PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Dampak Keimanan dalam Kehidupan Seorang Muslim
Penulis: Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al-Atsari
Syariah, Kajian Utama, 20 – Juni – 2007, 10:26:10

Mengenal lebih dalam iman dan rukun-rukunnya menjadi keharusan. Karena buah dari memahami keimanan secara benar akan berdampak langsung bagi kehidupan seseorang.

Dalam kitab-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan banyak sekali hal tentang keimanan, antara lain definisinya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan:

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

آمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُوْنَ كُلٌّ آمَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

“Rasul telah beriman kepada Al-Qur`an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya. Demikian pula orang-orang yang beriman semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya.’ Dan mereka mengatakan: ‘Kami dengar dan kami taat.’ (Mereka berdoa): ‘Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali’.” (Al-Baqarah: 285)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُوْلِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيْدًا

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (An-Nisa`: 136)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menjelaskan bahwa keimanan adalah karunia yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan untuk Rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوْحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلاَ اْلإِيْمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُوْرًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur`an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur`an) dan tidak pula mengetahui apa iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur`an itu dengan cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Asy-Syura: 52)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan balasan yang diperoleh orang-orang beriman di dunia maupun di akhirat. Adapun balasan di dunia, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan ke dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (Maryam: 96)
Sedangkan balasan di akhirat, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالَّذِيْنَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُوْنَ

“Dan orang-orang yang beriman dan beramal shalih, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (Al-‘Ankabut: 7)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Iman adalah agama. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membagi agama menjadi tiga tingkatan. Dalam sebuah hadits, ‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata: “Ketika kami duduk-duduk di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan berambut sangat hitam. Pada dirinya tidak nampak bekas melakukan perjalanan jauh dan tak seorangpun di antara kami mengenalnya. Ia pun duduk di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menempelkan kedua lututnya ke kedua lutut beliau sambil meletakkan dua telapak tangannya pada kedua paha beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas bertanya: ‘Hai Muhammad, beritahu aku tentang Islam.’

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Islam adalah engkau bersaksi tidak ada sembahan yang haq kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan shaum Ramadhan serta haji ke Baitullah jika engkau punya kemampuan untuk itu.’ Laki-laki itu berkata: ‘Engkau benar’.” (‘Umar berkata): “Kami merasa heran kepadanya, ia yang bertanya namun ia juga yang membenarkannya. Selanjutnya dia bertanya: ‘Beritahu aku tentang iman.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan beriman kepada hari akhir serta kepada takdir yang baik dan yang buruknya.’ Laki-laki itupun kembali membenarkannya. Kemudian dia bertanya: ‘Beritahukan kepadaku tentang ihsan.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “(Ihsan) adalah engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka Dia melihatmu’.” (HR. Muslim no. 93)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Hadits ini menerangkan tentang hakikat keimanan, yaitu beriman terhadap rukun-rukunnya yang enam.
Agar kita dapat mengetahui apa dampak keimanan dalam kehidupan seorang muslim atau masyarakatnya, maka kita harus mengetahui makna-makna keimanan terhadap enam rukunnya ini.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Makna Beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah hubungan yang kuat antara manusia dengan Sang Penciptanya. Hubungan itu tertanam di dalam hati, sementara hati adalah sesuatu yang berharga yang dimiliki oleh manusia, sedangkan yang paling berharga dalam hati manusia adalah keimanan.
Oleh sebab itulah, hidayah iman merupakan nikmat yang paling besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَمُنُّوْنَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لاَ تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلاَمَكُمْ بَلِ اللهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلإِيْمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ

“Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: ‘Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu. Sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan, jika kamu adalah orang-orang yang benar’.” (Al-Hujurat: 17)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قَالَتِ اْلأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُوْلُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ اْلإِيْمَانُ فِي قُلُوْبِكُمْ وَإِنْ تُطِيْعُوا اللهَ وَرَسُوْلَهُ لاَ يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ

“Orang-orang Arab Badui itu berkata: ‘Kami telah beriman.’ Katakanlah (kepada mereka): ‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: ‘Kami telah tunduk.’ Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.” (Al-Hujurat: 14)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala meliputi iman terhadap wujud-Nya. Secara pasti, fitrah maupun akal manusia mengakui eksistensi Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai pencipta dan tidak mungkin segala sesuatu yang ada terjadi dengan sendirinya. Terlebih segala sesuatu yang ada ini, yang sudah tertata sedemikian rupa, pada asalnya dalam keadaan tidak ada. Maka tidak akan mungkin tercipta begitu saja dalam keadaan sudah sempurna. Ini semua memberikan ketentuan yang jelas akan wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala Rabb semesta alam.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Di dalam Al-Qur`an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُوْنَ. أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَاْلأرْضَ بَل لاَ يُوْقِنُوْنَ. أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَبِّكَ أَمْ هُمُ الْمُسَيْطِرُوْنَ

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Rabbmu atau merekakah yang berkuasa?” (Ath-Thur: 35-37)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Kemudian iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mencakup iman terhadap Rububiyah-Nya. Kata Rububiyyah adalah penisbatan kepada nama Allah ‘Ar-Rabb’ yang bermakna Pendidik, Penolong, Pemelihara, Yang Merajai, dan lain sebagainya.

