 km per jam nggak nyampe setengah jam udah nyampe. Tentu aja nyarinya juga yang dekat ke gerbang tol. Kalo di Bogor udah disediain tuh tempat mangkal yang pas di sepanjang Jalan Pajajaran. Kalo ke Bandung? Bukan halangan juga, wong lewat Cipularang cuma 2 jam perjalanan. Kadang nggak nyampe kalo memacu kendaraannya dengan gaya Felipe Massa. Oya, tentu yang bisa gituan pastinya para eksekutif muda atau sejenisnya. Bukan eksekusut muda hehehe…

Okelah, itu kan ngomongin para eksekutif muda yang duitnya kayak ngambil dari pohon. Kalo remaja ada nggak yang suka dugem? Ada aja. Buktinya caf?-caf? tertentu ramai pengunjungya. Ada juga anak muda seumuran kamu yang di SMA atau paling banter anak kuliahan. Maklumlah, pelajar dan mahasiswa juga manusia, punya keinginan untuk suka-suka, senang-senang, hura-hura dan jaga gengsi dengan nongkrong di tempat makan atau tempat gaul yang bikin gengsi melambung. Kalo cuma makan di tempat nasi uduk biasa atau bubur ayam yang dijual keliling pake gerobak dan kita ngetem ama temen-temen di pos ronda itu sih kebangetan karena bikin nilai gengsi kita melorot.

Sobat muda muslim, bukan soal jajanan, makanan, atau tempat nongkrong yang enak dibuat dugem, tapi dugem bisa juga soal dandanan dan gadget yang bisa nunjukkin diri ke orang-orang bahwa, “gue anak gaul, gue biasa dugem, lihat dong pakaian dan gadget gue”. Gitu kira-kira.

Maka, di tengah kemajuan jaman saat ini, kita bisa memoles penampilan diri, bisa menjual diri kita di hadapan orang lain. Lihatlah, sarana informasi untuk itu udah banyak, kamu bisa gabung di situs jejaring sosial, bikin blog yang udah disediain secara gratis, bikin website, aktif di komunitas dunia maya, aktif di klub pencinta motor modif, penggemar sepeda tua, penggemar mobil tua, dan banyak ragamnya yang lain. Kamu bisa nunjukkin eksistensi kamu di sana. Ya, selama kegiatanya bermanfaat dan tidak melanggar hukum syara silakan saja.

Cuma emang nggak berhenti di situ. Namanya juga ajang kumpul-kumpul bareng teman, apalagi satu sama lain saling pamer apa yang dimilikinya, bukan tak mungkin kalo akhirnya jadi berubah sebagai ajang lomba nunjukkin eksistensi diri yang berlebihan. Jangankan di komunitas yang masih umum sekadar menyalurkan hobi, di komunitas anak ngaji aja adakalanya pamer ilmu pengetahuan dan kualitas akhlak. Selama untuk saling memotivasi diri, nggak ada salahnya. Tapi mohon maaf aja ya, kita masih khawatir kalo akhirnya terjerumus ke dalam riya’ atau malah kebablasan jadi pamer harta demi identitas diri agar bisa eksis di komunitas gaul kita. Bukan tak mungkin kalo akhirnya dugem juga deh.

So, bagi kita, barangkali punya HP aja udah seneng bukan kepalang. Dengan begitu, komunikasi jadi lancar. Apalagi kalo kita orangnya mobile banget. Cocok. Tapi nggak bagi teman-teman kita yang ngakunya remaja dugem. Bagi mereka, fungsi saja nggak cukup. Selain bisa dipake ngobrol ngalor-ngidul, HP kudu gaul dan menghibur. Coba aja, hampir tiap bulan produk teknologi komunikasi ini perkembangannya melompat-lompat. Kita-kita mah nggak bisa ngikutin deh. Maksudnya, nggak tahan. Baru liat model yang menurut kita udah hebat, eh, bulan berikutnya udah ganti lagi dengan fitur-fiturnya yang mengoda. Jadi nggak beli-beli deh. Selain bingung milih, duitnya kagak ada, Mas. Idih?

Bisa kebayangkan, kalo tiap bulan muncul produk HP baru, itu makin bikin remaja dugem tergoda pengen gonta-ganti ponsel hingga akhirnya kudu bolak-balik ke warteg (baca: warung telepon genggam). Begitulah gaya mereka. Hmm.. apa nggak boros tuh?

Dugem juga ada klasifikasinya

Dugem alias dunia gemerlap adalah gaya hidup yang menuntut serba keren, cool, trendi dan mewah. Para pegiat dugem ini berusaha abis-abisan untuk tampil prima, khususnya di depan orang lain. Mulai dari bacaan, makanan, busana, tontonan sampai tongkrongan. Kalo bacaan biasanya majalah-majalah yang banyak memuat soal mode, gosip artis en tips bergaul dengan sesama dugemer (aktivis dugem). Ini penting, soalnya kalau seorang remaja dugem ketinggalan berita maka bakalan terlempar dari arena pergaulan para dugemer. Biasanya, yang diobrolin seputar tempat nongkrong yang baru en asyik punya (nggak termasuk WC umum, lho), gosip artis, film bioskop macam ‘Terminator Salvation’ versi teranyar dari ‘Terminator’ atau film sekuelnya The Da Vinci Code, ‘Angels and Demons’, kalau olahraga pastinya sepak bola – apalagi menjelang Final Liga Champion Eropa yang mempertemukan Manchester United, tim dengan pertahanan terkokoh sepanjang musim ini dengan Barcelona, tim dengan strategi menyerang dan tersubur musim ini–, NBA atau balapan F1 dan MotoGP. Canggihan dikit mereka bicara soal internet atau handphone keluaran paling anyar. Ngobrolnya bisa di rumah temen yang kagak bikin boring atawa bete, atau kalau lagi tajir bisa juga di caf?. Kalau di masjid kayaknya sih nggak deh, mungkin takut kualat. Hahaha…

Aha.. saya jadi inget tulisan saya jaman dulu di Majalah PERMATA, di situ saya tulis bahwa remaja dugem juga kenal klasifikasi alias pembagian golongan. Setidaknya itu yang disurvei oleh Surindo, satu badan survey nasional. Sekurangnya ada delapan segmen psikografis remaja di perkotaan, yang masing-masing mereka diberi nama (1) Remaja funky (15%), Remaja Be-Te (11,7%), Remaja Asal (8,6%), Remaja Plin-Plan (22,7%), Remaja Boring (16,8%), Remaja Ngirit (14,8%), dan Remaja Cool (10,3%). Nah, lho banyak amat klasifikasinya ya?

Dalam surveinya Surindo menyebutkan kalau sebagian segmen ini kelihatan memberi harapan. Ada kelompok remaja yang sangat berhati-hati dalam berbelanja, tak mudah tertipu, mencari informasi sebelum membeli, terencana kritis, punya rasa percaya diri, dan punya perhatian terhadap masalah-masalah sosial. Tapi, sebagian lagi terlihat cemas, ragu-ragu, tak konsisten, tak punya rencana masa depan, bahkan tak percaya orang lain sehingga tak membuka diri atau berorganisasi. Wajar kalau dalam berbelanja mereka sering tertipu (ini tipikal remaja bete).

Bahkan ada yang percaya dirinya rendah, tapi gengsinya tinggi sekali (Remaja Asal). Ada lagi yang plin-plan, pas lagi ngetren lagunya Wali terbaru, “Cari Jodoh” ikut beli kasetnya (kalo nggak kebeli ya download gratisan di internet atau copy MP3 dari komputer teman), Korn bikin lagu baru eh ikutan nembang Blind biar kelihatan gaul. Eh, Ridho Rhoma dan Sonet 2 Band ngetop dengan Menunggu, ikutan juga goyang sambil nyanyi: “Derita?hidup?yang?kualami/ Duhai?pahit?sekali/ Pada?siapa?aku?berbagi/ Kalau?bukan?padamu/ Datanglah,?kedatanganmu?kutunggu/ Telah?lama,?telah?lama?’ku?menunggu”. Dasar plin-plan!

Nah, kamu masuk klasifikasi yang mana? Moga-moga masuk kelompok yang kesembilan alias golongan RRI, Remaja Rajin Ibadah atau golongan Botak alias Bocah Takwa (hehehe..maksain banget nggak sih?)

Bikin kantong bolong

Apa sih bahayanya dugem? Yang jelas biaya hidup untuk jadi remaja dugem itu nggak kecil. Sebaliknya, justru dengan maraknya gaya hidup dugem ini, udah berapa juta uang melayang percuam. Ujungnya memang menciptakan remaja-remaja borju. Menciptakan rasa persaingan di antara mereka dengan persaingan yang nggak pada tempatnya. Iya dong. Sebab, mereka berlomba dalam dunia gemerlap. Apa nggak puas dengan apa yang dimiliki selama ini? Sehingga kudu berlomba ngadain pesta ultah di diskotik, di hotel berbintang. Atau sekadar gonta-ganti HP dengan yang highend biar bisa main facebook-an dari ponsel, bawa mobil keluaran terbaru. Hmm… itu semua harus ditukar dengan uang. Bukan daun. Sekali lagi uang. Bener-bener bikin kantong bolong deh.

Bisa kamu bayangkan, jika untuk tampil dugem, seorang remaja kudu mengeluarkan uang rata-rata 300 ribu perak seminggu. Sebulan udah 1,2 jute rupiah tuh duit menyublim untuk dugem. Kira-kira, berapa penghasilan ortunya? Atau kalo nggak punya, udah ngutang berapa tuh sama temennya? Duh, sayang banget uang segitu banyaknya cuma dipake untuk hura-hura. Coba kalo diinfakkan ke masjid atau shadaqah ke fakir miskin, udah jelas pahalanya.

Bro en Sis, fenomena ini bikin miris kita. Terus terang aja kita prihatin dan merasa kasihan sama teman-teman kita yang udah terlanjur jadi aktivis dugem. Kita khawatir, kalo nanti ada banyak remaja yang perutnya udah nggak bisa lagi menerima makanan murah, karena kebanyakan diisi makanan mahal baik produk lokal maupun produk bule, apalagi yang masih belum jelas halal-haramnya. Gawat!

So, nyata banget dugem emang bikin kantong bolong. Yup, dugem telah menciptakan remaja-remaja yang boros dan nggak menghargai rizki yang selama ini diberikan kepadanya dari Allah Swt. Kasihan banget ya?

Bikin keras hati

Kebanyakan main bareng teman yang sok gengsi dan doyan hura-hura hamburin duit, kudu hati-hati. Bisa-bisa kita jadi ikutan gaya hidupnya. Namanya juga gengsi yang diprioritaskan, nggak heran dong kalo yang dilihat selalu masalah gaya, alias penampilan. Dan untuk itu, uang yang bicara dong. Uang dan uang. Ujungnya, kita bisa jadi nggak peduli sama tetangga kanan-kiri. Tetangga sebelah kanan kita menjerit kelaparan, kita asyik dengan makanan mahal dan doyan nonton konser musik yang karcisnya untuk sekali masuk bisa mencapai harga 100 mangkuk bakso (kalo satu mangkuk bakso harganya Rp 5000, udah ketahuan berapa tuh harga karcis). Hmm… itu hanya untuk memenuhi nafsu dugem kamu aja.