Iman kepada Rububiyyah Allah maknanya beriman bahwa Allah Maha Pencipta, Yang Menguasai dan Mengatur segala urusan, Menghidupkan dan Mematikan serta perbuatan-perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala lainnya. Maka keimanan dalam Rububiyyah ini mengandung beberapa hal, antara lain iman terhadap perbuatan-perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala secara umum, iman terhadap qadha dan qadar Allah Subhanahu wa Ta’ala serta iman terhadap keesaan Dzat-Nya. (Al-Madkhal li Ad-Dirasatil ‘Aqidah Al-Islamiyyah hal. 87)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ

“Ingatlah menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam.” (Al-A’raf: 54)

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيْزُ الْعَلِيْمُ

“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Niscaya mereka akan menjawab: ‘Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui’.” (Az-Zukhruf: 9)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُوْلُنَّ اللهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُوْنَ

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan mereka’, niscaya mereka menjawab: ‘Allah’, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah l)?” (Az-Zukhruf: 87)

Selanjutnya, yang termasuk bagian dari keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah iman terhadap Uluhiyyah dan Asma` wa Shifat-Nya. Iman terhadap uluhiyyah Allah Subhanahu wa Ta’ala maknanya ialah meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai satu-satunya sesembahan yang haq, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dengan kata lain, mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ibadah dan ketaatan.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ

“Dan Ilah kalian adalah Ilah Yang Maha Esa, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 163)

ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ

“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (sesembahan) Yang Haq, dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah adalah yang batil, dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Al-Hajj: 62)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Adapun iman terhadap Asma` wa Shifat-Nya adalah meyakini dan menetapkan apa yang terdapat dalam kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Sunnah Rasulullah berupa nama-nama-Nya yang paling baik dan sifat-sifat-Nya yang paling tinggi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَللهِ اْلأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوْهُ بِهَا

“Hanya milik Allah Asma`ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma`ul Husna itu.” (Al-A’raf: 180)

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura: 11)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Buah Keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Keimanan yang benar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menumbuhkan rasa cinta yang kuat kepada-Nya dan mengagungkan-Nya. Juga akan nampak sekali dalam diri setiap manusia rasa khasy-yah dan takut dari-Nya serta selalu berharap kepada-Nya, yang kemudian mendorongnya untuk beribadah.
Sebagian salaf berkata: “Siapa yang menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala karena rasa cinta semata, maka dia seorang zindiq. Dan siapa yang menyembah-Nya karena penuh harap (raja`) semata, maka dia seorang Murji`. Sedangkan yang menyembah-Nya karena rasa takut saja, maka dia Khariji. Adapun yang menyembah-Nya karena cinta, takut, dan penuh harap, maka dia seorang mukmin ahli tauhid.” (Al-Madkhal li Ad-Dirasatil Aqidah Al-Islamiyyah hal. 120)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Makna Beriman kepada Para Malaikat

Kata malaikat adalah bentuk jamak dari malak. Asal katanya adalah ma`lak, dari kata Al-Alukah yang bermakna delegasi. (Shahih Al-Bukhari bi syarhil Imam Al-Kirmani, 1/194)

Iman kepada malaikat meliputi keimanan terhadap seluruh malaikat, baik yang diketahui nama dan tugasnya ataupun tidak. Juga mengimani bahwasanya mereka adalah makhluk yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan dari cahaya dengan tujuan agar beribadah kepada-Nya dan menjalankan perintah-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ عِنْدَهُ لاَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلاَ يَسْتَحْسِرُوْن. يُسَبِّحُوْنَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لاَ يَفْتُرُوْنَ

“Dan (malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada pula merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (Al-Anbiya`: 19-20)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Buah Beriman kepada Malaikat
Ketika seorang muslim meyakini adanya makhluk yang disebut malaikat dengan keyakinan yang benar, maka akan tertanam dalam jiwanya pengetahuan terhadap keagungan Allah l, kekuatan dan kekuasaan-Nya. Sebab kebesaran yang ada pada makhluk adalah gambaran akan kebesaran sang Khaliq. Selanjutnya akan muncul pula darinya rasa syukur karena perhatian Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segenap Bani Adam, di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala menugasi mereka untuk menjaganya dan mencatat amalannya serta kemaslahatan lainnya. Di samping itu, tumbuh pula kecintaan kepada para malaikat atas apa yang mereka lakukan berupa beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Tsalatsatul Ushul bi Syarh Asy-Syaikh Ibni ‘Utsaimin hal. 92)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Makna Iman kepada Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala

Iman kepada kitab-kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala meliputi keimanan akan beberapa hal. Di antaranya, beriman bahwa semuanya turun dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, beriman kepada kitab-kitab-Nya yang telah diketahui namanya, seperti Al-Qur`an, Taurat, Injil, dan Zabur, maupun yang tidak diketahui namanya. Serta membenarkan berita-beritanya, seperti pemberitaan dalam Al-Qur`an dan kitab-kitab sebelumnya yang tidak diubah atau dipalingkan maknanya. Selanjutnya mengamalkan hukum-hukumnya yang tidak dihapus (mansukh), ridha, dan menerima sepenuhnya. (Tsalatsatul Ushul bi Syarh Ibni Utsaimin, hal. 94)

Kitab-kitab sebelum Al-Qur`an semuanya telah di-mansukh (dihapus) oleh Al-Qur`an. Karena itu tidak boleh beramal dengan hukum yang ada pada kitab-kitab tersebut kecuali yang shahih darinya dan diakui oleh Al-Qur`an.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Buah Iman kepada Kitab-Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala

Seorang hamba akan semakin menyadari betapa besar perhatian Allah l, sehingga Dia menurunkan kitab yang menjadi petunjuk bagi setiap kaum. Inilah dampak terbesar dari keimanan kepada seluruh kitab-Nya, di samping hikmah yang nyata berupa syariat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan untuk setiap kaum yang mencocoki keadaan mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا

“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.” (Al-Ma`idah: 48)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Makna Beriman kepada Rasul-Rasul Allah Subhanahu wa Ta’ala

Para rasul Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah orang-orang pilihan yang diutus kepada kita untuk menyampaikan syariat-Nya. Karena itu beriman kepada para rasul berarti mengimani bahwa risalah yang mereka bawa adalah haq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, beriman kepada tiap-tiap dari mereka secara menyeluruh baik yang diketahui namanya maupun yang tidak, tanpa membeda-bedakannya, kemudian membenarkan seluruh berita yang shahih yang telah mereka sampaikan, serta mengamalkan syariat Rasul (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang telah diutus ke tengah-tengah kita.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Buah Beriman kepada Rasul Allah Subhanahu wa Ta’ala