Itu artinya kamu udah punya hati sekeras batu. Kamu nggak gampang terenyuh dengan penderitaan teman or tetangga kamu. Kamu masih bisa tertawa di atas penderitaan orang lain. Minimal, cuek. Sikap kayak gitu pun udah jelek banget. Iya nggak sih?

Sobat muda muslim, terus terang kita nggak abis pikir. Coba aja bayangin, waktu tanggul Situ Gintung jebol, itu kan pas lagi rame-ramenya kampanye parpol menjelang pemilu dan konser-konser musik banyak digelar, serta film-film terbaru di bioskop jadi inceran. Coba deh, warga Situ Gintung yang kena ‘tsunami kecil’ nunggu antrian untuk ditolong, eh, sebagian yang lain, dari kita-kita ini, malah rebutan dan rela antri hanya untuk dapetin karcis bioskop 21 atau tiket konser dan ikutan pesta kampanye parpol.

Apakah rasa peduli kita udah pudar ditelan jaman? Apa iya kita tega menyaksikan saudara-saudara kita yang lagi menderita? Rasanya, jauh di lubuk hati kita yang paling dalam, mungkin masih tersisa setitik perasaan iba kita. Namun perasaan itu nyaris tak bisa terdeteksi, karena kalah dengan gaya hidup dugem yang emang udah nguasai dirimu. Padahal, dalam se uah riwayat dari Hudzaifah Bin Yaman r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang tidak ihtimam (peduli) terhadap urusan umat Islam, maka bukan golongan mereka.”(HR at-Tabrani)

Dalam hadis lain, Rasulullah saw. bersabda (yang artinya), “Perumpamaan orang-orang beriman dalam kecintaan, kasih-sayang dan ikatan emosional ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggotanya sakit, mengakibatkan seluruh anggota tidak dapat istirahat dan sakit panas.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Ternyata, gegar budaya yang sala satunya muncul ‘tradisi’ dugem, bikin kita jadi cuek dengan sesama, dan doyan hura-hura. Udah gitu, karakter budaya populer yang memang bergerak begitu cepat, sangat cepatnya, sampai-sampai tanpa sadar kita diminta dengan ikhlas (baca:dipaksa) tunduk dengan logic of capital, logika proses produksi di mana hal-hal yang dangkal dan cepat ditangkap yang cepat laku. Anthony Giddens menyebutnya sebagai dunia yang sedang berlari dan semua yang selalu berlari satu trek lebih tinggi memang tidak memiliki kesempatan untuk renungan-renungan yang mendalam. Yang penting dalam dunia ini adalah menjual dan membeli. Nah, lho.

Nah, teman-teman. Apakah kita mau mengorbankan hati nurani, keimanan dan ukhuwah kita hanya untuk mengikuti gaya hidup yang gemerlap tanpa juntrungan, apalagi melanggar syariat? Sayang banget hidup ini hanya disia-siakan. [solihin: osolihin@gaulislam.com]

Ngapain Sih Kudu Dugem?

Ritual Tahlilan Menurut Kitab NU (1)

Ritual Tahlilan Menurut Kitab NU (1)

Tahlilan yang dimaksudkan di sini bukanlah tahlilan menurut tinjauan Bahasa Arab. Dalam Bahasa Arab, makna tahlilan adalah mengucapkan laa ilaaha illallaah. Yang dimaksud dengan ritual tahlilan di sini adalah peringatan kematian yang dilakukan pada hari ke-3, 7, 40, 100 atau 1000

Berikut ini kutipan dari kitab Hasyiyah I’anah al Thalibin, suatu buku yang terkenal dalam kalangan NU untuk belajar fikih syafi’i pada level menengah atau lanjutan.

ويكره لاهل الميت الجلوس للتعزية، وصنع طعام يجمعون الناس عليه،

“Makruh hukumnya keluarga dari yang meninggal dunia duduk untuk menerima orang yang hendak menyampaikan belasungkawa. Demikian pula makruh hukumnya keluarga mayit membuat makanan lalu manusia berkumpul untuk menikmatinya.

لما روى أحمد عن جرير بن عبد الله البجلي، قال: كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصنعهم الطعام بعد دفنه من النياحة،

Dalilnya adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Jarir bin Abdillah al Bajali-seorang sahabat Nabi-, “Kami menilai berkumpulnya banyak orang di rumah keluarga mayit, demikian pula aktivitas keluarga mayit membuatkan makanan setelah jenazah dimakamkan adalah bagian dari niyahah atau meratapi jenazah”.

ويستحب لجيران أهل الميت – ولو أجانب – ومعارفهم – وإن لم يكونوا جيرانا – وأقاربه الاباعد – وإن كانوا بغير بلد الميت – أن يصنعوا لاهله طعاما يكفيهم يوما وليلة، وأن يلحوا عليهم في الاكل.

Dianjurkan bagi para tetangga-meski bukan mahram dengan jenazah, kawan dari keluarga mayit-meski bukan berstatus sebagai tetangga-dan kerabat jauh dari mayit-meski mereka berdomisili di lain daerah-untuk membuatkan makanan yang mencukupi bagi keluarga mayit selama sehari semalam semenjak meninggalnya mayit. Hendaknya keluarga mayit agak dipaksa untuk mau menikmati makanan yang telah dibuatkan untuk mereka.

ويحرم صنعه للنائحة، لانه إعانة على معصية.

Haram hukumnya menyediakan makanan untuk wanita yang meratapi mayit karena tindakan ini merupakan dukungan terhadap kemaksiatan

وقد اطلعت على سؤال رفع لمفاتي مكة المشرفة فيما يفعله أهل الميت من الطعام وجواب منهم لذلك.

Aku- yaitu penulis kitab Hasyiyah I’anah al Thalibin- telah membaca sebuah pertanyaan yang diajukan kepada para mufti di Mekkah mengenai makanan yang dibuat oleh keluarga mayit dan jawaban mereka untuk pertanyaan tersebut.

(وصورتهما).

Berikut ini teks pertanyaan dan jawabannya.

ما قول المفاتي الكرام بالبلد الحرام دام نفعهم للانام مدى الايام، في العرف الخاص في بلدة لمن بها من الاشخاص أن الشخص إذا انتقل إلى دار الجزاء، وحضر معارفه وجيرانه العزاء، جرى العرف بأنهم ينتظرون الطعام، ومن غلبة الحياء على أهل الميت يتكلفون التكلف التام، ويهيئون لهم أطعمة عديدة، ويحضرونها لهم بالمشقة الشديدة.

Pertanyaan, “Apa yang dikatakan oleh para mufti yang mulia di tanah haram –moga ilmu mereka manfaat untuk banyak orang sepanjang zaman– tentang tradisi yang ada di suatu daerah. Tradisi ini hanya dilakukan oleh beberapa orang di daerah tersebut. Tradisi tersebut adalah jika ada seorang yang meninggal dunia lantas datanglah kawan-kawan mayit dan tetangganya untuk menyampaikan belasungkawa maka para kawan mayit dan tetangga ini menunggu-nunggu adanya makanan yang disuguhkan. Karena sangat malu maka keluarga mayit sangat memaksakan diri untuk menyiapkan beragam jenis makanan lalu menyuguhkannya kepada para tamu meski dalam kondisi yang sangat kerepotan.

فهل لو أراد رئيس الحكام – بما له من الرفق بالرعية، والشفقة على الاهالي – بمنع هذه القضية بالكلية ليعودوا إلى التمسك بالسنة السنية، المأثورة عن خير البرية وإلى عليه ربه صلاة وسلاما، حيث قال: اصنعوا لآل جعفر طعاما يثاب على هذا المنع المذكور ؟ أفيدوا بالجواب بما هو منقول ومسطور.

Seandainya penguasa di daerah tersebut –karena belas kasihan dengan rakyat dan sayang dengan keluarga mayit– melarang keras perbuatan di atas agar rakyatnya kembali berpegang teguh dengan sunah sebaik-baik makhluk yang pernah bersabda, “Buatkan makanan untuk keluarga Ja’far”. Apakah penguasa tersebut akan mendapatkan pahala karena melarang kebiasaan di atas? Berilah kami jawaban secara tertulis”.

(الحمد لله وحده) وصلى الله وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه والسالكين نهجهم بعده.
اللهم أسألك الهداية للصواب.

Jawaban, “Segala puji hanyalah milik Allah. Semoga Allah senantiasa menyanjung junjungan kita, Muhammad, keluarga, sahabat dan semua orang yang meniti jalan mereka. Aku meminta petunjuk untuk memberikan jawaban yang benar kepada Allah.

نعم، ما يفعله الناس من الاجتماع عند أهل الميت وصنع الطعام، من البدع المنكرة التي يثاب على منعها والي الامر، ثبت الله به قواعد الدين وأيد به الاسلام والمسلمين.

Betul, acara kumpul-kumpul di rumah duka dan kegiatan membuat makanan yang dilakukan oleh banyak orang adalah salah satu bentuk bid’ah munkarah. Sehingga penguasa yang melarang kebiasaan tersebut akan mendapatkan pahala karenanya. Semoga Allah meneguhkan kaidah-kaidah agama dan menguatkan Islam dan muslimin dengan sebab beliau.

قال العلامة أحمد بن حجر في (تحفة المحتاج لشرح المنهاج): ويسن لجيران أهله – أي الميت – تهيئة طعام يشبعهم يومهم وليلتهم،

al-’Allamah Ahmad bin Hajar dalam Tuhfah al Muhtaj li Syarh al Minhaj mengatakan, “Dianjurkan bagi para tetangga keluarga mayit untuk menyiapkan makanan yang cukup untuk mengenyangkan keluarga mayit selama sehari dan semalam

للخبر الصحيح اصنعوا لآل جعفر طعاما فقد جاءهم ما يشغلهم.

Dalilnya adalah sebuah hadits yang sahih, “Buatkan makanan untuk keluarga Ja’far karena telah datang kepada mereka duka yang menyibukkan mereka –dari menyiapkan makanan–”

ويلح عليهم في الاكل ندبا، لانهم قد يتركونه حياء، أو لفرط جزع.

Dianjurkan hukumnya keluarga mayit untuk agak dipaksa agar mau menikmati makanan yang telah disiapkan untuk mereka karena boleh jadi mereka tidak mau makan karena malu atau sangat sedih.

ويحرم تهيئه للنائحات لانه إعانة على معصية،

Haram hukumnya menyediakan makanan untuk wanita yang meratapi mayit karena tindakan ini merupakan dukungan terhadap kemaksiatan

وما اعتيد من جعل أهل الميت طعاما ليدعوا الناس إليه، بدعة مكروهة – كإجابتهم لذلك،

Kebiasaan sebagian orang berupa keluarga mayit membuat makanan lalu mengundang para tetangga untuk menikmatinya adalah bid’ah makruhah. Demikian pula mendatangi undangan tersebut termasuk bid’ah makruhah.

لما صح عن جرير رضي الله عنه: كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصنعهم الطعام بعد دفنه من النياحة.

Dalilnya adalah sebuah riwayat yang sahih dari Jarir, “Kami menilai berkumpulnya banyak orang di rumah keluarga mayit, demikian pula aktivitas keluarga mayit membuatkan makanan setelah jenazah dimakamkan adalah bagian dari niyahah atau meratapi jenazah”.

ووجه عده من النياحة ما فيه من شدة الاهتمام بأمر الحزن.

Alasan logika yang menunjukkan bahwa hal tersebut termasuk niyahah adalah karena perbuatan tersebut menunjukkan perhatian ekstra terhadap hal yang menyedihkan

ومن ثم كره اجتماع أهل الميت ليقصدوا بالعزاء، بل ينبغي أن ينصرفوا في حوائجهم، فمن صادفهم عزاهم.اه.

Oeh karena itu, makruh hukumnya keluarga mayit berkumpul supaya orang-orang datang menyampaikan bela sungkawa. Sepatutnya keluarga mayit sibuk dengan keperluan mereka masing-masing lantas siapa saja yang kebetulan bertemu dengan mereka menyampaikan bela sungkawa.” Sekian penjelasan dari penulis Tuhfah al Muhtaj.

وفي حاشية العلامة الجمل على شرح المنهج: ومن البدع المنكرة والمكروه فعلها: ما يفعله الناس من الوحشة والجمع والاربعين، بل كل ذلك حرام إن كان من مال محجور، أو من ميت عليه دين، أو يترتب عليه ضرر، أو نحو ذلك.اه.

Dalam Hasyiyah al Jamal untuk kitab Syarh al Manhaj disebutkan, “Termasuk bid’ah munkarah dan makruhah adalah perbuatan banyak orang yang mengungkapkan rasa sedih lalu mengumpulkan banyak orang pada hari ke-40 kematian mayit. Bahkan semua itu hukumnya haram jika acara tersebut dibiayai menggunakan harta anak yatim atau mayit meninggal dunia dalam keadaan meninggalkan hutang atau menimbulkan keburukan dan semisalnya.” Sekian dari Hasyiyah al Jamal.

وقد قال رسول الله (صلى الله عليه و سلم ) لبلال بن الحرث رضي الله عنه: يا بلال من أحيا سنة من سنتي قد أميتت من بعدي، كان له من الاجر مثل من عمل بها، لا ينقص من أجورهم شيئا.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Bilal bin al Harts, “Wahai Bilal, siapa saja yang menghidupkan salah satu sunahku yang telah mati sepeninggalku maka baginya pahala semisal dengan pahala semua orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka.

ومن ابتدع بدعة ضلالة لا يرضاها الله ورسوله، كان عليه مثل من عمل بها، لا ينقص من أوزارهم شيئا.

Sebaliknya siapa saja yang membuat bid’ah yang sesat yang tidak diridhai oleh Allah dan rasul-Nya maka dia akan menanggung dosa semisal dosa semua orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”.

وقال (صلى الله عليه و سلم ): إن هذا الخير خزائن، لتلك الخزائن مفاتيح، فطوبى لعبد جعله الله مفتاحا للخير، مغلاقا للشر.وويل لعبد جعله الله مفتاحا للشر، مغلاقا للخير.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kebaikan itu bagaikan simpanan. Simpanan tersebut memiliki kunci. Sungguh beruntung seorang hamba yang dijadikan oleh Allah sebagai kunci pembuka kebaikan dan penutup kejelekan. Celakalah seorang hamba yang dijadikan oleh Allah sebagai kunci pembuka kejelekan dan kunci penutup kebaikan”.

ولا شك أن منع الناس من هذه البدعة المنكرة فيه إحياء للسنة، وإماته للبدعة، وفتح لكثير من أبواب الخير، وغلق لكثير من أبواب الشر، فإن الناس يتكلفون تكلفا كثيرا، يؤدي إلى أن يكون ذلك الصنع محرما. والله سبحانه وتعالى أعلم.

Tidaklah diragukan bahwa melarang masyarakat dari bid’ah munkarah di atas berarti menghidupkan sunah dan mematikan bid’ah, membuka berbagai pintu kebaikan dan menutup berbagai pintu keburukan. Banyak orang yang terlalu memaksakan diri untuk melakukan acara di atas sehingga menyebabkan perbuatan tersebut statusnya adalah perbuatan yang haram”.

كتبه المرتجي من ربه الغفران: أحمد بن زيني دحلان – مفتي الشافعية بمكة المحمية – غفر الله له، ولوالديه، ومشايخه، والمسلمين.

Demikianlah fatwa tertulis yang ditulis oleh Ahmad bin Zaini Dahan, mufti Syafi’i di Mekkah. Moga Allah mengampuninya, kedua orang tuanya, para gurunya dan seluruh kaum muslimin.

(الحمد لله) من ممد الكون أستمد التوفيق والعون.

Segala puji hanyalah milik Allah. Kepada zat yang memberi nikmat untuk seluruh makhluk aku-mufti Hanafi-memohon taufik dan pertolongan-Nya.

نعم، يثاب والي الامر – ضاعف الله له الاجر، وأيده بتأييده – على منعهم عن تلك الامور التي هي من البدع المستقبحة عند الجمهور.

Betul, penguasa tersebut- moga Allah berikan kepadanya pahala yang berlipat ganda dan moga Allah selalu menolongnya- akan mendapatkan pahala dengan melarang masyarakat melakukan acara tersebut yang berstatus sebagai bid’ah yang jelek menurut mayoritas ulama.

قال في (رد المحتار تحت قول الدر المختار) ما نصه: قال في الفتح: ويستحب لجيران أهل الميت، والاقرباء الاباعد، تهيئة طعام لهم يشبعهم يومهم وليلتهم، لقوله (صلى الله عليه و سلم ): اصنعوا لآل جعفر طعاما فقد جاءهم ما يشغلهم.حسنه الترمذي، وصححه الحاكم.

Penulis kitab Radd al Muhtar yang merupakan penjelasan untuk kitab al Durr al Mukhtar mengatakan sebagai berikut, “Dalam kitab al Fath disebutkan, dianjurkan bagi para tetangga keluarga mayit dan kerabat jauh mayit untuk menyiapkan makanan yang cukup untuk mengenyangkan mereka selama sehari dan semalam mengingat sabda Nabi, “Buatkan makanan untuk keluarga Ja’far karena telah datang kepada mereka duka yang menyibukkan mereka-dari menyiapkan makanan-”. Hadits ini dinilai hasan oleh Tirmidzi dan dinilai sahih oleh al Hakim.

ولانه بر ومعروف،

Menyediakan makanan untuk keluarga mayit adalah kebaikan.

ويلح عليهم في الاكل، لان الحزن يمنعهم من ذلك، فيضعفون حينئذ.

Hendaknya keluarga mayit agak dipaksa untuk menikmati makanan yang disediakan untuk mereka karena kesedihan menghalangi mereka untuk berselera makan sehingga mereka malas untuk makan”.

وقال أيضا: ويكره الضيافة من الطعام من أهل الميت، لانه شرع في السرور، وهي بدعة.

Penulis Radd al Muhtar juga mengatakan, “Makruh hukumnya bagi keluarga mayit untuk menyajikan makanan karena menyajikan makanan itu disyaratkan ketika kondisi berbahagia. Sehingga perbuatan keluarga mayit menyajikan makanan adalah bid’ah.

روى الامام أحمد وابن ماجه بإسناد صحيح، عن جرير بن عبد الله، قال: كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصنعهم الطعام من النياحة.اه.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah dengan sanad yang sahih dari Jari bin Abdillah mengatakan, “Kami menilai berkumpulnya banyak orang di rumah keluarga mayit, demikian pula aktivitas keluarga mayit membuatkan makanan adalah bagian dari niyahah atau meratapi jenazah”. Sekian penjelasan penulis kitab Radd al Muhtar-kitab fikih mazhab Hanafi-.

وفي البزاز: ويكره اتخاذ الطعام في اليوم الاول والثالث وبعد الاسبوع، ونقل الطعام إلى القبر في المواسم إلخ.

Dalam kitab al Bazzaz disebutkan, “Makruh hukumnya membuat makanan pada hari pertama, ketiga dan ketujuh setelah kematian. Demikian pula, makruh hukumnya membawa makanan ke kuburan di berbagai kesempatan dst”.

وتمامه فيه، فمن شاء فليراجع. والله سبحانه وتعالى أعلم.

Penjelasan detailnya ada di kitab tersebut. Siapa saja yang ingin penjelasan lengkap silahkan membaca sendiri buku tersebut. Wallahu a’lam.

كتبه خادم الشريعة والمنهاج: عبد الرحمن بن عبد الله سراج، الحنفي، مفتي مكة المكرمة – كان الله لهما حامدا مصليا مسلما.

Demikianlah fatwa tertulis yang disampaikan oleh pelayan syariat dan minhaj Islam, Abdurrahman bin Abdillah Siraj al Hanafi, mufti Mekkah seraya memuji Allah, dan mengucapkan salawat dan salam untuk rasul-Nya.

وقد أجاب بنظير هذين الجوابين مفتي السادة المالكية، ومفتي السادة الحنابلة.

Fatwa yang sama juga disampaikan oleh mufti Maliki dan mufti Hanbali”.

Sumber: Hasyiyah I’anah al Thalibin karya Sayid Bakri bin Dimyati al Mishri juz 2 hal 145-146 terbitan al Haramain Singapura.

Catatan:
Bandingkan penjelasan di atas dengan praktek saudara-saudara kita, jamaah NU yang hanya mengenal NU secara kultural bukan secara ajaran sebagaimana yang tercatat dalam kitab-kitab NU standar.

Perlu diketahui bahwa Zaini Dahlan adalah ulama syafi’iyyah di zamannya yang sangat benci dan sangat memusuhi apa yang didakwahkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam masalah tauhid. Meski demikian beliau keras dengan masalah tahlilan. Beliau menilai acara tahlilan sebagai bid’ah munkarah alias bid’ah yang harus diberantas atau diingkari. Beliau tidak menilai ritual tahlilan sebagai ajaran Wahabi yang sangat beliau musuhi. Sehingga anggapan bahwa anti tahlilan hanyalah pemahaman Wahabi adalah anggapan yang sangat dipaksakan dan terlalu mengada-ada.