Tanpa kehadiran seorang rasul, tak seorangpun di antara manusia yang mengetahui bagaimana cara menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menuju jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lurus. Padahal itu semua merupakan tugas yang harus dijalankan oleh segenap manusia. Keimanan kepada para rasul juga membuat seorang muslim menguatkan rasa syukurnya akan nikmat yang besar ini, karena ia mengetahui kasih sayang dan perhatian Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya. Rasa cinta, pujian, dan sanjungan yang pantaspun akan mengalir pada para rasul karena mereka adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala, beribadah kepada-Nya, menyampaikan risalah-Nya, dan penasihat bagi umatnya.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Makna Beriman kepada Hari Akhir

Beriman kepada hari akhir maknanya adalah keyakinan yang pasti bahwa hari akhir itu haq adanya, tiada keraguan tentangnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لاَ رَيْبَ فِيْهِ وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللهِ حَدِيْثًا

“Allah, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?” (An-Nisa`: 87)

Keimanan ini mencakup iman terhadap hari kebangkitan setelah kematian serta iman kepada semua yang akan terjadi pada hari itu.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Buah Beriman kepada Hari Akhir

Adanya hari akhir dan beriman kepadanya tentu saja menjadi motivasi tersendiri bagi seorang muslim untuk semakin senang dan bersemangat melakukan berbagai macam ketaatan, sebagai puncak harapan terhadap pahala yang disiapkan di hari itu. Adanya siksa dan ancaman pada hari itu juga membuat seorang muslim takut dan lari dari kemaksiatan di dunia. Kemudian akan muncul kebahagiaan dalam dirinya ketika mengingat hari akhir sebagai kenikmatan dan perhiasan pengganti perhiasan dunia. (Taisirul Wushul hal. 81)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Makna Beriman kepada Takdir Baik dan Buruk

Seseorang yang beriman kepada takdir, maknanya dia harus mengimani bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang global maupun yang terperinci, baik yang terkait dengan perbuatan-perbuatan-Nya atau perbuatan-perbuatan hamba-Nya, beriman bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menuliskan itu semua di Lauhul Mahfudz, beriman bahwa seluruh yang terjadi di alam ini dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala serta beriman bahwa semua yang ada di alam ini adalah makhluk bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik dzatnya, sifatnya, dan juga gerakan-gerakannya. Dalil-dalil tentang hal ini banyak Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam kitab-Nya.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Buah Beriman kepada Takdir

Ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas makhluk-Nya pasti terjadi. Sehingga iman kepada takdir menuntut seorang muslim untuk bersandar diri sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika melakukan suatu sebab dan tidak bersandar kepada sebab itu sendiri. Seorang muslim tidak akan memiliki perasaan ujub tatkala mampu meraih apa yang diinginkan, karena pencapaiannya tersebut hanyalah semata-mata nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan hatinya akan menjadi tenang dan lega manakala takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala menimpanya. Tidak menjadi goyah keimanannya dikarenakan lenyapnya apa-apa yang dicintai dan datangnya yang dibenci. Semuanya karena dia yakin bahwa itu terjadi dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Wallahu a’lam.

Silahkan mengcopy dan memperbanyak artikel ini
dengan mencantumkan sumbernya yaitu : http://www.asysyariah.com

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Keimanan yang Tidak Membuahkan Hasil
Penulis: Al-Ustadz Askari bin Jamal Al-Bugisi
Syariah, Tafsir, 20 – Juni – 2007, 10:29:01

إِنَّ الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيْدُوْنَ أَن يُفَرِّقُواْ بَيْنَ اللهِ وَرُسُلِهِ وَيقُوْلُوْنَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيْدُوْنَ أَن يَتَّخِذُواْ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيْلاً أُوْلَـئِكَ هُمُ الْكَافِرُوْنَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًا

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: ‘Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)’, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (An-Nisa`: 150-151)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Penjelasan Mufradat Ayat

يَكْفُرُوْنَ
“Yang kafir.” Yang dimaksud orang-orang kafir di sini adalah Yahudi dan Nashara sebagaimana yang disebutkan oleh Qatadah, As-Suddi, dan yang lainnya.
سَبِيْلاً
“Jalan.” Yang dimaksud di sini adalah agama yang mereka jadikan sebagai keyakinan. Ini disebutkan oleh Ibnu Juraij. Adapula yang mengatakan: jalan menuju kesesatan yang mereka ada-adakan, bid’ah yang mereka buat, mereka mengajak orang-orang bodoh dari kalangan manusia kepadanya. (Tafsir At-Thabari)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Penjelasan Makna Ayat

Ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala ini menjelaskan tentang keadaan sebuah kelompok yang berada di antara dua kelompok yang telah jelas kedudukan dan sikap mereka. Dua kelompok yang jelas tersebut adalah:

Pertama: kelompok yang mengimani segala hal yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Mereka adalah kaum mukminin.