Zaini Dahan ternyata tidak menolerir acara tahlilan dengan alasan sikap arif terhadap budaya lokal. Bahkan beliau menegaskan bahwa memberantasnya adalah amalan yang berpahala. Bandingkan dengan sikap banyak orang NU yang menolak kebenaran dengan alasan sikap arif dengan budaya lokal, meneladani dakwah Sunan Kalijaga padahal model dakwah Sunan Kalijaga sendiri ditentang oleh mayoritas wali songo, Sunan Bonang yang merupakan guru ngaji Sunan Kalijaga, Sunan Giri dll.

Berdasarkan penjelasan mufti Hanafi di atas acara tahlilan adalah bid’ah yang harus diberantas menurut mayoritas ulama.

Artikel http://www.ustadzaris.com

Ritual Tahlilan Menurut Kitab NU (1)

kumpulan sms selamat idul fitri – sms ucapan selamat lebaran

kumpulan sms selamat idul fitri – sms ucapan selamat lebaran

Hai temansku yg caem, izinkan saya mengucapkan minal aidzin walfaidzin. Maaf kalo ada salah kata dan perbuatan. Ttd. sylvie, temanmu yg lebih caem lagi

==========================

jika maaf seterang mentari, biarkan ia terbit di hari nan fitri ini.
=====================

Meniti hari menabur khilaf menyongsong fitri menuai maaf Smg tiada tersisa khilaf dosa Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Shiyamana Wa Shiyamakum Selamat Idul Fitri
========================

Stop penyalahgunaan Narkoba sekarang. Mari bangun bangsa kita menjadi bangsa maju. Mohon Maaf Lahir & Batin. Selamat berlebaran. Presiden RI & Herman Saksono

=====================

Selamat Hari Raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir & batin. Ketik MAAF YA dan kirim ke 9288 untuk memohon maaf kepada saya.

=================

Pelanggan yang terhormat. Selamat merayakan Hari Raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin. Tetap waspada selama perjalanan.

======================

Sebenarnya saya mau mengirimkan video, tapi fitur 3G belum masuk sini. Mau pake MMS, HP situ kurang canggih. Sudahlah, pake SMS pun jadi… Selamat Idul Fitri 1427 H. Mohon Maaf Lahir Batin. Kemenangan adalah milik mereka yang berjuang
=====================

… Mengingat Kata yang Salah, Hati yang Berprasangka, janji yang terlupakan,Sikap & Sifat yang menyakitkan, di hari ini ijinkanlah ku juga mengucapkan mohon maaf LAHIR DAN BATHIN …

=========================

Sebait Kata Maaf Tuk Menghapus Salah & Khilaf Agar Hari Kita Bersih Seperti Terlahir Kembali… Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1427 H Mina Aidin Walfaidzin ‘Mohon Maaf Lahir & Batin’

=========================

Ban9, SMS siapa ini ban9??
IsinYa k0q paKai “MaaF, SYan9!?”
Ban9, ToLon9 don9 maaFin aYe, ban9!
KaLo Ka9ak, HaTi ‘ni taK tenan9.
Ban9, MinaL aiDin waL faidZin ban9!

=======================

Misiii…
Mau minta maap nih!
Klo ada salah kata,
salah sikap,
gak bales sms,
gak ngangkat telpon,
Maapin yah!
Slamat hari raya idul fitri!
===================

Banyak tutur kata, bahasa tubuh yg tdk berkenan di hati, utk itu dg hati yg tulus mohon maaf lahir batin. Selamat hari raya Idul Fitri 1Syawal
===================

Sebelum HCl jadi basa, NaOH jadi asam, NaCl jadi manis n glukosa jadi asin, hati selalu tertengadah mengharap titrasi maaf dari buret hatimu. Taqaballahu minna wa minkum

=========================

Mungkin nervus salah hantarkan rangsang sehingga glossus salah berucap yang membawa hepar tersugesti dan ductus lacrimalis dialiri cairan yang menetes deras. Maaf bila ada salah yang membuat semua ekstremitas & sistem saraf pusat bekerja tak normal

==================

Mangan sate sak gulene, sego megono bumbu kemiri

kapan wae lebarane, sugeng riyoyo idul fitri

tumbar merico kecap asing

nyuwun ngapuro lahir lan batin

======================

Kapanpun lebarannya, ucapannya:
Taqaballahu minna wa minkum
minal aidzin wal faizin

mohon maaf lahir dan bathin

=====================

Melihat segalanya dengan hati yang bersih, tanpa mengharap pujian manusia2. semoga menjadi Ramadhan yang berkah,& berdo’amengharap istiqamah di jalan-NYA.Taqabalallahu Minna Waminkum…

===================

Dalam kerendahan hati ada ketinggian budi. Dalam kemiskinan harta ada kekayaan jiwa. Hidup ini terasa indah jika ada maaf. Taqabalallahu Minna Waminkum…

===================

Pergilah keluh, ku tak mau berteman dengamu. Silahkan kesah, kau bukan takdirku… mujahadah adalah temanku, dakwah adalah nafasku, dan Allah adalah kasihku… Maafkan segala kesalahan
===================

“Hari ini adalah hari2 Allah, tidak pantas kita berbangga-bangga dan berbuat durhaka. Ikhlaskan jihad dan harapkan Ridho Allah dengan amalmu” (Khalid bin Walid). Taqabalallahu Minna Waminkum…
======================

Pertemuan hanya sarana, niat ikhlas yang utama. Nyuwun pangapunten sedaya kalepatan.. Mugi2 kagayuh krenteging ati, karena zaman tak dapat dilawan, KEPERCAYAAN harus diperjuangkan
=====================

Aslkm. Tolong maafkan kesalahan saya. mudah2an Allah merahmatimu dan mengampuni dosa2mu. terima kasih.wslkm
=====================

sblm lidah kelu, sblm hati kmbli m’bku, sblm jmpol kaku&sulit hny utk skdar mnt m’f lwt
sms&sblm smw operator sbk..MOHON M’f ats smw khilaf yg ku lakuin.M’fin yaks!
=====================

“Saat wajah tak mampu bersua, tangan tak mamou menjabat, semoga pesan mampu menjadi jembatan dalam idul fitri, Dari lubuk hati & sanubari , Mohon Maaf Lahir Batin”

=====================

Pgn dpt maaf dr narpen?

ketik:
REGNARPEN

kirim ke
0xxx24088802

Sms yg km dpt langsung dr hp aku!

_becanda,
met lebaran yah!
Maap2 klo ada slh kata

===================

sumber:

SMS Ucapan Lebaran

============================================================

KISAH SEORANG ULAMA DENGAN SEORANG PEROKOK DI MALAM RAMADHAN

Aku pernah diundang di malam Ramadhan dua tahun yang lalu untuk menjadi pembicara dalam satu siaran live di salah satu siaran televisi. Siaran kala itu berkisar tentang ibadah pada bulan Ramadhan. Siaran itu dilakukan di Makkah al Mukarramah pada satu kamar di salah satu hotel yang bisa melongok di atas Masjidil Haram.

Kala itu kami berbicara tentang Ramadhan. Para pemirsa televisi bisa melihat dari sela-sela jendela kamar di belakang kami pemandangan orang-orang yang umrah dan thawaf secara langsung.

Kala itu pemandangannya sungguh mengagumkan dan mengharukan, membuat pembicaraan pun semakin berkesan. Hingga pembawa acara menjadi lembut hatinya, dan menangis di tengah halaqah itu. Sungguh suasana itu adalah suasana keimanan, dan tidak merusak suasana itu kecuali salah satu cameramen. Dia memegang kamera dengan satu tangan, dan tangan yang kedua memegang “Tuhan Sembilan Senti” menurut istilah Penyair Taufik Ismail (tambahan redaksi), yaitu rokok. Seakan-akan tidak ada satu waktu yang tersia-siakan dari malam bulan Ramadhan kecuali dia kenyangkan paru-parunya dengan asap rokok.

Hal ini banyak menggangguku. Penghisap rokok itu benar-benar mencekikku, tetapi harus bersabar, karena itu adalah siaran langsung, dan tidak ada alas an, kecuali terpaksa melaluinya.

Berlalulah satu jam penuh, dan berakhirlah kajian itu dengan salam. Kameramen itu pun mendatangiku –sementara rokok masih ada di tangannya- sembari dia mengucapkan terima kasih dan memuji. Maka kukeraskan genggaman tanganku dan kukatakan, “Anda juga, saya berterima kasih atas keikutsertaan anda dalam menyunting acara keagamaan ini. Saya memiliki satu kalimat, barangkali anda mau menerimanya.”

Dia pun menjawab, “Silahkan…silahkan.”

Kukatakan, “Rokok dan siga…” (maksudnya sigaret),

Namun dia memutus pembicaraanku seraya berkata, “Jangan menasehatiku…Demi Allah, tidak ada faidahnya wahai Syaikh.”

Kukatakan, “Baik, dengarkan saya… Anda tahu bahwa rokok haram, dan Allah berfirman…”

Dia pun memotong pembicaraanku sekali lagi, “Wahai Syaikh, janganlah menyia-nyiakan waktu anda… saya telah merokok selama 40 tahun… rokok telah mengalir dalam urat nadi saya… tidak ada faidah… selain anda lebih pandai lagi…!!”

Kukatakan, “Apa yang ada faidahnya?”

Dia pun merasa tidak enak dariku lalu berkata, “Doakanlah saya… doakanlah saya.”

Maka aku pun memegang tangannya seraya berkata, “Mari bersama saya…”

Kukatakan, “Mari kita melihat kepada Ka’bah.”

Maka kami pun berdiri di sisi jendela yang bisa melongok di atas al Haram. Dan ternyata setiap jengkal dipenuhi dengan manusia. Antara yang ruku’, sujud, yang sedang umrah, dan sedang menangis. Sungguh pemandangan yang sangat mengesankan. Kukatakan, “Apakah anda melihat mereka?”

Dia menjawab, “Ya.”

Kukatakan, “Mereka datang dari setiap tempat, yang putih, yang hitam… orang Arab dan Ajam… yang kaya yang miskin… semuanya berdoa kepada Allah agar menerima ibadah mereka dan mengampuni mereka…”

Dia menjawab, “Benar… benar…”

Kukatakan, “Tidakkah anda menginginkan Allah memberikan kepada anda apa yang Dia berikan kepada mereka?”

Dia menjawab, “Ya… tentu saja.”

Kukatakan, “Angkatlah tangan anda, saya akan berdoa untuk anda… dan aminilah doa saya.”

Aku pun mengangkat kedua tanganku lalu kukatakan, “Ya Allah, ampunilah dia…”

Dia berkata, “Aamiin.”

Aku berdoa, Ya Allah, angkatlah derajatnya, dan kumpulkanlah dia bersama dengan orang-orang yang dikasihinya di dalam sorga… Ya Allah…”

Dan tidak henti-hentinya aku berdoa hingga hatinya lembut dan menangis… seraya mengulang-ulang, “Aamiin… aamiin…”

Tatkala aku ingin menutup doa kukatakan, “Ya Allah, jika dia meninggalkan rokok, maka kabulkanlah doa ini, jika tidak, maka haramkan dia terkabulnya doa ini.”

Maka pecahlah tangisan laki-laki tersebut, sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan keluar dari kamar tersebut.

Berbulan-bulan telah berlalu, aku pun diundang lagi di studio televisi tersebut untuk melakukan siaran langsung. Saat aku masuk ke bangunan tersebut, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang tampak taat beragama menemuiku, kemudian dia mengucapkan salam dengan hangat, lalu mencium kepalaku, dan merendah meraih kedua tanganku untuk menciumnya, dan sungguh dia sangat terkesan.

Kukatakan kepadanya, “Mudah-mudahan Allah mensyukuri kelembutan dan adab anda… saya sungguh menghargai kecintaan anda… akan tetapi maaf, saya belum mengenal anda…”

Maka dia berkata, “Apakah anda masih ingat dengan cameramen yang telah anda nasihati untuk meninggalkan rokok dua tahun yang lalu?”

Kujawab, “Ya…”

Dia berkata, “Sayalah dia… Demi Allah wahai Syaikh… sesungguhnya aku tidak pernah meletakkan rokok di mulutku sejak saat itu.”

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Dikisahkan oleh Syaikh Dr. Muhammad al ‘Arifi.

(Dinukil dari majalah Qiblati edisi 11 tahun V, Ramadhan 1431 H / agustus 2010)
http://www.qiblati.com

=======================================================================

Politik Yes, Agama Yes

Edisi 189/Tahun ke-5 (5 April 2004)

Kalo kamu merhatiin tayangan iklan di televisi waktu musim kampanye parpol kemarin, ada pesan yang disampaikan Ja-ringan Islam Liberal (JIL), begini pesannya: “Mau berpolitik? Jangan bawa agama deh!”. Nah, iklan ini tentunya direspon beragam sama pemirsa. Ada yang menganggap bahwa pesan itu benar, ada juga yang menolak mentah-mentah, pun yang cuek juga nggak keitung jumlahnya.

Sobat muda muslim, kenapa kita bahas masalah ini? Karena kita punya kepedulian memahamkan kamu semua tentang persoalan yang berkembang di tengah masyarakat, khususnya lagi tentang Islam. Sebagai remaja, tentunya wajib ngeh juga dong dengan urusan politik. Jangan cuma faqih fis seleb aja. Betul?

Jangan biarkan orang-orang menuduh remaja buta politik. Jangan mau juga kamu dianggap sebagai kaum yang cuma ikut-ikutan urusan yang kerap hanya bisa dimainkan orang dewasa. Kini saatnya mengubah imej bahwa remaja bukan kaum pinggiran ketika ngobrolin soal politik. Sejatinya, kita bisa terlibat dan melibatkan diri dalam aktivitas politik, lho.

Sobat muda muslim, sayangnya, kini muncul pula pemahaman keliru di antara kaum muslimin tentang politik. Ada yang sama sekali menjauhinya, dengan alasan bahwa politik itu kotor, najis, dan wajib dihindarkan dari menu sehari-sehari pergaulannya. Sangat boleh jadi, kelompok ini sudah putus asa ketika melihat perkembangan bahwa politik seringkali cuma sebagai alat untuk menuju tangga kekuasaan sambil sikut sana jegal sini. Paling nggak, itu gambaran aktivitas politik yang bisa dilihat saat ini. Menyebalkan dan norak, memang.

Sebagian lagi memilih terjun dalam aktivitas politik praktis seperti yang kemarin dan hari ini, juga mungkin esok kita saksikan. Mereka ikut pemilu, kampanye, dan akhirnya kalo mujur bisa menempatkan wakil-wakilnya di DPR atau MPR. Sayangnya, ini juga seringkali tulalit banget. Pikirnya, aktivitas politik cuma urusan kekuasaan belaka. Padahal nggak gitu deh. Karena aktivitas politik begitu luas, mulai dari urusan pemerintahan, hukum, tatanegara, peradilan, pendidikan, sosial, budaya, ekonomi dan sejenisnya. Pokoknya, semua tindakan un-tuk mengatur urusan rakyat, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Itu sebabnya ketika kita udah peduli terhadap urusan kaum muslimin di negeri ini dan juga di belahan dunia lain, itu udah bisa disebut berpolitik. Dan perlu kita tegasin lagi deh, bahwa politik kudu sejajar dengan agama. Pendek kata, seiring sejalan. Bisa dibilang agama dan politik ini adalah “Duet Maut” untuk menyelesaikan problem kehidupan manusia. Dan, cuma Islam yang mampu melakukannya. Yang lain? Lewaaaaat!

Jadi, siapkan sabuk pengaman, kita akan tancap gas ngomongin soal yang satu ini. Pembahasan yang dijamin asyik punya dan kamu wajib ngeh. Jangan sampe kamu jadi objek penderita terus. Emang enak jadi pecundang? Emang enak dibodohin sama iklan yang menyesatkan itu? Emang kamu rela bin pasrah kalo agama kudu dijauhkan dari kehidupan politik? Kita kan bukan kaum sekuler. Kita remaja muslim yang berusaha menjadi benar dalam memahami ajaran agama. Kita kabarkan kepada dunia, bahwa kita generasi Islam yang akan menjadi “haarisan amiinan lil Islami” alias penjaga (Islam) yang terpercaya.

Buah sekularisme

Majalah Tempo edisi 29 Maret-4 April 2004 lalu menggeber laporan utama tentang partai Islam. Salah satu artikelnya yang menarik adalah “Partai Islam Yes, Asas Islam No”. Ketika menyikapi fenomena partai Islam dan masyarakat Indonesia saat ini, majalah mingguan tersebut menuliskan, “Bila seku-larisasi menjadi niat Nurcholis Madjid ketika mempopulerkan slogan ‘Islam yes, partai Islam no’ lebih dari 30 tahun lampau, saat ini mungkin maksud itu telah kesampaian. Masyarakat Indo-nesia tampaknya makin mempercayai bahwa urusan agama tak sama dengan urusan politik.

Buktinya aja sekarang, meski sudah ada yang mulai merintis mendirikan partai Islam, tapi masyarakat masih belum melirik sepenuh-nya parpol berasas Islam. Selain masih setia dengan partai berideologi sekular, banyak pihak yang bikin kisruh ‘manas-manasin’ dengan bikin pernyataan bahwa “kalo mo berpolitik, jangan bawa agama”. Hhh.. sekularisme udah menjadi bagian dari hidup masyarakat kita. Celaka!

Sobat muda muslim, Islam adalah agama yang nggak bisa diceraikan dari politik (baca: negara). Itu sebabnya, Imam al-Ghazali berkata: “Karena itu, dikatakanlah bahwa aga-ma dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Dikatakan pula bahwa agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya akan roboh dan segala sesuatu yang yang tidak berpenjaga niscaya akan hilang lenyap.” (dalam kitabnya al-Iqtishad fil I’tiqad hlm. 199)

Benar banget pernyataan ini. Islam tanpa politik (negara) akan mudah lenyap, begitu pula, politik tanpa agama, niscaya akan mudah roboh. Sejarah udah ngebuktiin tuh, kalo agama dipi-sahin dari politik, alamat ancur-ancuran deh. Nah, ini yang namanya sekularisme. Bahaya!

Kamu bisa rasakan sendiri bahwa hidup dalam sistem sekular seperti sekarang benar-benar merana. Ketika agama nggak boleh ikut campur ngurusin kehidupan bernegara dan bermasyarakat, maka banyak orang berbuat sesukanya atas nama kebebasan. Mau jadi gay or lesbian nggak boleh dilarang. Kamu yang puteri milih pake jilbab dan kerudung syukur, milih telanjang pun nggak dilarang. Badannya diukir tatto monggo wae , rambutnya dipermak gaya anak punk silakan. Sholat boleh, nggak sholat pun jangan ada yang ngelarang. Walah, semau gue tuh!

Itu sebabnya, para pembela dan pejuang sekularisme sering bertindak melawan kebebasan itu sendiri. Terutama bila ada yang ingin menyuarakan Islam. Intinya, boleh berbuat sesukanya asal jangan ngomongin Islam, apalagi Islam ideologi. Kalo dibiarkan, maka sama dengan bunuh diri bagi kaum pembela seku-larisme. Maka, setiap ada gerakan ke arah menggabungkan Islam dengan politik (baca: islam ideologi) wajib dicegah. Kenapa?

Menurut cara pandang ideologi kapitalis-me, Islam ideologi jelas merupakan ancaman baginya. Sebab ideologi kapitalisme bertumpu pada ide dasar sekulerisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan ( fashl al din ‘an al hayah ). Maka bagi ideologi kapitalisme, agama adalah masalah pribadi antara individu dengan tuhannya. Agama nggak dibenarkan turut cam-pur dalam pengaturan kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Itu sebabnya, Islam dalam bentuk ideologi jelas merupakan ancaman terhadap eksistensi sekulerisme, ‘akidahnya’ kapitalisme itu, bro. Sebab Islam dalam bentuk ideologi berarti mengharuskan adanya peran agama (Islam) dalam seluruh tatanan aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tanpa kecuali.

Menghadapi ancaman ini, para penganut kapitalisme melakukan berbagai langkah, antara lain, melakukan manipulasi dengan me-nyebarkan opini bahwa Islam adalah agama, bukanlah ideologi. Islam diilusikan seperti agama Kristen atau Katolik yang harus terlepas dari kekuasaan dan pemerintahan. Memandang Islam sebagai ideologi, kata mereka, adalah suatu apologi yang muncul karena perasaan inferior di bawah dominasi dan imperialisme Barat. Ckckck.. sampe segitunya.

Dikatakan pula bahwa konsep kenegaraan dalam Islam itu nggak ada, karena dalam al-Quran tidak ada kata “daulah” (negara). Jadi dalam persepsi para penganut kapitalisme, Islam ideologi itu mengada-ada dan hanya utopia. Walah, nekatz tenan rek!

Sobat muda muslim, para pejuang dan pembela kapitalisme-sekularisme juga getol bener bikin opini miring tentang Islam, khususnya Islam ideologi. Itu sebabnya para penganut kapitalisme berusaha membuktikan ancaman ideologi Islam dengan berbagai data dan bukti sejarah. Tapi informasinya yang udah dimodifikasi sesuai kepentingannya.