Kedua: kelompok yang mengingkari seluruh apa yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Mereka adalah kaum kafir yang jelas kekufurannya.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Adapun kelompok yang ketiga adalah kelompok yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pada ayat ini yaitu orang-orang yang mengimani sebagian rasul dan tidak mengimani sebagian lainnya serta menyangka bahwa ini merupakan jalan yang dapat menyelamatkan mereka dari siksaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun itu hanyalah angan-angan belaka, sebab mereka bermaksud memisahkan antara keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para rasul-Nya. Sebab barangsiapa yang bersikap loyal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala secara hakiki niscaya dia akan bersikap loyal kepada seluruh rasul-Nya sebagai wujud loyalitasnya yang sempurna kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan barangsiapa yang memusuhi salah seorang dari kalangan rasul-Nya maka sungguh dia telah memusuhi Allah k dan memusuhi seluruh rasul-Nya. Sebagaimana firman-Nya:
مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيْلَ وَمِيْكَالَ فَإِنَّ اللهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِيْنَ
“Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” (Al-Baqarah: 98)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Demikian pula orang yang kufur terhadap seorang rasul, maka sungguh ia telah mengkufuri seluruh rasul termasuk terhadap rasul yang disangka telah diimaninya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan bahwa mereka ini adalah orang-orang kafir yang sebenar-benarnya agar tidak menimbulkan persangkaan bahwa mereka berada di sebuah tingkatan antara keimanan dan kekafiran.
Dan sisi penyebab kafirnya mereka –meskipun terhadap sesuatu yang mereka menyangka beriman kepadanya- bahwa setiap dalil yang mengantarkan mereka menuju keimanan terhadap apa yang mereka imani juga terdapat yang semisalnya atau bahkan lebih daripada itu, terhadap nabi yang mereka ingkari. Demikian pula setiap syubhat yang mereka gunakan untuk meragukan kenabian seorang nabi yang mereka ingkari juga terdapat yang semisalnya atau bahkan lebih dari itu terhadap nabi yang mereka imani.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Sehingga tidak ada yang tinggal dari mereka melainkan syahwat dan mengikuti hawa nafsu serta sekedar pengakuan yang memungkinkan bagi yang lain untuk mendatangkan lawan yang semisalnya. Sehingga tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyifatkan bahwa mereka itu adalah orang-orang kafir yang sebenar-benarnya maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan hukuman yang meliputi mereka (orang-orang kafir) secara menyeluruh dengan firman-Nya “Dan Kami telah persiapkan bagi orang-orang kafir siksaan yang menghinakan”, sebagaimana mereka yang bersikap sombong untuk beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun menghinakan mereka dengan siksaan yang sangat pedih dan menghinakan. (Tafsir As-Sa’di)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Qatadah rahimahullahu berkata dalam menjelaskan ayat ini: “Mereka adalah musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kalangan Yahudi dan Nashara, Yahudi beriman kepada Taurat dan Musa, serta mengingkari Injil dan Nabi Isa. Kaum Nashara beriman kepada injil dan Isa, serta mengingkari Al-Qur`an dan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka mereka lebih memilih jalan agama Yahudi dan Nashrani padahal keduanya merupakan agama bid’ah yang tidak berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala lalu meninggalkan Islam yang merupakan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dengannya Dia mengutus para rasul-Nya.” (Tafsir Ath-Thabari)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Tidak Ada Kedudukan yang Ketiga antara Haq dan Batil

Ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mulia ini juga menerangkan bahwa tidak ada kedudukan di antara kekufuran dan keimanan. Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya membagi dua keadaan, adakalanya keimanan dan adakalanya kekufuran. Adapun yang disangka oleh mereka yang beriman terhadap sebagian apa yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menyangka bahwa hal tersebut bermanfaat bagi mereka, maka ayat ini membatalkan persangkaan mereka itu dan mendustakan apa yang selama ini mereka imani disebabkan karena seseorang tidak diperkenankan untuk memilih apa yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dengan kehendak hawa nafsu namun yang diinginkan adalah sikap istislam (berserah diri) dan inqiyad (tunduk) terhadap segala apa yang datang Allah Jalla wa ‘Ala tanpa membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Di dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang orang-orang Yahudi:

أَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَن يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنكُمْ إِلاَّ خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّوْنَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

“…Apakah kamu beriman kepada sebagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (Al-Baqarah: 85)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan pula bahwa sikap beriman kepada sebagian isi kitab yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala lalu mengkufuri sebagian lainnya merupakan sikap yang mendatangkan kehinaan atas mereka dalam kehidupan dunia serta siksaan yang pedih dari Allah Subhanahu wa Ta’ala di akhirat. Dan tidaklah diringankan siksaan itu atas mereka, dan mereka dilaknat Allah Subhanahu wa Ta’ala disebabkan kekufuran mereka.

Ini semua menunjukkan bahwa mengingkari sebagian apa yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala berarti mengingkarinya secara menyeluruh. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَذَلِكُمُ اللهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلاَّ الضَّلاَلُ فَأَنَّى تُصْرَفُوْنَ
“Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah Rabb kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” (Yunus: 32)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdil Wahhab An-Najdi rahimahullahu berkata:
“Tidak ada perselisihan di kalangan para ulama seluruhnya bahwa jika seseorang membenarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu perkara dan mendustakannya dalam perkara lain, maka dia kafir dan tidak tergolong ke dalam Islam. Demikian pula jika ia mengimani sebagian Al-Qur`an dan mengingkari sebagian yang lain seperti orang yang mengikrarkan kalimat tauhid dan mengingkari kewajiban shalat atau mengikrarkan tauhid dan shalat, dan mengingkari wajibnya zakat, atau meyakini semua itu, dan mengingkari wajibnya puasa, atau meyakini semua itu dan mengingkari wajibnya haji. Tatkala sebagian manusia di zaman Nabi n tidak tunduk terhadap perintah haji maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan firman-Nya tentang mereka:
فِيْهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيْمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا وَلِلهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِيْنَ
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Ali ‘Imran: 97) (lihat Kasyfus Syubhat, hal. 64, bersama Syarh Ibnu Utsaimin)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Hukum Mengingkari Sebagian Apa yang Diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Di antara faedah yang dapat kita petik dari ayat ini bahwa seorang muslim diharuskan untuk menerima seluruh apa yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tanpa membedakan antara satu hukum dengan hukum yang lain. Sebab, barangsiapa mengingkari satu hukum di antara apa yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan dia mengetahui bahwa itu datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala maka sungguh dia telah kafir. Termasuk di antara mereka adalah orang yang menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala atau mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan dia mengetahuinya. Seperti contoh perkataan seseorang: “Saya tahu bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan zina tapi menurut saya bahwa zina itu boleh-boleh saja.” Atau mengatakan: “Saya mengerti bahwa Islam mengharamkan korupsi tapi menurut saya korupsi itu hukumnya halal,” atau yang semisalnya.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Yang halal adalah apa yang dihalalkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, sedangkan yang haram adalah apa yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Adapun agama adalah apa yang disyariatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Tidak diperbolehkan bagi seseorang keluar dari sesuatu yang telah disyariatkan oleh Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu syariat yang wajib bagi setiap pemimpin untuk mengharuskan manusia mengamalkannya, yang wajib bagi para mujahidin untuk berjihad di atasnya, dan yang wajib atas setiap individu untuk mengikuti dan menolongnya.” (Majmu’ Al-Fatawa, 35/372)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Ishaq bin Rahuyah t berkata: “Barangsiapa yang sampai kepadanya berita dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dia yakini keshahihannya lalu dia menolaknya tanpa taqiyyah, maka dia kafir.” (Al-Ihkam, Ibnu Hazm, 1/89)