Jadi, mereka se-ngaja menutupi prinsip bahwa Islam nggaklah bersumber dari peris-tiwa sejarah, melain-kan bersumber dari nash-nash al-Quran dan as-Sunnah. Maka mereka mengeksploitir penyimpangan-penyim-pangan yang terjadi dalam sejarah Islam, untuk membuktikan betapa buruk akibat yang terjadi kalo Islam memegang kekuasaan. Misalnya terbunuhnya tiga khalifah (Umar, Utsman, dan Ali) dari empat Khulafa‘ur Rasyidin. Atau perilaku sebagian khalifah yang menyimpang dari Islam, seperti perilaku Sultan Muhammad III (1595-1603 M), pengganti Murad III, seorang khalifah dalam masa Utsmaniyah, yang membunuh semua saudara laki-lakinya berjumlah 9 orang dan menenggalamkan janda-janda ayahnya sejumlah 10 orang demi kepentingan pribadi. (Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam , hlm. 155)

Tapi mereka sengaja menutupi prestasi gemilang ketika Islam ideologi diterapkan. Mereka khawatir banget dengan kebangkitan Islam, maka salah satu caranya, mereka berusaha menebar opini bahwa politik kudu dijauhkan dari agama. Pesan kita: jangan percaya euy!

Agama dan negara: Wajib kompak!

Sobat muda muslim, menurut ‘akidah’ Kapitalisme, model hubungan agama-negara dapat disebut sebagai hubungan yang separatif, yaitu suatu pandangan yang berusaha memi-sahkan agama dari arena kehidupan. Agama hanya berlaku dalam hubungan secara individual antara manusia dan tuhannya, atau berlaku secara amat terbatas dalam interaksi sosial sesama manusia. Agama nggak terwujud secara institusional dalam konstitusi atau perun-dangan negara, namun hanya terwujud dalam etika en moral individu-individu pelaku politik. Lihat aja kampanye partai Islam sekarang, sudahlah nggak tegas mengagendakan pene-gakkan syariat Islam, eh malah lebih menyukai ketenangan dan kelem-butan yang sekadar sifat moral belaka. Semoga saja sikap itu nggak berlanjut.

Sementara Bro , akidah Islamiyah adalah iman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, Hari Akhir, dan qadar (taqdir) Allah. Akidah ini merupakan dasar ideologi Islam yang darinya terlahir berbagai pemikiran dan hukum Islam yang mengatur kehidupan manusia. Akidah Islamiyah menetapkan bahwa keimanan harus terwujud dalam keterikatan terhadap hukum syara’, yang cakupannya adalah segala aspek kehidupan, dan bahwa pengingkaran sebagian saja dari hukum Islam (yang terwujud dalam sekularisme) adalah suatu kebatilan dan kekafiran yang nyata. Hati-hati ye, Allah Swt berfirman:

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikat-nya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim (pemutus) terhadap perkara yang mereka perselisihkan..” (QS an-Nisaa` [4] : 65)

Firman Allah lainnya: “Barangsiapa yang tidak memberi keputusan hukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir.” (QS al-Maa`idah [5]: 44)

Jadi, dengan penjelasan ini, seluruh hukum Islam tanpa kecuali harus diterapkan kepada manusia, sebagai konsekuensi adanya iman atau akidah islamiyah. Dan karena hukum-hukum Islam ini nggak bisa diterapkan secara sempurna kecuali dengan adanya sebuah institusi negara, maka keberadaan negara dalam Islam adalah suatu keniscayaan.

Itu sebabnya, model hubungan agama-negara dalam pandangan Islam dapat diistilahkan sebagai hubungan yang positif, dalam arti bahwa agama membutuhkan negara agar agama dapat diterapkan secara sem-purna dan bahwa agama tanpa negara adalah suatu cacat yang akan menimbulkan reduksi dan distorsi yang parah dalam beragama ( cieeee bahasane bro! ). Buktinya, masyarakat kita lebih suka mengamalkan gaya hidup permisif dan hedonis. Agama? Ke laut aje!

Jadi, agama tentunya nggak dapat dipi-sahkan dari negara. Agama mengatur seluruh aspek kehidupan melalui negara yang terwujud dalam konstitusi dan segenap undang-undang yang mengatur kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Inilah hubungan serasi antara politik (negara) dan agama. Islam ideologi euy! Oke deh, mulai sekarang kita kudu berani mengatakan, “politik yes, agama juga yes” [solihin, berbagai sumber]

http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam/politik-yes-agama-yes.html

====================================================

Perang Pemikiran (Ghazwul Fikri) : Kesesatan Islam Liberal

(Menyibak Sepak Terjang Jaringan Islam Liberal (JIL) Di Indonesia) “

Pertengahan tahun 2001, nama Jaringan Islam Liberal (JIL) mulai dikenal di Indonesia, nama tersebut mulai hangat diperbincangkan khususnya kaum muslimin Indonesia, dengan semboyan yang menawan “islam yang membebaskan” mereka berhasil menarik perhatian banyak orang baik yang pro maupun yang kontra.

Sebenarnya sudah banyak komentar yang diberikan terhadap statemen-statemen yang dikeluarkan oleh JIL. Bahkan sebagian orang berpendapat bahwa JIL hanyalah sekelompok orang yang kondisinya seperti seekor kucing yang sedang bangkit libidonya, mengeong keras sehingga memekakkan telinga dan menjengkelkan. Sebagian yang lain berkata bahwa pernyataan-pernyataan JIL tidak perlu dikomentari, karena akan semakin besar kepala.

Tetapi apakah dibenarkan jika sorang muslim membiarkan kemunkaran..?, padahal Rasululloh telah bersabda : “barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah dia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya (kekuasaan). Jika tidak mampu, hendaklah dicegah dengan lidahnya. Kemudian kalau tidak mampu juga, hendaklah dicegah dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman”[1]

Sekilas tentang JIL di Indonesia

Markas JIL yang berkantor di Jl. Utan Kayu 68 H Rawamangun, itu juga adalah markas ISAI yang banyak menerbitkan buku-buku kiri (sebagain berisi pembelaan terhadap PKI dan tokoh-tokohnya). Di markas itu juga sering diadakan diskusi-diskusi, drama, teater dan lain-lain. Tokoh penggerak dan donatur utama markas 68H itu adalah Goenawan Mohamad. Sedangkan kantor berita radio 68H, salah satu penggagas utamanya adalah Andreas H (pengikut kristen), mantan wartawan Jakarta Pos.

Kegiatan awalnya dilakukan dengan menggelar kelompok diskusi maya dan menyebarkan gagasannya lewat website. Pengelola JIL ini dikomandoi oleh beberapa pemikir muda, seperti Lithfie Assyaukanie (Universitas Paramadina Mulya), Ulil Absor Abdala (LakPesDam NU), dan Ahmad Sahal (jurnal kalam). JIL yang bekerjasama dengan para intelektual, penulis dan akademisi dalam dan luar negeri untuk menjadi kontributornya. Mereka adalah:

1. Nurcholis Madjid, Universitas Paramadina Mulya

2. Charles Kurzman, Universitas Of North Carolina

3. Azyumardi Azra, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

4. AbdAlloh Laroui, Muhammad V University, Maroko

5. Masdar F. Mas’udi, Pusat Pengembangan Pesantren Dan Masyarakat, Jakarta

6. Goenawan Mohamad, Majalah Tempo, Jakarta

7. Edwan Said

8. Djohan Efendi, Deakin University, Australia

9. Abdullahi Ahmad An-Naim, University Of Khortum, Sudan

10. Jalaluddin Rahmat, Yayasan Muthahhari, Bandung

11. Asghar Ali Engineer

13. Muhammed Arkoun, University Of Sorbonne, Prancis

14. Komaruddin Hidayat, Yayasan Paramadina, Jakarta

15. Sadeq Jalal Azam, Damascus University, Suriah

16. Said Agil Siraj, PBNU, Jakarta

17. Denny JA, Universitas Jayabaya, Jakarta

18. Rijal Mallarangeng, CSIS, Jakarta

19. Budi Munawwar Rahman, Yayasan Paramadina, Jakarta

20. Ihsan Ali Fauzi, Ohio University, AS

21. Taufik Adnan Amal, IAIN Alaudin, Ujung Pandang

22. Hamid Basyaib, Yayasan Aksara, Jakarta

23. Ulil Abshar Abdala, Lakpesdam-NU, Jakarta

24. Luthfie Assyaukanie, Universitas Paramadina Mulya, Jakarta

25. Saiful Mujani, Ohio State University, AS

26. Ade Armando, Universitas Indonesia, Depok

27. Syamsurizal Panggabean, Universitas Gadjahmada, Yogyakarta

Selain tokoh-tokoh di atas, beberapa tokoh Muhamadiyah juga ikut andil dalam mendukung gagasan JIL seperti Abdul Munir Mulkan dan Sukidi, bahkan ketua PP muhamadiyah, Syafii Maarif juga dapat dikatagorikan ke dalam pendukung gagasan islam liberal, sebagaimana kita ketahui bahwa Maarif adalah pendukung gagasan liberal (neomodernisasi) Fazlur Rahman, ia juga dikenal getol dalam menolak dikembalikannya Piagam Jakarta ke dalam konstitusi.

Di samping aktif menyebarkan gagasannya di internet, radio, majalah dan sebagainya, mereka juga menerbitkan jurnal dengan nama Tashwirul Afkar (gambaran pemikiran –pen) yang dikomandoi oleh Ulil Abshar abdala (pemred), jurnal yang terbit empat bulan ini resmi dibawahi oleh lakpesdam-NU (Lembaga Kajian Dan Pengembangan SDM) berkerjasama dengan The Asia Foundation (lembaga keuangan di asia yang dimiliki oleh orang-orang kriten). Wajah liberal jurnal ini terlihat pada terbitan edisi 11/2001 yang menampilkan tema “Menuju Pendidikan Islam Pluralis”.