Ibnu Baththah rahimahullahu berkata pula: “Kalau sekiranya ada seseorang yang mengimani semua yang datang dari para rasul kecuali satu perkara, maka penolakannya terhadap satu perkara tersebut menjadikannya kafir, menurut seluruh para ulama.” (Al-Ibanah, hal. 211)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Ibnu Hazm rahimahullahu berkata: “(Allah Subhanahu wa Ta’ala) tidak memperkenankan seorang muslim yang telah meyakini tauhid, untuk merujuk kepada selain Al-Qur`an dan berita dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tidak pula memperkenankannya untuk meninggalkan apa yang dia temukan pada keduanya (Al-Qur`an dan As-Sunnah, pen.). Jika dia melakukan itu setelah ditegakkan hujjah atasnya maka dia fasiq. Adapun yang melakukannya dengan keyakinan menganggap halal/boleh keluar dari keduanya dan mengharuskan taat kepada salah seorang dari selain keduanya maka dia kafir dan ragu (terhadap keduanya) menurut kami.” Dan beliau berhujjah dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ حَتَّى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisa`: 65) [Al-Ihkam, 1/89]

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Beliau juga mengatakan: “Mereka (para ulama sepakat) bahwa barangsiapa beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, dan setiap apa yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa dari apa yang dinukilkan dari beliau dengan penukilan secara mutawatir dan dia ragu tentang tauhid, perkara kenabian, atau terhadap Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau satu huruf dari apa yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa, atau satu syariat yang beliau bawa dari apa yang dinukilkan dari beliau secara mutawatir, maka barangsiapa yang mengingkari sesuatu dari apa yang kami sebutkan atau ragu padanya dan mati dalam keadaan demikian maka dia kafir musyrik kekal dalam neraka selama-lamanya.” (Maratib Al-Ijma’, hal. 177)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Ibnu Abdil Barr rahimahullahu juga mengatakan: “Mereka (para ulama, pen.) sepakat bahwa orang menganggap halal khamr perasan anggur yang memabukkan, adalah kafir karena menolak hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam kitab-Nya, dia murtad dan diminta bertaubat jika dia bertaubat dan mencabut perkataannya. Dan jika tidak, maka dihalalkan darahnya seperti orang-orang kafir lainnya.” (At-Tamhid, 1/142-143)

Dan masih banyak lagi penukilan dari ulama salaf rahimahumullahu baik dari kalangan sahabat maupun setelah mereka yang menunjukkan bahwa hal ini sudah menjadi kesepakatan di antara mereka.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Namun dalam permasalahan ini, hendaklah kita perhatikan dua hal berikut:

Pertama: tidak termasuk dalam kaidah tersebut di atas seseorang yang mengingkari sesuatu yang jelas terdapat di dalam agama ini namun pengingkarannya dikarenakan tidak mengetahui bahwa hal tersebut termasuk dalam agama1 dan bukan disebabkan karena sikap menentang apa yang telah shahih dalam Islam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Para ulama tidak mengkafirkan orang yang menghalalkan sesuatu dari perkara-perkara yang diharamkan disebabkan karena dia baru masuk Islam atau dikarenakan dia tinggal jauh dari permukiman. Maka sesungguhnya menghukumi kafir tidak dilakukan kecuali setelah sampainya risalah (hujjah, pen.). Sedangkan kebanyakan dari mereka ini ada kemungkinan tidak sampai kepada mereka nash-nash yang menyelisihi pendapat mereka, dan dia tidak mengetahui bahwa Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk itu.” (Majmu’ Fatawa, 28/501, lihat pula 11/407)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Kedua: ayat ini bukan pula dalil untuk membenarkan pemahaman kelompok Khawarij yang mengkafirkan setiap pelaku dosa besar dan mengkafirkan orang yang berhukum dengan selain apa yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan alasan bahwa orang yang berhukum dengan selain hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah tentu dia menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang dengan itu berarti dia beriman kepada sebagian syariat dan mengkufuri sebagian lainnya, dan ini adalah kekafiran yang sebenar-benarnya.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Jawaban atas syubhat tersebut adalah sebagai berikut:

Perlu diketahui bahwa para pelaku maksiat, termasuk di dalamnya orang yang berhukum dengan selain apa yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, memiliki kondisi yang berbeda satu sama lain. Di antara mereka ada yang melakukan kemaksiatan disebabkan karena kejahilannya bahwa perkara tersebut terlarang dalam Islam. Ada juga yang melakukannya disebabkan karena kelemahan iman dan mengikuti hawa nafsu dalam keadaan dia tetap meyakini bahwa hal tersebut dilarang oleh Islam. Di antara mereka ada yang melakukan kemaksiatan disebabkan karena terpaksa melakukannya, dan berbagai macam kemungkinan lain yang menyebabkan seseorang terjatuh dalam kemaksiatan dan berhukum dengan selain apa yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang tentunya kemungkinan tersebut di atas menghalangi kita untuk serta merta menghukumi/memvonis seseorang telah kafir dan keluar dari Islam dengan hanya sekedar melakukan perkara haram tersebut, tanpa mengetahui apa yang melatarbelakangi perbuatannya. Adapun bila telah jelas dan meyakinkan bahwa ia melakukan kemaksiatan tersebut dengan keyakinan menghalalkannya, dalam keadaan dia mengetahui bahwa itu datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, maka dalam hal ini orang tersebut divonis sebagai kafir dan keluar dari Islam.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Abu ‘Ubaid Al-Qasim bin Sallam berkata: “Adapun atsar-atsar yang diriwayatkan di mana menyebutkan kekufuran dan kesyirikan serta kemaksiatan yang mengantarkan kepada keduanya maka maknanya menurut kami adalah tidak menetapkan kepada pelakunya kekufuran dan kesyirikan yang menghilangkan keimanan dari pelakunya itu. Namun sesungguhnya yang dimaksud bahwasanya ia termasuk di antara akhlak dan jalan yang ditempuh oleh orang-orang kafir dan musyrikin.” (Kitab Al-Iman, Abu ‘Ubaid Al-Qasim bin Sallam, hal. 86)
Wallahul muwaffiq.