Kamami Zada, salah satu redaktur pelaksananya, mengkritik pendidikan islam yang hanya membenarkan agama islam saja, ia berkata “filosofi pendidikan islam yang hanya membenarkan agamanya sendiri tanpa mau menerima kebenaran agama lain mesti mendapat kritik untuk selanjutnya dilakukan reorientasi. Konsep iman-kafir, muslim-nonmuslim, dan baik benar (Truth Claim), yang sangat berpengaruh terhadap cara pandang islam terhadap agama lain, mesti dibongkar, agar umat islam tidak lagi mengangap agama lain sebagai agama yang salah dan tidak ada jalan keselamatan.”[2]

=======================================================

Tujuan JIL

Suatu gerakan biasanya memulai prioritas aktivitasnya dengan mempresentasikan terlebih dahulu apa yang menjadi musuh dan ancamannya. Tanpa tendeng aling-aling JIL menyatakan

Gerakannya bertujuan untuk melawan atau menghambat gerakan islam militan atau islam fundamentalis

Menghambat kelompok-kelompok yang berjuang untuk menerapkan syari’at islam secara kaffah dalam kehidupan

JIL merumuskan tujuan gerakannya kedalam empat hal:

-Memperkokoh landasan demokratisasi lewat penanaman nilai-nilai pluralisme, inklusivisme, dan humanisme (semuanya ini merupakan doktrin-doktrin Yahudi dan AS –pen)

-Membangun kehidupan keberagamaan yang berdasarkan pada penghormatan atas perbedaan (hal ini sejalan dengan deklarasi HAM PBB yang disponsori oleh AS dan barat dimana jaminan HAM hanya diberikan kepada negara-negara yang ikut menandatangi perjanjian saja, sedangkan di luar itu tidak menjadapat jamian HAM – pen)

-Mendukung dan menyebarkan gagasan keagamaan yang pluralis, terbuka dan humanis

-Mencegah agar pandangan-pandangan keagamaan yang militan dan pro-kekerasan tidak menguasai wacana publik Hal ini pula yang merupakan ketakutan AS dan barat atas islam (islamophobia -pen)[3]

Melihat wacana yang diusung oleh JIL yang dirumuskan dalam tujuan gerakannya, hal ini mirip sekali dengan semua gagasan dan tujuan yang didengungkan oleh AS dan barat yang islamophobia, paranoid, di sisi lain hal ini sejalan dengan proyek besar freemansonry (organisasi rahasia kaum yahudi yang ingin menguasai dunia untuk menghancurkan umat beragama terutama menghancurkan islam).[4]

Metode yang mereka lakukan untuk menghantam islam bukan lagi dengan cara kontak fisik (ofensif), karena mereka telah belajar dari pengalaman (perang salib) bahwa dengan perang, umat islam yang paling tololpun akan bangkit jiwa jihadnya. Metode terbaru yang mereka lakukan adalah dengan perang pemikiran (Ghazwul Fikri), dimana umat islam digiring ke dalam lembah pemikiran tentang islam yang labil diambil dari dua sumber utamanya yaitu Al Qur’an dan sunnah agar umat menjadi bingung, membelot, ragu-ragu, atau paling tidak diberangus semangat jihadnya.

Berbagai cara yang dilakukan barat antara lain dengan memberikan label-label miring terhadap partai-partai atau organisasi yang berbau islam dengan nama “militan”, “radikal”, “garis keras”, “fundamentalis”, “teroris”, dan opini menyesatkan lainnya sehingga umat islam ketakutan ketika akan menjalankan syari’atnya. Hal ini diperparah pula dengan intervensi asing di negara tercinta yang mayoritas penduduknya muslim dengan tekanan ekonomi (World Bank, IMF), politik (pemaksaan diberlakukannya demokrasi oleh AS dan barat, sehingga negara yang menolaknya dimasukkan kedalam negara yang otoriter, tiran dan konotasi negatif lainnya), militer (dengan berbagai bentuk embargo senjata) termasuk dimensi kebudayaan yang dampak negatifnya cukup signifikan (seperti pornografi, pornoaksi, life style, dan kebebasan pers yang berlindung di bawah ketiak demokrasi dan HAM).[5]

=====================================================================================

Statemen-Statemen Para Tokoh JIL Dan Jawaban/komentar atas statemen mereka tersebut

Pernyatan-pernyataan Nurcholis Madjid

1. Semua agama sama (wihdatul adyan), menuju keselamatan. Yahudi, Kristen, Islam dan agama apa saja adalah sama.

Komentar: pernyataan ini jika benar diucapkan berarti pelakunya murtad

2. Iblis dan fir’aun akan masuk surga (karena iblis memurnikan penyembahan hanya kepada Alah saja, tidak mau kepada adam)

Komentar:

Entah apa yang ada dalam pikiran Nurcholis Madjid dengan mengatakan bahwa iblis akan masuk surga, padahal Alloh telah menyatakan dalam Al Qur’an lebih dari 10 ayat tentang kekafiran perbuatan iblis yang tidak tunduk dan patuh terhadap perintah Alloh untuk sujud (memberi penghormatan) kepada adam. Iblis adalah mahluk Alahyang sombong, terkutuk, dilaknat dan sebagainya. Lalu akankah mahluk terkutuk masuk surga, pikiran yang sangat aneh. Setiap orang muslim yang awampun akan berkata “sungguh mengherankan” pikiran cendikiawan muslim ini.

3. Manusia menyatu (melebur) dengan Tuhan saat mengucapkan “wa iyyaka nasta’in” (dalam surat al fatihah)

Komentar:

Ayat dalam surat Al fatihah ini sudah sangat jelas, ada objek ada subjek, ada hamba ada kholik, ada mahluk ada pencipta. Tetapi mengapa Nurcholis Madjid mengatakan bahwa manusia melebur dengan Tuhan ketika membaca ayat IYYAKA NA’BUDU WA IYYAKA NASTA’IIN”. Dan yang terpenting, ayat di atas adalah ayat tentang keimanan, akidah yang wajib dipatuhi. Konsepsi penafsiran seperti ini jelas berasal dari tasawuf yang sesat (yang berpijakpada pemikiran ibnu arabi) yang menyakini bahwa mahluk itu adalah Tuhan itu sendiri, dan segala yang ada di dunia ini adalah perwujudan dari Tuhan. Oleh karena itu mereka mengangap bahwa penyembahan terhadap berhala merupakan bentuk penyembahan terhadap Tuhan, karena berhala itu adalah Tuhan juga. Pemikiran mana yang membenarkan logika sesat seperti ini.

4. Tidak boleh memandang salah terhadap keyakinan orang lain dengan berpatokan pada agama yang kita anut, karena vonis sesat hanya hak Alah semata.

Komentar:

Ini adalah salah satu cara mereka untuk melanggengkan paham yang mereka sebarkan. Hal ini pula yang melemahkan motivasi umat untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan pernyataan tersebut beberapa ayat Al Qur’an mereka dicampakkan, yaitu membiarkan kesesatan dan kemunkaran (Ali Imran : 104, 110,114). Pernyataan bahwa vonis sesat adalah hanya hak Alloh ini pun termasuk sesat, karena di jaman rasul ada dua orang yang berselisih, maka urusan itu diadukan kepada Rasululloh lalu Beliau memberikan keputusan berdasarkan Al Qur’an. Ternyata salah seorang diantara mereka tidak menerima keputusan tersebut akhirnya dia mengadukan kepada Umar. Ketika tiba di rumah Umar mereka menceritakan perselisihan yang mereka alami, lalu Umar berkata “Tunggulah disini, kalian jangan kemana-mana”, ternyata Umar masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil pedang, lalu Ia membunuh orang yang tidak puas atas keputusan Rasul. Setelah peristiwa itu disampaikan kepada rasul, lalu Rasul berkata “Tidak mungkin Umar akan membunuh seorang muslim”, sabda Beliau ini artinya bahwa yang dibunuh Umar bukan lagi dianggap sebagai seorang muslim, tindakan umar ini didasarkan pada firman Alloh “

5. Ajaran islam sudah tidak cocok digunakan pada kehidupan masyarakat modern. Yang lebih cocok adalah cara pandang dan berfikir orang barat

6. Makna “La ilaha illAlloh “ adalah tiada tuhan (t kecil) kecuali Tuhan (T besar)

7. Menganjurkan agar umat islam membaca dan mempelajari kitab-kitab suci terdahulu

8. Menganjurkan agar kita memiliki sifat sombong (AL Mutakabbir), salah satu sifat Alloh, hanya sebatas “Harga Diri”

=====================================================================================

Pernyatan-pernyataan Ulil Absor Abdala.

“semua agama sama. Semuanya menuju jalan kebenaran. Jadi, islam bukan yang paling benar. Pemahaman serupa sudah terjadi di kristen selama berabad-abad. Tidak ada jalan keselamatan di luar gereja. Baru pada 1965 masehi, gereja katolik di vatikan merevisi paham ini. Sedangkan islam, yang berusia 1.423 tahun dari hijrah Nabi, belum memiliki kedewasaan yang sama seperti katolik.”

Jawaban:

Telah jelas bagi kita bahwa semua agama itu berbeda (walaupun dilihat secara definisi mungkin tujuannya sama). Contohnya dalam konsep theologi yahudi, nasrani dan islam jelas beda. Orang yahudi meyakini bahwa Uzair adalah anak Alloh, begitupun orang nasrani mempercayai bahwa Isa adalah anak Alloh, sedangkan islam meyakini bahwa Alloh tidak beranak dan tidak pula diperanakkan (QS al ikhlash). Perhatikanlah firman Alloh:

“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Alloh” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Alloh”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Alloh mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS At Taubah : 30)

Alloh mengecam keyakinan-keyakinan tersebut, bahkan dinyatakan sebagai ucapan orang-orang terdahulu yang kafir. Disamping itu Alloh juga menjelaskan bahwa mereka (yahudi dan nasrani) menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan yang mempunyai otoritas untuk menyatakan halal atau haram terhadap sesuatu, sedangkan umat islam meyakini bahwa otoritas untuk menentukan halal dan haram hanya hak Alloh semata yang disampaikan melalui rasul-Nya. Perhatikanlah firman Alloh:

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Alloh dan Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan selain Dia. Maha suci Alloh dari apa yang mereka persekutukan. (QS At Taubah : 31)

Kalimat “islam bukan yang paling benar” yang diungkapkan oleh Ulil yang justru beragama islam merupakan sebentuk kerapuhan dalam keyakinan terhadap islam itu sendiri. Oleh karena itu pantaskan kita mendengarkan perkataan orang yang ragu dalam aqidahnya..?, padahal Alloh telah berfirman agar kita jangan termasuk orang-orang yang ragu terhadap kebenaran agama islam, sebagaimana firman-Nya:

Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Alloh, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quraan itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu.(QS Al An’am : 114)

Kalimat “Sedangkan islam, yang berusia 1.423 tahun dari hijrah Nabi, belum memiliki kedewasaan yang sama seperti katolik”. Ini adalah sebuah bentuk anjuran napak tilas terhadap jejak langkah orang-orang nasrani. Umat islam sama sekali tidak membutuhkan jejak mereka, terlebih jika kita tahu bahwa “kedewasaan umat nasrani” yang merevisi doktrin kebenaran hanya ada di tangan gereja semata itu terjadi karena adanya tekanan dari pihak penguasa yang menginginkan konsep sekularisme (pemisahan antara negara dengan agama). Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa kita tidak butuh konsep mereka dan tidak patut kita menirunya. Itulah sebabnya bahwa semua agama adalah beda. Islam mempunyai konsepsi tersendiri dalam berbangsa dan bernegara. Jika kita menyakini bahwa Al Qur’an adalah kitab suci yang patut dijadikan pedoman hidup, petunjuk jalan yang mengantarkan manusia pada kebahagian dunia dan akhirat, maka mengapa kita menjadikan orang-orang non muslim sebagai barometer. Mereka tidak akan pernah mau menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Bukankah Al Qur’an telah menjelaskan bahwa barang siapa yang berhukum bukan dengan hukum-hukum Alloh, maka dia adalah zalim, kafir dan fasik, sebagaimana firman-Nya:

Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (QS Al Maidah : 45)

Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Alloh didalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (QS Al Maidah : 47)

—————————————————————————————————

ucapan:

“larangan kawin beda agama bersifat konstekstual. Pada zaman nabi, umat islam sedang bersaing untuk memperbanyak umat. Nah, saat ini islam sudah semilyar lebih, kenapa harus takut kawin dengan yang di luar islam. Islam sendiri sebenarnya sudah mencapai kemajuan kala itu, memperbolehkan laki-laki muslim kawin dengan wanita ahli kitab. Ahli kitab hingga saat ini masih ada, malah, agama-agama selain nasrani dan yahudi pun bisa disebut ahli kitab. Kawin beda agama hambatannya bukan theologi, melaikan sosial.” (Majalah Gatra, 21 desember 2002)

Jawaban :

Kalimat “larangan kawin beda agama bersifat konstekstual”, ini adalah ungkapan orang yang jahil dalam ulumul qur’an. Ayat ini tidak pernah dinasakh oleh ayat lain, jadi harus dipahami keumuman ayatnya, bukan dengan kekhususan sebab turunnya. Secara faktual Al Qur’an telah melarang umat islam untuk menikah dengan orangyang berbeda agama, sebagaimana firman-Nya:

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Alloh mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (QS Al Baqarah : 221)

Kalimat “kenapa harus takut kawin dengan yang di luar islam”, ungkapan tersebut menunjukkan bentuk pengingkaran dan kesombongan terhadap Rabb. Setelah dengan jelas diharamkan menikah dengan orang kafir sebagaimana ayat di atas, mengapa masih ada orang yang menganjurkan agar umat islam jangan takut menikah dengan orang non muslim, padahal berulang kali Alloh menyatakan “takutlah kamu terhadap tuhan-Mu” (QS Ali Imran : 175, Al Maidah : 3, 44, Al Hujurat : 10)

Kalimat “Kawin beda agama hambatannya bukan theologi, melaikan sosial”, pernyataan tersebut merupakan tindakan yang mencampakkan Al Qur’an. Secara lahiriah orangnya patut diwaspadai karena dapat disimpulkan bahwa dia telah menjadikan pranata sosial lebih itnggi derajatnya daripada hukum-hukum Alloh.

—————————————————————————————————

ucapan:

“dalam pemikiran hukum islam dibedakan antara wilayah ibadah dan muamalah. Wilayah ibadah sudah diatur secara detil. Semua tata cara ibadah harus sesuai dengan ketentuan agama. Misalnya sholat, jumlah roka’atnya tak bisa ditambah. Tetapi muamalah itu progresif dan dinamis, sesuai dengan perkembangan manusia, sedangkan hukum tuhan yang diibaratkan kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) tak pernah ada walaupun pernah diterapkan pada masa nabi, hanya berlaku pada saat itu saja. Misalnya potong tangan, qishosh dan rajam ini praktek yang lahir karena pengaruh kultur arab. Yang terpenting dalam hukum adalah mencakup lima pokok kemaslahatan (maqoshidusy syari’ah), yaitu yang menjaga jiwa, akal, agama, harta, dan kehormatan. Misalnya perlindungan akal diwujudkan dalam bentuk pelarangan minuman keras (khamar). Jadi, haramnya khamar itu bersifat sekunder dan kontekstual. Karena itu, vodka di rusia bisa jadi dihalalkan, karena situasi di daerah itu sangat dingin.” (Majalah Gatra, 21 desember 2002)

Jawaban :

Kalimat “sedangkan hukum tuhan yang diibaratkan kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) tak pernah ada walaupun pernah diterapkan pada masa nabi, hanya berlaku pada saat itu saja. Misalnya potong tangan, qishosh dan rajam ini praktek yang lahir karena pengaruh kultur arab”.

Innaa lillahi wa inna ilahi rooji’un. Apa pendapat anda terhadap pernyataan di atas? Label apa yang pantas kita berikan kepada orang yang mengatakannya?. Bukankah Al Qur’an telah menjelaskan bahwa “masuklah ke dalam islam secara kaffah” (QS Al Baqarah : 208). Al Qur’an sendiri telah menyatakan kafir, fasik dan zalim bagi orang yang tidak berhukum dengan hukum-hukum Alloh. Potong tangan, qishash, rajam dan sejenisnya itu adalah hukum-hukum Alloh, bukan kultur arab semata dan hukum-hukum tersebut terdapat dalam taurot dan injil (yang asli).

Kalimat “Jadi, haramnya khamar itu bersifat sekunder dan kontekstual. Karena itu, vodka di rusia bisa jadi dihalalkan, karena situasi di daerah itu sangat dingin”. Ketahuilah bahwa sumber hukum islam bukanlah akal, tetapi wahyu, dan wahyu berada jauh dalam ranah akal. Akal yang dikaruniakan Alloh janganlah digunakan untuk menghantam Al Qur’an. Logika berfikir tentang keharaman vodka bersifat sekunder karena cuaca dingin itu amburadul. Mari kita lihat logika yang sama. Zina itu haram hukumnya dalam segala kondisi, lalu apakah zina jadi halal ketika kita berada di puncak karena cuaca dingin? (tidak perlu dijawab, anda cukup tersenyum saja, itu sudah sangat memuaskan bagi kami)

=====================================================================================

Cara JIL Mengambil Dan Menafsirkan Ayat

Sehubungan dengan tujuan JIL yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, maka jelas, metode penafsiran yang digunakan oleh mereka sekenanya untuk mendukung faham yang mereka usung. Ingatlah firman Alloh bahwa orang yang dalam hatinya condonmg kepada kesesatan, mereka lebih memilih ayat-ayat yang mutasyabihat.

Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya. (QS Ali Imran : 7)

Mereka adalah orang-orang yang tidak ‘fair’ dalam mengambil ayat dan menjelaskannya kepada umat. Disamping itu mereka tidak melakukan perbandingan dengan ayat-ayat lain yang berkaitan dengan pembicaraan yang sedang dikupas. Perilaku tersebut mirip orang-orang kafir terdahulu, sebagaimana firman-Nya :

Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (QS Al Baqarah : 146)

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila’nati Alloh dan dila’nati oleh semua yang dapat mela’nati, (QS Al Baqarah : 159)

Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil , dan menyembunyikan kebenaran , padahal kamu mengetahuinya? (QS Ali Imran : 71)

=====================================================================================

Para Donatur JIL

– LSM (Berbau Islam) Di Indonesia Yang Bekerjasama Dengan Barat

==================================

Sinyalemen Al Qur’an dan sunnah Tentang Karakter Para Tokoh JIL

-sesudah kebenaran adalah kesesatan

Maka itulah Alloh Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan ?

-Mengambil orang kafir sebagai teman, pemimpin

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu mereka tidak henti-hentinya kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat , jika kamu memahaminya.

-tidak akan bersatu antara keimanan dengan kekafiran

-menukar ayat-ayat Alloh dengan harga yang murah

Dan , ketika Alloh mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab : “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,” lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima.

-mencegah manusia untuk beriman kepada Alloh

Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka: “Adakah Alloh mengutus seorang manusia menjadi rasul?”

-fasik dalam membawa berita

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS Al Hujurat : 6)

Daftar pustaka

1. Departemen Agama RI. 1989. Al-Qur’an Dan Terjemahannya. Depag RI. Jakarta

2. Hartono Ahmad Jaiz. 2004. Aliran Dan Faham Sesat Di Indonesia. Pustaka Al Kautsar. Jakarta

3. Hartono Ahmad Jaiz. 2005. Menangkal Bahaya Jil & Fla. Pustaka Al Kautsar. Jakarta

4. Hartono Ahmad Jaiz. 2006. Tarekat Tasawuf Tahlilan & Maulidan. Wacana Ilmiah Press. Solo

5. Hartono Ahmad Jaiz. 2004. Mengkritisi Debat Fikih Lintas Agama (FLA). Pustaka Al Kautsar. Jakarta

6. Imam Ahmad bin Hambal. 2000. Pokok-pokok Aqidah Ahlus Sunnah. Al-Mubarak. Cileungsi-Bogor.

7. Nancy Snow. 2003. Propaganda, Inc. edisi Kedua, Menjual Budaya Amerika ke Dunia. Opini. Jakarta

8. Dakhilullah bin Bakhiit Al-Matharafy. Peringatan Maulid Bid’ah Atau Sunnah?. Pustaka At-Tibyan. Solo

9. Fadh Abdurrahman Asy Syamiry. 2002. Ta’ziah. Darul Qolam. Jakarta

10. DR. Abdullah Al-Khaathir. 2001. Godaan Setan pada orang-orang shaleh. Pustaka At-Tibyan. Solo

11. Syaikh Abdurrahman Abdul Khalik. 1992. Garis Pemisah Antara Muslim Dan Kafir. CV. Firdaus. Jakarta

12. Hartono Ahmad Jaiz. 2005. Jejak Tokoh Islam Dalam Kristenisasi. Darul Falah. Jakarta

13. Adian Husaini. 2002. Islam Liberal. Adian Husaini. GIP. Jakarta

14. Adian Husaini. 2002. Penyestan Opini. GIP. Jakarta

15. Ahmed Deedat. 1999. The Choice, Dialog Islam Kristen, Pustaka Al Kautsar. Jakarta

16. Irena Handono, Et Al. 2004. Islam Dihujat. Bima Rodheta. Kudus

17. Drs. H. Toto Tasmara. 1999. Dajal Dan Simbol-Simbol Setan. GIP. Jakarta

18. Dr. Muhammad Ali al Khuli. 2004. Kebenaran hakiki Ajaran Yesus. Pustaka Da’i. Jakarta

19. Ahmad Husnan. 2005. Meluruskan Pemikiran Pakar Muslim. Al Husna. Surakarta

20. Hindun Al Mubarak. 2005. Langit Merah Di Atas Salib. Imanuel Press. Jakarta

21. Abu Deedat Syihab. 2005. Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam. Pustaka Tazkia Az Azhra. Jakarta

22. Nurcholis Madjid, Dkk. 2003. Fiqih Lintas Agama Membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis. Yayasan Wakaf Paramadina Bekerjasama Dengan The Asia Foundation. Jakarta, dll.

——————————————————————————–

[1] Bukhori – Muslim, Kitab jamiush Shahis, hadis no 32

[2] Adian Husaini, Islam Liberal, Hal 4 – 7

[3] adian husaini, islam liberal, hal 7 – 8

[4] Toto Tasmara, dajal dan simbol-simbol setan

[5] adian husaini, penyesatan opini

Penulis : Abu Hanifah Muhammad Faishal alBantani al-Jawy

kumpulan sms selamat idul fitri – sms ucapan selamat lebaran