1 Namun demikian, tidak semua orang yang tidak tahu mendapatkan udzur. (ed)

Silahkan mengcopy dan memperbanyak artikel ini
dengan mencantumkan sumbernya yaitu : http://www.asysyariah.com

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Pembatal-pembatal Keimanan
Penulis: Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al-Atsari
Syariah, Kajian Utama, 20 – Juni – 2007, 10:27:26

Di negeri kita, banyak sekali terdapat acara ritual persembahan baik berupa makanan atau hewan sembelihan untuk sesuatu yang dianggap keramat. Seperti di daerah pesisir selatan pulau Jawa, banyak masyarakat memiliki tradisi memberikan persembahan kepada “penguasa” laut selatan. Begitupun di tempat lain, yang intinya adalah agar yang “mbau rekso” berkenan memberikan kebaikan bagi masyarakat setempat. Dilihat dari kacamata agama, acara ini sebenarnya sangat berbahaya, karena bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Iman menurut Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah memiliki cabang yang banyak. Di antara cabang-cabang iman tersebut ada yang merupakan rukun, ada yang wajib dan ada pula yang mustahab. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً -أَوْ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ شُعْبَةً- أَفْضَلُهَا قَوْلَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ اْلإِيْمَانِ

“Iman mempunyai 63 atau 73 cabang, paling utamanya adalah kalimat tauhid La ilaha illallah dan paling rendahnya adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan.” (HR. Muslim, An-Nasa`i, dan lainnya dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Dalam hadits yang mulia ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan tiga perkara yang terkait dengan keimanan. Pertama adalah ucapan, yakni kalimat tauhid La ilaha illallah dan inilah hal yang rukun. Kedua adalah amalan, yakni menyingkirkan gangguan dari jalan dan inilah hal yang mustahab. Sedangkan yang ketiga adalah amalan hati, yakni malu dan ini termasuk hal yang wajib.
Lawan dari iman adalah kufur. Sebagaimana keimanan mempunyai banyak cabang, maka kekufuran pun memiliki cabang yang banyak. Namun tidak setiap yang mengerjakan salah satu dari cabang-cabang keimanan menyebabkan pelakunya dikatakan mukmin, seperti halnya tidak setiap yang melakukan salah satu dari cabang kekufuran lantas pelakunya dikatakan kafir.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Untuk lebih memperjelas hal di atas, salah satu contohnya adalah orang yang menyambung tali silaturrahmi (perbuatan ini merupakan cabang keimanan). Ia belumlah dapat dikatakan mukmin karena amalan tersebut, sampai ia mengerjakan rukun-rukun iman. Demikian halnya dengan yang meratapi mayit di mana perbuatan ini adalah salah satu dari cabang kekafiran. Tidaklah setiap orang yang melakukan hal tersebut menjadi kafir keluar dari Islam.

Pembaca, iman itu bukanlah sesuatu yang sempit penggunaannya. Artinya, tidaklah seseorang itu dikatakan mukmin manakala terkumpul padanya sifat atau ciri-ciri keimanan, lalu tidak dikatakan mukmin manakala tidak terdapat padanya sifat keimanan secara lengkap. Pola pikir semacam ini adalah pemikiran dua kelompok sempalan Islam yaitu Khawarij dan Mu’tazilah.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Adapun Ahlus Sunnah, mereka menyatakan seseorang bisa saja dalam dirinya ada sifat-sifat keimanan, kemudian kemunafikan atau kekufuran. Dan ini bukanlah hal yang mustahil. (Uraian di atas diambil dari kaset ceramah Asy-Syaikh Shalih Alusy Syaikh berjudul Nawaqidhul Iman)
Oleh karena itu, seseorang dinyatakan beriman atau menyandang nama iman adalah dengan kalimat yang agung yaitu kalimat tauhid La ilaha illallah. Kalimat ini sebagai akad keimanan.
Akad keimanan ini tidak akan lepas dari diri seseorang kecuali dengan perkara yang betul-betul kuat dan jelas-jelas dapat menggugurkannya, bukan lantaran perkara-perkara yang masih meragukan atau bahkan mengandung kemungkinan-kemungkinan.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu mengatakan: “Sesungguhnya vonis kafir atau kekafiran itu tidak terjadi dengan sebab persoalan yang masih mengandung kemungkinan.” (As-Sharimul Maslul hal. 963, melalui nukilan dari Wajadilhum billati hiya Ahsan hal. 91)

Keimanan adalah ikatan, sedangkan pembatal adalah hal yang melepaskan atau memutuskan ikatan tersebut. Jadi yang dimaksud pembatal-pembatal keimanan adalah perkara atau perbuatan-perbuatan yang menjadikan pelakunya kafir keluar dari Islam.

Iman seperti yang telah lewat penyebutannya adalah ucapan, amalan, dan keyakinan. Dengan demikian, pembatal keimanan pun tidak lepas dari tiga perkara ini, yakni qauliyyah (ucapan), ‘amaliyyah (perbuatan), dan i’tiqadiyyah (keyakinan).

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Pembatal Iman Karena Qauliyyah

Pembatal keimanan karena qauliyyah letaknya adalah lisan, yakni seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang menyebabkan batal keimanannya dan menjadi kafir karenanya.
Banyak orang yang memiliki persepsi bahwa ucapan-ucapan yang mengandung kekafiran, seperti mencela Allah Subhanahu wa Ta’ala atau Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau mencela dien dan semisalnya, tidaklah menjadi sebab pelakunya kafir keluar dari Islam, selama di dalam hatinya masih ada keimanan. Anggapan ini tentu saja keliru karena bertentangan dengan nash dan apa yang telah ditetapkan ahlul ilmi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوا إِنَّ اللهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putera Maryah’.” (Al-Ma`idah: 17)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوا إِنَّ اللهَ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: ‘Sesungguhnya Allah adalah salah satu dari yang tiga’.” (Al-Ma`idah: 73)

Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Barangsiapa mengucapkan perkataan kufur dengan lisannya, dalam keadaan sengaja dan tahu bahwa itu adalah ucapan kufur, maka ia telah kafir lahir dan batin. Tidak boleh bagi kita terlalu berlebihan sehingga harus dikatakan: ‘Mungkin saja dalam hatinya ia mukmin’. Siapa yang mengucapkan (kekufuran) itu, maka sungguh dia telah keluar dari Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَنْ كَفَرَ بِاللهِ مِنْ بَعْدِ إِيْمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِاْلإِيْمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa). Akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” (An-Nahl: 106) [Ash-Sharimul Maslul hal. 524]

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Al-Hafizh Ibnu Abdil Bar rahimahullahu menerangkan bahwa para ulama telah bersepakat tentang orang yang mencela Allah dan Rasul-Nya, menolak sesuatu yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan, atau membunuh seorang nabi Allah Subhanahu wa Ta’ala meski dia mengimani apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan, maka dia kafir. (At-Tamhid, 4/226, melalui nukilan dari At-Tawassuth wal Iqtishad hal. 38)

Dengan demikian, barangsiapa yang mencela Allah Subhanahu wa Ta’ala maka dia kafir, baik bercanda atau serius. Demikian pula orang yang menghina Allah, ayat-ayat-Nya, Rasul-Nya, dan kitab-kitab-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُوْلُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوْضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُوْلِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُوْنَ. لاَ تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيْمَانِكُمْ

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: ‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullahu berkata: “Jika (seseorang) mencela Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, padahal dia meyakini dua kalimat syahadat, maka dihalalkan darahnya, sebab dengan itu dia telah meninggalkan agamanya.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam hal. 171, syarh hadits ke-14)
Ibnu Taimiyyah rahimahullahu pun menjelaskan hal yang sama ketika membantah pendapat yang menyatakan bahwa ucapan lisan semata tidaklah menyebabkan kekafiran. Beliau berkata: “Sesungguhnya kita mengetahui bahwa orang yang mencela Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dalam keadaan sukarela bukan karena terpaksa, bahkan orang yang berbicara dengan kalimat-kalimat kufur dengan sukarela dan tidak dipaksa, serta orang yang mengejek Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasul-Nya dan ayat-ayat-Nya, maka dia telah kafir lahir batin.” (Majmu’ul Fatawa, 7/368)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullahu berkata: “Mencela dien adalah kufur akbar dan murtad dari Islam, wal ‘iyadzu billah (Kita memohon perlindungan kepada Allah). Apabila seorang muslim mencela agamanya atau Islam atau melecehkan dan menganggap remeh serta merendahkan Islam, maka ini adalah riddah (murtad) dari Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُوْلِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُوْنَ. لاَ تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيْمَانِكُمْ

“Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Para ulama secara pasti telah bersepakat bahwa ketika seorang muslim mencela dan merendahkan agamanya atau mencela Rasul dan merendahkannya, maka dia murtad, kafir, halal darah dan hartanya. Jika bertaubat maka diterima taubatnya. Jika tidak, maka dibunuh.” (Diambil dari Fatawa Nur ‘alad Darbi (melalui) CD)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Pembatal Iman Karena ‘Amaliyyah

Pembatal iman yang disebabkan oleh ‘amaliyyah adalah seseorang melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadikannya kafir, yakni tindakan yang dilakukan dengan unsur kesengajaan dan penghinaan yang jelas terhadap dien. Seperti sujud kepada patung atau matahari, melemparkan mushaf Al-Qur`an ke tempat-tempat kotor, sihir, dan lain sebagainya.

Tak ada seorangpun dari ahli qiblat (kaum muslimin), yang keluar dari Islam sampai dia menolak satu ayat dari Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala atau menolak sesuatu dari hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau shalat kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, atau menyembelih bagi selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika ada yang melakukan salah satu dari hal tersebut, maka wajib bagimu untuk mengeluarkannya dari Islam. Demikian ditegaskan Al-Imam Al-Hasan bin ‘Ali Al-Barbahari rahimahullahu dalam Syarhus Sunnah (hal. 31).

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Al-Qadhi ‘Iyadh bin Musa rahimahullahu setelah menerangkan kekafiran karena ucapan, beliau berkata: “Demikian pula kami menyatakan kafir terhadap perbuatan yang telah disepakati oleh kaum muslimin sebagai perbuatan yang tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang kafir, meski pelakunya menyatakan Islam saat melakukannya. Seperti (perbuatan) sujud kepada patung atau matahari, bulan, salib dan api, serta berusaha mendatangi gereja dan berjanji setia bersama penghuninya. Semua perbuatan ini tidaklah dilakukan kecuali oleh orang-orang kafir.” (At-Tawassuth wal Iqtishad hal. 41)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Al-Imam Syihabuddin Ahmad bin Idris Al-Qarafi berkata: “Kafir karena perbuatan contohnya adalah melempar mushaf ke tempat-tempat kotor dan menentang hari kebangkitan, menentang kenabian atau sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mengatakan (Allah) tidak mengetahui, atau tidak menghendaki atau tidak hidup dan selainnya.” (At-Tawassuth wal Iqtishad hal. 47)

Pernah diajukan satu pertanyaan ke hadapan Fadhilatusy Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullahu mengenai kufur amali yang mengeluarkan (pelakunya) dari agama. Beliau menjawab: “Sembelihan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sujud kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah kufur amali yang mengeluarkan dari millah (agama). Demikian pula bila seseorang shalat kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala atau sujud kepada selain-Nya, maka dia telah kufur dengan kekufuran amali yang akbar –wal ‘iyadzu billah–. Begitu juga kalau dia mencela dien atau Rasul, atau melecehkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Itu semua adalah kufur amali yang paling besar menurut seluruh Ahlus Sunnah wal Jamaah.” (Majalah Al-Furqan Al-Kuwaitiyyah edisi 94/Syawwal 1418 H)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Pembatal Iman karena I’tiqadiyyah

Pembatal i’tiqadiyyah adalah keyakinan-keyakinan dalam hati atau amalan-amalan hati yang karenanya membatalkan keimanan. Seperti al-i’radh (berpaling) yakni meninggalkan Al-Haq, tidak mempelajarinya dan tidak pula mengamalkannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

بَلْ أَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ الْحَقَّ فَهُمْ مُعْرِضُوْنَ

“Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak, karena itu mereka berpaling.” (Al-Anbiya`: 24)

Barangsiapa yang berpaling dari apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Rabbnya, dengan cara memalingkan hatinya dari beriman terhadapnya atau memalingkan anggota badan dari mengamalkannya, berarti dia kafir karena pembangkangannya itu. (Al-Madkhal hal. 156)1

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Kekafiran karena i’tiqad yang lainnya adalah menolak dan menyombongkan diri di hadapan Al-Haq, melecehkannya dan melecehkan para pengikutnya, dalam keadaan meyakini bahwa apa yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah benar-benar dari Rabbnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا ِلآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Al-Baqarah: 34)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Menganggap halal (istihlal) terhadap sesuatu yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diketahui secara pasti keharamannya dalam agama adalah penyebab kekafiran, terutama jika menyangkut i’tiqad (keyakinan). Adapun kalau menyangkut fi’l (perbuatan), maka harus dilihat dulu bentuk perbuatannya, apakah perbuatan yang menyebabkan pelakunya kafir ataukah tidak.
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu pernah ditanya tentang ketentuan istihlal yang menyebabkan seseorang kafir. Beliau menjawab: “Istihlal adalah seseorang meyakini halalnya sesuatu yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala (dan ini adalah istihlal i’tiqadi, menyebabkan kafir pelakunya, pent.).

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Sedangkan istihlal fi’li, harus dilihat. Apabila memang menyangkut perbuatan yang dapat menjadikan pelakunya kafir, maka dia kafir murtad, misalnya seseorang sujud kepada patung, maka dia kafir. Mengapa? Karena perbuatan itu menjadikannya kafir. Contoh lain adalah seseorang yang bermuamalah dengan riba. Ia tidak meyakini riba itu halal tapi tetap melakukannya. Maka dia tidaklah kafir, karena tidak menganggap halal (riba tersebut). Dan diketahui secara umum bahwa memakan harta riba tidaklah menjadikan kafir seseorang, tetapi perbuatan tersebut adalah dosa besar. Namun bila ada seseorang berkata: ‘Sesungguhnya riba itu halal,’ maka ia kafir karena telah mendustakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.

Inilah ketentuan istihlal. Dan nampaknya perlu ditambahkan syarat lain yaitu hendaknya orang yang melakukan tindakan istihlal ini bukan orang yang mendapat keringanan karena kebodohannya. Jika ternyata demikian keadaan pelakunya, maka ia tidaklah kafir. (Liqa` Babil Maftuh, soal no. 1200, melalui nukilan dari catatan At-Tawassuth Wal Iqtishad hal. 31)

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Barangkali di antara pembaca ada yang bertanya, mengapa sujud kepada patung dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam? Padahal tidak nampak dari perbuatan itu kecuali kufur amali saja.
Jawabannya adalah karena perbuatan tersebut tidak terjadi melainkan bersamaan dengan lenyapnya amalan hati, seperti niat, ikhlas, dan patuh. Semua itu tidak terdapat lagi saat seseorang sujud kepada patung. Oleh karena itu, meskipun yang nampak adalah kufur amali, namun berkonsekuensi adanya kufur i’tiqadi, dan itu pasti. (A’lamus Sunnah Al-Mansyurah hal. 181-182 oleh Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami)

Jadi tidak setiap kufur amali tidak mengeluarkan pelakunya dari millah Islam. Justru sebagiannya dapat mengeluarkan dari millah Islam.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Bentuk kekafiran karena i’tiqad juga bisa terjadi jika seseorang meyakini adanya serikat bersama dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal wujud-Nya, Rububiyah-Nya, Uluhiyyah-Nya, dan meyakini bahwa nama dan sifat serta perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sama dengan makhluk-Nya. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura: 11)
Membahas tuntas tentang pembatal-pembatal keimanan dan iman itu sendiri membutuhkan tempat dan kesempatan yang luas. Namun mudah-mudahan apa yang telah dijelaskan di atas memberikan sedikit banyak pengetahuan kita seputar hal tersebut.
Wallahul musta’an.

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

1 Yang dimaksud dengan berpaling yang dapat membatalkan keislaman adalah berpaling dari pokok agama yang dengan pokok-pokok itu seseorang menjadi muslim walaupun tidak tahu agama secara detail. (Al-Qaulul Mufid, karya Al-Wushabi, hal. 53)

Silahkan mengcopy dan memperbanyak artikel ini
dengan mencantumkan sumbernya yaitu : http://www.asysyariah.com

=========================================
PUISI ISLAM – KUMPULAN PUISI-PUISI ISLAM – KOLEKSI PUISI ISLAM – ANTOLOGI PUISI ISLAM (not here)
=========================================

Tinggalkan komentar